SMILE SWEET

7 1 0
                                    

***

Bel pulang baru saja berbunyi, dan aku diantar oleh Refan. Yaa!!..saat aku bertanya pada mama, mama mengizinkanku diantar pulang oleh Refan, dan akupun memberitau Refan, bahwa aku di izinkan oleh mamaku.
Refan sudah kenal dekat dengan keluargaku, karena papaku adalah teman papanya Refan waktu SMA dulu. Jadi kami berdua serasa adik kakak.

Di depan gerbang, aku yang baru saja keluar kelas, sudah melihat Refan memainkan HP nya dengan sepeda montornya yang ia duduki.

Aku menghampirinya. Ketika ia sadar aku sedang berjalan menghampirinya, Ia langsung memasukkan Hpnya di saku celana warna abu abu.

“Ayo” ucapku dengan mengambil helm yang diberikan oleh Refan.

Dia hanya membalas dengan anggukan, tak lupa juga ia tersenyum padaku. Aku langsung naik sepeda montornya, tapi kenapa Refan tak kunjung berangkat??

“Ayo, kenapa nggak jalan?”
“Tangan”

Aku tak megerti apa yang Refan maksud.

“Haa??”
“Tangan Rain.”
“Tanganku?? kenapa tanganku”
Refan hanya tersenyum dan melihatku di kaca spion. Aku baru sadar yang dimaksud.

“Fannn..Kubilangin papa looo.!!” Acamku dengan menunjuk kearahnya.

“Apanya?? bukan peluk kale, tanganmu kenapa?”

“Ha!? nggak kenapa napa.” langsung kuperiksa tanganku, takutnya ada kotoran atau apapun di tanganku.

“Cantik.” Aku langsung menoleh ke arahnya dengan sedikit bingung.

“Tanganmu cantik.” dengan wajah yang sok-manis.

“Jam berapa ya?? lama banget nggak berangkat??” Aku langsung mengalihkan topik pembicaraan, karena apa? jika aku meneladani ucapan Refan, ia takkan berhenti menggombal.

“Hmmm” Refan langsung menyalakan montornya.

***

Di perjalanan, aku hanya berdehem menanggapi semua perkataannya. Refan sering sih, curhat kepadaku jika aku pulang bareng dengannya.

“Ehmm, Fan fan?” panggilku yang tak beres dengan jalannya yang buka jalan ke arah rumahku.

“Ya? kenapa?”
“kita mau kemana ya? jalan kerumahku kan tidak kesini?”
“Sudahlah, diam aja, nanti juga akan tau.”
“Refan, aku serius!!!”
“Aku juga.” jawabnya dengan menunjukkan senyumnya lewat spion.
“Ck.”

***

Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, Refan berhenti di depan rumah yang tidak ku kenal. Refan mulai turun dan melepaskan helm ku.

“Eh, fan, ini rumah siapa? pacar lo?” pertanyaanku memuat refan kaget dan menengok kearahku.

“Apa an, sih Rain, gue nggak punya pacar, tapi punya masa depan, yaitu lo.” Dia menjawil hidungku, aku hanya cemberut. Sudah biasa Refan membuat kode kode untukku.

“hahaha, sudah ayo masuk.”
“Eh tungguuu..” aku mengikuti Refan dari belakang.

Aku di buat bingung oleh Refan. Rumah siapa ini? Apa tujuan Refan? kenapa ia tidak memberitahuku?.

Setelah Refan memencet bel, seorang ibu seperti pembantu keluar dan memberikan senyuman gembira.

“Eh, ada mas Refan, nyari-“
“Sstt..” Aku malah bingung sekarang, kenapa Refan seperti menyembunyikan sesuatu? sampai sampai ucapan ibu itu terpotong oleh tingkahnya.

RAIN AND RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang