Lisana sebenarnya memang ada dan bukan sekedar nama tokoh novel. Dia bukan juga sekedar imajinasi yang sengaja dibuat untuk menjaga warna rasa agar tidak memudar, tapi karena memang mengingat namanya saja rasanya sudah berdebar seperti itu. Terhitung sudah lima tahun sejak terakhir kali kita bertemu. Wangi bumi tempat memijak tak lebih semerbak dari hembusan angin sore yang menelisik aroma tatapanmu dan membawanya ke hadapanku. Dunia berbeda untuk setiap orang yang menerjemahkannya, tapi kita sama. Warna yang kulihat sama pudarnya dengan yang kau rasa. Terhitung lima tahun, itu sudah sangat lama. Sudah saatnya halusinasi dan imajinasi tentangmu pergi, dan kau menggantikannya di tempat yang sama, tepat dimana hanya ada kita duduk berdampingan di taman rasa.