Masih Biasa

22 2 0
                                    

Hari telah berganti. Hari ini adalah pengumuman seleski Pakasenta. Jujur, walaupun awalnya gak niat, tapi deg-degan juga :"

"Hari ini adalah hari penentuan. Dimana semua usaha kalian akan berbuah manis atau tidak. Bagi calon anak paksen yang di terima jangan sombong, tetap low profile, dan buat yang belum diterima di Paskasenta, kalian bisa milih kegiatan lain yang gak kalah bagusnya dari Paskasenta." Ucap Bang Dani

"Oke, sekarang kalian tutup mata kalian dengan kain yang kalian bawa dari rumah. Posisi duduk sempurna. Kartu nama di taruh dimeja" Teh Kia mulai mengelilingi kami yang masih duduk di tempat.

"Buat yang disentuh tangannya, ikutin abang tetehnya ya. Gak usah ngelawan. Ayo Bang, Teh, siap di posisi".

Yang ku dengar dari temanku Ziah, yang lagi deket sama Bang Dani, bagi yang di terima akan dikerjain lagi sama abang tetehnya. Semacam ucapan selamat datang gitu.

"Dek Aya ikut saya ya." Teh Ajeng menggandeng tanganku.

"Kemana teh?"

"Udah ikut aja" aku tau, aku dibawa keluar ruangan. Kalau menurut dugaanku, aku dibawa ke ruang kelas lain yang jaraknya sekitar 2 kelas dadi kelas yang tadi.

"Kamu diem aja ya, udah jongkok di sini aja, jangan berisik. Ini di pegang dulu" aku jongkok di bawah meja, di sampingku ada orang lain, tapi aku gak tau siapa dia, yang keliatan cuma sepatunya aja. Aku jongkok dengan posisi tangan memegang kaca. Iya, aku dapat menebaknya dari bentuknya.

Cukup lama aku bertahan dengan posisi itu. Capeeek. Dengan perlahan aku mencoba duduk di lantai. Tiba-tiba...

Brakkk..
Dug brakkk
Jederrr..

Suara pintu di banting, meja dipukul dengan keras. Seperti orang mengamuk tak tau aturan.

"HEH SIAPA SURUH DI SINI?!"

"HEI KAMU KENAPA DI ATAS MEJA?!"

"KALIAN YANG DIBELAKANG NGAPAIN BERDUAAN?!"

"HEI INI KENAPA MUKANYA JELEK-JELEK SEMUA?!"

"HEI KAMU KENAPA PEGANG-PEGANG SAPU?! MAU JADI MAK LAMPIR?!"

Berisik sekali ruangan ini. Semua senior berkumpul dan memarahi kamu semua. Ini gak paling gak aku suka, dibentak-bentak.

"Heh, Dek Aya, siapa suruh duduk di bawah?!" Dari suaranya sih Bang Alif.

"Siap, capek Bang"

"Oh kamu capek?! Mau duduk?!"

"Siap, iya Bang"

"Kamu ngapain pake pegang-pegang kaca?!" Ini Abang gak bisa woles apa ya nanyanya.

"Siap, disuruh Bang"

"Disuruh siapa hah?! Kamu mau disuruh-suruh orang yang kamu sendiri gak tau orangnya?!" Aku cuma bisa diem, gak tau harus bilang apa.

"KENAPA DIEEM?! GAK PUNYA MULUT YA KAMU? BISU?! ATAU PATUNG!"

"Siap tidak Bang!"

"Nyolot ya kamu?! Sini saya kasih hukuman buat kamu" dapat ku rasakan muka ku sedang dilukis dengan spidol. Ya Allah mukakuu 😭😭

Pusing, bau spidol itu menyengat sekali. Ditambah suara dari berbagai penjuru ini. Aku gak tahan.

Suasana diruangan ini gak kondusif. Sumpah aku gak ngira bakal kayak gini. Dimarah-marahin, semua yang dilakukan salah.

"UNTUK CALON PASKASENTA 2017 PIMPINAN SAYA AMBIL ALIH, DIAM DITEMPAT KALIAN SEPERTI POSISI SEMULA" ucap Bang Dani menghentikan semua suara-suara yang ada di ruangan ini.

"Kalian disini, setelah ini kalian buka penutup mata kalian, apapun yang terjadi jangan nangis. Jalan kalian masih panjang. Masih banyak kegiatan lain yang lebih bagus dan bermanfaat. Mungkin sekarang perjalanan kalian cukup sampai disini saja."

Hiks... hiks. Banyak suara-suara tangisan sekarang. Bahkan akupun menitikan air mata. Perjuangan selama ini berakhir sia-sia.

"Gak usah nangis, kalian tetap bisa manggil kamu Abang dan Teteh. Hitungan ketiga kalian buka penutup mata kalian. Kami minta gak ada tangisan dari kalian. Satu...."

"Dua....."

"Dua setengahh....."

"Ti... Tiga....."

Sreekkkkk.........

******

Sebuah CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang