Mangga ah, lajengkeun ...., hatur nuhun, ka sadayana :)
Enjoy and hope you like it :)
Serpihan 3
Tak berapa lama kemudian, kami sudah berada di rumah sakit, menunggu persalinan Gita. Shindu bersamanya di dalam sana, sementara Fathir bersama kakek dan neneknya, di luar sini bersama kami yang menunggu dengan tidak sabar.
Aku harus memberitahukan Bian. Entah dari mana pikiran itu terlintas di kepalaku. Tapi Bian harus mengetahuinya, Gita sedang melahirkan (sepupu tersayangnya) sementara Shindu tentu tidak sempat menelepon. Aku ragu melakukannya, tapi aku harus memberitahukannya!
Dengan gugup, aku menekan satu nomor yang langsung tersambung pada ponsel Bian. Dadaku berpacu kencang, menunggu penerimaan. Beberapa kali berdering, tidak ada jawaban. Hatiku kecilku kecewa, mungkinkah Bian enggan menerima teleponku. Ya ampun, Bee.
Aku bersiap menutup kembali telepon saat tepat terdengar dari sana,
"Ya, Rey!? Sori, aku lagi mandi!" jawaban langsung mengagetkanku sebelum aku sempat menekan tombol 'off'.
"Assalamu'alaikum, Bee...?"
"Walaikum salam, yea, Rey...?"
"Gita mau melahirkan, Bee. Dia di rumah sakit sekarang dengan Shindu."
"Apa? Ya udah, aku ke sana sekarang!" Seketika itu juga hubungan telepon terputus.
Mataku langsung basah perih kecewa. Dia bersikap seperti ini. Dia menolakku. Dia tidak mau berbicara lebih lama denganku lagi. Kenapa!!?
Kutarik nafas dalam-dalam dan mencoba mengalihkan perhatianku. Gita sekarang yang harus kukhawatirkan.
**
Syukurlah persalinan berjalan normal. Dalam waktu hanya tiga jam, sosok bayi perempuan cantik, lahir dengan selamat dan sehat. Aku sangat bahagia dan lega, Gita dapat melahirkan bayinya dengan lancar dan selamat. Aku sudah ketakutan, setelah sebelum membuat repot dia dengan aku yang menangis di pundaknya membuatnya memikirkanku. Aku lebih senang lagi saat diperbolehkan untuk melihat bayinya.
"Dia cantik sekali ya, Mas?" ucapku pada Akhtar yang duduk di pangkuanku memperhatikan sepupunya.
Akhtar mengangguk tanpa melepaskan matanya dari bayi mungil di pelukan Gita. Penuh takjub.
"Mas Akhtar, ini Feeya." Gita memperkenalkan bayinya pada Akhtar.
"Feeya?" aku tersenyum dengan namanya. Aku melirik Shindu yang menggendong Fathir.
"Yup, Ashafeeya," ucapnya bangga.
"Nama yang bagus, Shindu."
Shindu dan Gita tersenyum bahagia.
Aku kembali pada bayi mungil itu. Dia mirip sekali dengan Gita. Hidungnya milik Gita, tapi rambutnya sama seperti kakaknya (yah, mereka dapat rambut ayahnya).
"Coba Mas Akhtar panggil, Feeya ; 'Hai Feeya'." Aku memintanya, karena mata Akhtar belum juga lepas darinya.
"Hi, Feeya," panggilnya datar.
Kami tersenyum gemas mendengarnya.
"Dadda!" seru Akhtar tiba-tiba seraya turun dari pangkuanku dan lari keluar kamar. Kami terkaget dan terheran. Bian kan, belum datang.
"Akhtar!" Aku segera mengejarnya keluar.
"Hiya buddy." Sebuah suara dan sosok, membuatku tak dapat bergerak dan bernafas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Take Me Back ?
ChickLitPerceraian itu menghancurkan keduanya. Tapi Kirey yakin Bian masih mencintainya. Kirey akan menunggu Bian, sampai lelaki yang dicintainya itu memintanya kembali. Sampai kapanpun itu ....