Hanya saja ... siapa pun yang melakukan ini, mereka jenius. Jenius sekali, malah.
-
Park Jimin―seperti dalam pikiran Yoongi sebelumnya―adalah tipikal seorang anak lelaki yang patuh dan sopan. Yoongi telah memperhatikan gerak-gerik sang anak tertua ketika namanya pertama kali dipanggil untuk tetap duduk di ruang interogasi oleh opsir yang bertugas. Jimin mengangguk paham lantas berbalik pada kedua adiknya yang kala itu sama-sama memetakan ekspresi bingung di wajah mereka.
"Aku akan baik-baik saja," katanya. "Taehyung, tolong jaga adikmu."
Selepas opsir penjaga menggiring keluar Taehyung dan Jungkook, sang kakak membetulkan posisi duduk. Ia menempati kursi tengah yang ditinggalkan si bungsu, menghela napas pelan dan menunggu; sementara Yoongi dan Namjoon duduk memerhatikan lewat kaca satu arah di hadapan keduanya.
Perut Yoongi bergejolak ketika ia menyelisik lebih dalam. "Anak ini terlihat telah menegarkan dirinya untuk waktu yang sangat lama. Bagaimana menurutmu?" tanyanya, menyuarakan isi kepala.
Di sebelah Yoongi, Namjoon mengedikkan bahu. "Apabila cerita Hoseok tadi benar soal perlakuan yang diberikan ayah mereka, maka aku bisa menyetujui pendapatmu. Dan ... kita punya satu bukti kuat lagi untuk menyerang siapa pun nanti pelakunya."
"Karena didorong oleh rasa dendam?" tekan Yoongi, lalu Namjoon mengamininya dengan sebuah anggukan pelan.
Ada helaan napas panjang sebelum akhirnya figur yang lebih pendek dari keduanya bangkit dari kursi dan melengos menuju pintu. Yoongi meninggalkan jasnya yang semula tersampir dan kondisi kemejanya kini benar-benar tidak rapi. Kau bisa bayangkan pria itu dalam balutan busana demikian lalu kau akan berasumsi bahwa ia termasuk ke dalam jajaran bad police―atau apalah itu sebutannya.
Pada detik pertama pintu ruang interogasi tertutup di balik punggung Yoongi, si sulung mendongakkan kepalanya dengan kaku lalu menunduk lagi―dengan jelas menghindari tatapan mata sang detektif. Yoongi lantas mengambil kursi di hadapan Jimin, terlebih dulu meletakkan map hasil cetak foto forensik yang baru saja didapatnya ketika keluar dari ruangan Seokjin.
Satu gerakan singkat dan kini pemandangan mendiang sang ayah terhampar di depan hidungnya.
Jimin menahan napas. Ia memejamkan mata selama beberapa detik sebelum membukanya lagi.
"Namaku Min Yoongi," ujar si detektif memulai interogasi. "Kau dan adik-adikmu menemukan mayat ayahmu pukul sebelas tadi malam?"
"Ya." Sang terduga pertama menganggukkan kepalanya.
"Dan apakah benar kau dan adik-adikmu baru menghubungi polisi sekitar lima jam kemudian?"
Yoongi kembali mendapatkan jawaban berupa anggukan pelan yang sarat akan kebenaran. Ketika dimintai keterangan, Jimin lantas menceritakan keadaan saat ia menemukan sosok ayahnya pertama kali.
"Aku tak tahu apa yang kulihat. Kupikir ia tertidur di sana atau bagaimana. Aku tak ingin membangunkannya. Dia akan luar biasa marah apabila dibangunkan," jelasnya. Lalu berujung pada bagaimana ia memilih untuk menunggu adik-adiknya pulang hingga akhirnya Jungkook yang pertama kali menemukan dirinya bersandar di dinding dekat bak sampah. "Ya, lalu kemudian Taehyung yang datang."
"Kalian berjalan bersama-sama menuju rumah?"
Jimin mengiakan lagi. "Jungkook yang membuka kunci dan menyalakan lampu," terangnya, lalu mengangkat telapak tangan kanannya untuk membasuh wajah dari dahi hingga ke dagu. "Maaf. Aku belum bisa melupakan wajah ayah ketika kutemukan tubuhnya tergeletak di tengah rumah."
![](https://img.wattpad.com/cover/178479566-288-k328858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers
أدب الهواة[Completed]. Senior Detective Min Yoongi handles a case while questioning his own moral. A case involving three young men from different blood. When his deduction found dead-end, one by one of three brothers serves themselves as the culprit. By most...