Chapter 2

598 60 2
                                    

Sudah pukul 6.15 Yerin sudah sampai disekolah. Kawasan kelasnya masihbsepi hanya dua sampai tiga anak yang baru datang. Yerin menyapu pandangannya keseluruh ruang kelas, dilihatnya meja Eunha Yang masih kosong.

Sepasang headseat ia pasangkan ditelinganya. Setelah selesai menekan tombol i-podnya. Ia langsung mengalihkan perhatiannya kepada satu novel yang baru dibelinya kemarin lalu mulai membacanya lembar Demi lebar pada buku itu.

"Yennie". Eunha menatap Yerin malas, lagi lagi sepasang headsead terpasang ditelinga sang sahab

Dengan gemas Eunha melepaskan handseat itu dengan tarikan kasar.

"Ish, Eunha apaan sih". Ia menutup bukunya dan menatap tajam kearah Eunha Yang cengar cengir nggak jelas.

"Lo bisa nggak sih seharj nggak pakai headseat dan baca novel mulu? Gw bisa bisa nggak dianggap Yennie". Ucapnya dramatis, Yerin merotasikan bola matanya malas bisa bisanya dia beekata seperti itu.

"Hidup gw, jangan ngatur hidup gw". Tukas Yerin datar, sungguh ia memang sulit meninggalkan dunianya sendirj hanya demi teman? Berartikah?

Ini hidupnya yang membuatnya nyaman dengan dunianya. Hidup uang dia atur untuk dunianya. Ia hidup untuk dirinya bukan yang lain.

"Yennie, yaelah baper amat, mian deh". Eunha lalu menempatkan posisi duduk disebelahnya.

"Lo tempat nyaman gw kan Una? Jadi itu resiko berteman dengan gw". Yerin berkata lagi, Eunha mengangguk paham dan meminta maaf lagi pada Yerin.

"Okey gw nggak mau kita berantem. Karena gw mau ngomong sama lo kalah gw tahu nama cogan yang semalam". Pekik Eunha heboh.

Astaga!

"Una sayang lo itu alay deh. Nama doang apa hebatnya coba". Eunha mencebikan bibirnya kesal lalu memukul kepala Yerin pelan.

"Namanya Jeon Jungkook, ish keren nggak tuh? Iyalah orang keren gitu. Tapi sayangnya....". Eunha nampak berpikir.

"Apalagi sekarang?".

"Sayangnya dia nakal". Jawab Eunha menopang dagunya.

"Gw nggak peduli mau dia ganteng, atau nakal. Bahkan anak presiden pun gw nggak peduli". Dingin Yerin menjawab ulasan Eunha.

Eunha mulai geram sendiri, ia berpikir keras hntuk mencarikan pasangan untuk sahabatnya. Ia tak peduli walaupun nantinya Yerin akan melupakannya. Yang terpenting, kebahagian dunia sudah cukup dirasakan Yerin.

(----)

Disisi lain terdapat seorang namja yang tengah bersender di dinding kelasnya. Ia mengotak atik ponsel yang berada digenggaman tangannya. Wajah tampan namun dingin itu sudah cukup ia perlihatkan dari tadi.

"Ali, panggilan konseling". Ali menoleh saat suara ssaem yang tadi mengusirnya kembali terdengar.

"Untuk apa? Gw salah apa coba". Jawabnya tanpa melihat kepada sosok tegap yang memandang jengah kearahnya.

"Kalau tidak kamu mau bapak hukum lagi? Benar? Itukan yang mau bapak omongin". Jungkook, lelaki itu adalah Jungkook. Lebih tepatnya Jeon Jungkook.

Tanpa menunggu jawaban dari guru itu lagi, Jungkook melangkahkan kakinya kearah ruangan Bimbingan Konseling. Ia berjalan dengan langkah ringan serta kedua tangan yang diselipkan disela sela celana sekolahnya. Wajah santainya begitu terlihat, tak ada perasaan takut sekalipun diwajah dinginnya itu.

Setelah mendaratkan tubuhnya didepan ssaem Choi Jungkook tak banyak bicara lagi ia hanya memandang ssaem Bimbingan Konseling itu datar.

"Masalah apa lagi Jungkook". Tanya wanita paruh baya itu kepada Jungkok.

BAD BOY (FRIEND) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang