1. Si Preman Sekolah

9.5K 556 141
                                    

‼️UPDATE TENGAH MALAM!

🐰🐰🐰

Sudah tiga minggu aku pindah dari Jakarta ke Surabaya dan sudah dua minggu aku sekolah di SMA Bhakti, salah satu sekolah favorit di Surabaya. Aku sudah sering berpindah-pindah rumah karena pekerjaan ayahku yang seorang jenderal TNI yang membuatnya sering dipindah tugaskan. Bahkan aku pernah tinggal di Papua saat berumur empat tahun. Hidup berpindah-pindah rumah ini tentu saja membuatku tidak punya banyak teman akrab, tapi untungnya aku termasuk gadis yang mudah bergaul dengan siapa saja.

Oh iya, aku lupa memperkenalkan namaku. Aku Zara, Zara Anastasia. Umurku tujuh belas tahun kalau kita menunggu tujuh bulan lagi. Hehehe. Sebagai remaja tentu saja aku punya hobi dan cita-cita yang sering berganti, namanya juga remaja labil. Hobiku makan dan cita-citaku saat ini ingin menjadi dokter anak karena aku suka anak kecil. Aku punya seorang adik laki-laki, Qassa namanya. Kami hanya berselisih satu tahun dan selalu bertengkar.

Aku sering kesal kalau Qassa memakan coklatku di kulkas atau masuk ke kamarku lalu lupa menutup pintu. Dia itu adik yang menyebalkan, tapi aku tetap sayang.

Jam istirahat, aku dan tiga sahabat baruku Ica, Monic dan Bulan memilih makan mie bakso di kantin. Mie bakso disini memang super enak, tidak jarang anak-anak dari SMA sebelah alias SMA Nusa sering makan di sini juga kalau sore.

"Eh, lanjutin cerita yang tadi dong, cowok yang pas upacara dipanggil kepsek itu." Aku kembali teringat pada kejadian pagi tadi.

"Cerita yang bagian mananya? Lupa gue," sahut Monic sambil menuangkan saus yang cukup banyak di mangkuk baksonya.

"Itu lho, kenapa gue harus hati-hati sama dia." Aku mengingatkan.

"Oh, yang itu ...." Monic tampak membelah-belah bakso besarnya sementara Ica dan Bulan hanya menyimak sambil asik dengan makanan masing-masing.

"Si Zidan itu anak paling bandel dan paling bermasalah di sekolah ini. Dia udah sering dapat surat peringatan dari sekolah, cuma ya gitu, tetap bisa lolos dia," jelas Monic, lalu menyuap baksonya.

"Kok bisa?" Aku makin penasaran. Pasti Zidan ini punya tameng di depannya.

"Iya lah, kan bokapnya yang ngasih donasi banyak buat sekolah kita. Bisa dibilang, beliau yang punya yayasan. Jadi, walaupun doi sering dikasih surat peringatan, dia enggak bakalan di-drop out dari sekolah. Aman dia."

"Enak banget tuh anak." Aku mencebik.

"Dia juga preman sekolah. Ceritain Nic," suruh Ica sambil menyenggol sikut Monic yang duduk di sebelahnya, membuat bakso yang sudah ada di sendoknya kembali jatuh ke mangkuk dan mencipratkan kuah ke wajah gadis tomboy itu. Monic menatap Ica penuh amarah, sedangkan Ica hanya cengengesan.

"Zidan itu pernah ikut lomba sepak bola antar sekolah tahun lalu. Dia kaptennya. Nah, tim lawan curang, sampai kaki temennya Zidan patah, lupa gue diapain sama tim lawan. Pokoknya Zidan marah banget, mana wasit enggak ngasih kartu kuning buat tim lawan," jelas Monic.

"Kartunya kuning atau merah, Nic?" tanya Bulan.

"Kartu pink deh kayaknya," sanggah Ica malas.

"Enggak tau deh, gue mana ngerti bola. Pokoknya si wasit enggak nganggap itu sebuah kecurangan. Yaudah, Zidan sebagai kapten esmoni dong??" Monic melanjutkan.

"Emosiiii!!" sahutku dan teman-teman yang lain menahan geram.

"Udah, denger aja dulu." Bulan mengipas-ngipas tangannya. Lalu melanjutkan, "terus si Zidan nekat gebukin si lawan yang udah matahin kaki temennya itu. Sampe bonyok parah. Gilaaa! Sampe masuk koran pula waktu itu. Bikin malu sekolah!" Monic mengakhiri ceritanya.

Aku, Kau, Dan Hijrah [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang