[09] • Hujan (2)

142 142 17
                                    

Kejadian beberapa menit yang lalu, benar-benar membuat perasaan Hani kacau. Hujan turun begitu derasnya ketika tangis Hani pecah setelah menampar Alan, seakan hujan ingin menyembunyikan tangisnya.

"Sangat munafik jika aku tak menangis setelah menerima semua kenyataan ini. Dasar pria brengsek dan aku adalah perempuan bodoh yang selama ini percaya pada dirinya." Batin Hani

Tubuh itu mulai bergetar karena kedinginan. Walaupun jaket menutupi tubuhnya, tapi itu tak menghalangi dinginnya hujan yang menusuk sampai ke tulang.

Tanpa Hani tau, ada seorang laki-laki yang tengah mengikutinya dari belakang.
Bahkan lelaki itu menyaksikan bagaimana Hani menampar laki-laki di cafe tadi. Dia menatap sedih ke arah punggung Hani yang terlihat bergetar karena kedinginan. Ingin ia menghampiri, menenangkan, bahkan memeluknya jika perlu. Tapi, dirinya bukanlah siapa siapa.

"Berjalan di bawah derasnya hujan dan mengenakan pakaian pendek seperti itu. Tidakkah ia kedinginan?" Batin Reyhan.

Reyhan mulai muak hanya menatap hani dari belakang, bukankah ia harusnya berjuang untuk mendapatkan wanitanya ?. Bukan hanya diam menatap dan menyaksikan wanita-nya tersakiti. Ia mempercepat langkahnya, dan mencekal lengan kecil itu.

Hani hanya diam, tak menyadari kehadiran Reyhan. Masih setia menangis dalam diam ditemani oleh derasnya hujan. Reyhan pun menangkup wajah gadis itu dengan lembut dan menatap dalam pada mata sembapnya.

"Han" Panggil Reyhan dan sesekali membelai pipi hani dengan lembut.

"Re.. Reyhan" Ucap Hani bergetar.

"Gua antar pulang ya" Ajak Reyhan dan itu langsung mendapat penolakan oleh hani.

Hani menolak dan tetap melanjutkan langkahnya, berniat meninggalkan Reyhan. Namun semua itu hanya akan menjadi angan, karena Reyhan lebih dulu menggendong dan membawanya masuk kedalam mobil.

"Lo apa-apaan sih Rey, gua gak mau pulang" ucap Hani ketika di dalam mobil Reyhan

"Gak mau pulang kata lo? Trus lo mau hujan-hujanan di luar sana dan bikin alergi lo kambuh? Iya?"kata Reyhan dengan meninggikan nada suaranya, dan itu sukses membuat Hani terdiam.

Hani terdiam dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap jalanan sepi yang telah basah karena hujan.

"Lo nginep di mana?" tanya Reyhan dan merendahkan suaranya.

"Gak mau pulang" Ucap Hani kesekian kalinya dan Reyhan hanya menghela nafas kasar mendengarnya. Reyhan pun segera memutar balik arah mobilnya untuk kembali ke jakarta. Tak mungkin ia membawa Hani ke hotel tempat ia menginap.

Setelah 3 jam perjalanan, akhirnya mereka telah sampai di apartemen milik Reyhan. Sebenarnya, ia ingin mengantarkan Hani untuk pulang ke rumah. Hanya saja, ini sudah terlalu larut dan apa kata orang tuanya jika aku membawa anak gadisnya dalam keadaan seperti ini.

Untuk malam ini, aku akan tidur di kamar tamu dan Hani di kamarku. Aku tak hanya berdua saja dengan Hani di sini, tapi juga ada yang menemani. Aku meminta Kak Dinda, penghuni unit di sebelahku untuk mengganti pakaian Hani dan juga menginap di sini. Aku sudah cukup lama mengenalnya, bahkan sebelum Mama meninggal.

[HR]

10:00 wib at Reyhan's apartement

"Eunghhh" erangan keluar dari mulut Hani ketika sinar matahari mulai masuk dari sela sela hordeng.

Hani merubah posisinya menjadi duduk dan menyandar pada kepala ranjang. Terdiam untuk mengumpulkan nyawa. Sesaat ia hanya terlihat biasa saja, tetapi setelah nyawanya benar benar terkumpul, ia terkejut bukan main ketika menyadari bahwa dirinya tengah berada di kamar yang begitu asing.

Sudah pasti bukan kamarnya yang di rumah nenek dan bukan kamar yang di rumahnya yang berada di jakarta.

"Astaghfirullahaladzim" Ucap hani ketika mendapati dirinya tak memakai pakaian yang ia pakai semalam. Sekarang ia tengah menggunakan pakaian yang tak ia tau ini milik siapa, sepertinya milik seorang perempuan.

Klek...

Pandanganku langsung tertuju ke arah sumber suara.

"Akkkhhhhh" teriakku saat mendapati Reyhan tengah bertelanjang dada memasuki kamar yang ku tempati sekarang.

"Gausah teriak" ucap Reyhan

"Lo nggak macem-macem kan sama gua semalem?"tanyaku dari balik selimut.

"Nggak lah" Katanya dan berjalan ke arah ku.

"Lo mau ngapain?" Tanyaku panik

"Mau ambil baju" Jawabnya dan berjalan ke lemari yang terletak di samping tempat tidur.

"Sana mandi" Suruhnya ketika setelah mengambil pakaiannya.

[HR]

Setelah selesai membersihkan diri, hani berjalan keluar kamar dengan Mengendap-ngendap ketika mendengar suara pintu apartemen yang tertutup. Sepertinya Reyhan pergi.

"Dia pergi" ucapku dan berjalan ke arah dapur untuk mencari-cari makanan.

"Persetan dengan kata sopan, gua laper" Kataku saat ingin membuka kulkas.

"Yaah gak ada makanan" ucapku merasa kecewa ketika membuka kulkas yang tak berisi apapun.

Aku berjalan menyusuri setiap sudut di apartemen milik Reyhan. Senyum perlahan-lahan terukir di wajahku ketika melihat foto anak laki-laki yang terletak diatas kabinet. Cukup banyak foto yang terpajang, salah satunya foto yang sangat menarik perhatianku. Cantik. Mungkin mamanya Reyhan.

"Lagi liatin apa?" Tanya seseorang mengejutkan ku dari belakang. Itu Reyhan, aku terlalu sibuk memandangi foto sampai tak sadar dengan keberadaannya.

"Nggak" Jawabku dan beralih memandang sudut lainnya.

"Nih, makan dulu" ucapnya dan memberikan sebuah kotak kepadaku.

"Ini apa?" tanyaku bingung

"Buka aja" ucapnya dan akupun berjalan menuju pantry untuk membukanya.

"tau aja kalau gua lagi laper" batinku saat mendapati nasi uduk di dalamnya.

"Lo gak makan?" Tanyaku merasa tak enak karena ia hanya melihatku dari tadi.

"Tadi gua udah makan" Jawabnya dan aku hanya mengangguk.

"Habis ini, anterin gua pulang ya" pintaku

"Bukannya semalam lo gak mau pulang" Katanya dengan tatapan sedikit mengejek.

"Ish.. ya beda lah" Ucapku dan memanyunkan bibirku karena kesal

"Ok"jawabnya dan tertawa pelan

Setelah menyelesaikan sarapan dan menyiapkan barangku, aku di antarkan Reyhan untuk pulang. Kupastikan Mama akan menghujamiku dengan banyak pertanyaan ketika aku sampai di rumah. Sepertinya aku harus menyiapkan jawabannya mulai dari sekarang.

28 Maret 2019
"terima kasih sudah membaca part ini, silahkan lanjut ke-part selanjutnya :)"

- author.

Dari Hani untuk ReyhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang