Prolog

23.4K 902 12
                                    

Renewing My Story ...., Enjoy, and hope you like it :)

Prolog

                Aku duduk dengan kepala tertunduk di kursi ini, di ruangan ini bagaikan seorang terpidana. Berada di ruang pengadilan, meski bukan pengadilan kriminal, sangat tidak membuatku nyaman. Perutku menjerit-jerit. Darahku berdesir dingin penuh dengan emosi yang tertahan. Air mataku seperti sudah sulit lagi untuk keluar. Sudah habis kukeluarkan satu bulan kemarin, sejak Bian mengajukan tuntutan itu. Ingin aku segera keluar dari sini, ingin aku ini tidak pernah terjadi.

Sementara Bian yang duduk di samping dengan tenang. Wajahnya datar dan mendengarkan dengan seksama apapun yang diucapkan oleh Ibu Hakim Ketua. Bian benar-benar menginginkan ini. Semakin sesak rasanya. Tak kudengar lagi apa yang mereka ucapan untuk meluluskan permohonan Bian.

    "Baiklah sebelum saya memulainya, adakah yang dirubah kembali dari surat-surat ini?" tanyanya pada kami berdua terlebih padaku.

Kami berdua menggeleng. "Tidak ada, Yang Mulia."

Sang Hakim Ketua mengangguk.

    "Setelah melalui beberapa kali mediasi untuk mencoba menyelamatkan perkawinan kalian dan sepertinya tetap tidak dapat merubah pendirian kalian untuk tetap bercerai, apa  kalian setuju sepenuhnya dengan keputusan kalian ini, dan tidak akan menyesal di kemudian hari?"

Bian menggeleng sementara aku mulai tertekan, tapi aku pun mengangguk setuju.

    "Baiklah, kita akan segera mulai.

    "Tertanggal 18 April 2012,  Febrian Wira Natasasmita Bin Erwin Natasasmita mengajukan gugatan cerai terhadap Kirana Larasati binti Prasetyo Suryolaksono yang telah menikah pada tanggal 5 April 2008,  dengan alasan ..."

Selanjutnya aku tidak mau mendengarkan semua yang Hakim Ketua ucapkan. Ingin menutup kedua telingaku. Bahkan saat abdi negara paruh baya berjilbab hijau lumut itu membacakan perjanjian kami pun, aku tidak mengikutinya penuh.  Hingga saat dia sampai pada,

    "Maka tertanggal 10 Mei 2012, Pengadilan Agama Kota Bandung mengabulkan permohonan Talak Cerai atas nama Febrian Wira Natasasmita Bin Erwin Natasasmita kepada  istrinya Kirana Larasati binti Prasetyo Suryolaksono."

Ketukan palu tiga kali di atas meja sebagai pengesahan keputusannya semakin membuatku tersadar dan kepalaku siap pecah.

     "Sejak keputusan ini dijatuhkan, kalian bukan lagi pasangan suami istri, dengan saksi paman dari kedua belah pihak. Kalian dipersilahkan menanda-tangani kertas ini," Ibu Hakim Ketua bersiap menyelesaikan tugasnya.

Jantungku mulai berdetak keras saat Ibu hakim menyodorkan selembar kertas ini pada kami dan memintanya untuk mendekatinya.

Bian sempat menolehku sejenak untuk meyakinkan reaksi wajahku. Kemudian mengambil pena yang disodorkan hakim padanya.

Aku melihatnya tanpa berkedip. Dia menghela nafas  dalam-dalam dan mulai menorehkan goresan tangannya di kertas itu. Hatiku tersayat-sayat. 'Ini sudah terjadi. Ini bukan mimpi lagi. Dia menandatangani suratnya!' Aku tidak bisa bernafas, pandanganku mulai kabur.

    "Giliranmu, Rey," ia menyadarkanku.

Aku terjaga kembali dan melihat kertas itu yang tinggal menunggu tanda-tanganku.

    "Kirey...?"

Dengan gugup aku mengambil pena dan mataku tak lepas dari kertas itu. Kuharapkan, kudengar tangis Akhtar yang bisa membatalkan ini semua. Tapi tak terdengar tangisannya. Tidak akan ada yang bisa menghalangi ini semua. Kami memang harus bercerai.

Aku menarik nafas dalam-dalam, tapi dadaku semakin sesak. Aku berusaha menahan tangisku.

Dengan gemetar aku menarik garis berbentuk tanda-tanganku di sana. Aku sama sekali tidak dapat benafas saat aku menarik kembali pena itu. Aku benar-benar melakukannya. Sudah kutanda-tangani surat ini. 'God'


Hatiku hancur berkeping-keping. Hancurlah sudah pengorbananku mempertahankan cinta kami, menjaga perkawinan ini dari semua badai yang menghadang kami. Semua sudah berakhir. Air mataku tak dapat kutahan lagi.

    "Kirey...?" suara Bian menyadarkanku.

Aku melihat dia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Aku menatapnya sangat tidak percaya.

Refleks aku menamparnya keras penuh amarah.

    "Kamu mengkhianati cinta kita, Bee, kamu mengkhianati keyakinan kita, kamu mengkhianati janji kita, dan kamu mengkhianati diri kamu sendiri!" tekanku tajam. "Aku benci kamu, Bee! Aku sangat membencimu. Aku bersumpah, kamu akan menyesal melakukan ini padaku!" Aku segera meninggalkannya dengan penuh air mata. Duniaku hancur sudah. Menambah panjang deretan berita perceraian artis Indonesia tahun ini.

Soooo, should i continue ???   :)


Maaf, untuk kelanjutannya, bisa menunggu dalam bentuk buku yang masih dalam proses naik cetak.

Bagi yang berminat, bisa langsung menghubungi saya melalui Inbox :)


Terima kasih,

Keavy :)


Will You Take Me Back ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang