Yang nanya part 2-24 kemana atau part 104-108 kok gak ada??? Jawabannya aku lagi revisi ulang cerita ini. Jadi beberapa part ada yang aku unpublik sementara. Aku bakal ubah ceritanya. Jadi buat kalian yang masih nanya kemana part yang hilang bisa baca ulang dari awal.
Terimakasih 😊*****
Cowok ganteng itu adalah Devan. Devan segera menghampiri meja Renata dan Raya. Bukan hal aneh lagi kalau Devan berteman baik pada kedua badgirl ini. Semua tau, kalau Devan itu sebenernya memiliki rasa lebih pada seorang Renata. Bukan hanya sekedar teman tetapi lebih dari itu. Sayangnya Renata hanya menganggap Devan adalah teman lelakinya yang saat asik. Bukan Renata tidak tau kalau Devan memiliki rasa padanya tapi Renata tak mau membahas itu. Renata takut karena perasaan itu pertemanan mereka nantinya akan hancur.
"Sialan lo berdua. Gue nungguin depan kelas eh ternyata udah pergi duluan." gerutu Devan. Keduanya hanya terbahak melihat ekspresi kesal Devan.
"Lo lama, makanya kita cabut duluan." sahut Raya.
"Biasa Ray, dia kan nyamperin si Bunga dulu ke kelas sebelah." ledek Renata membuat Devan bangkit lalu menikam Renata dengan mendekapnya di bawah ketiaknya.
Raya hanya tertawa melihat itu. "Dev, lepas lo bau anjir." kesal Renata karena Devan terus saja mendekapnya.
"Bodoamat, biar mampus lo!"
Raya bukannya memberhentikan itu tetapi malah tertawa kencang. Hingga seseorang menghampiri meja mereka. Raya langsung menghentikan tawanya karena kaget. Begitu juga Devan tapi tidak melepaskan jepitan itu pada kepala Renata.
"Lepasin!" perintah Marcel.
Yah Marcel yang berada disana. Entah setan apa yang merasukimu eh malah nyanyi. Maksudnya entah apa yang dilakukan oleh Marcel, mengapa menghampiri meja Renata. Bahkan Riki dan Farhan aja tidak nyangka kalau izinnya Marcel ke toilet ternyata menghampiri meja cewek badai itu.
Marcel melihat Devan yang masih saja dengan posisinya. "Gue bilang lepas! Hargain dia sebagai perempuan." ucapnya lalu pergi.
Raya masih terdiam. Sedangkan Devan tanpa sadar melepaskan kungkungan itu. Dan Renata menampilkan wajah bodohnya.
"Tadi siapa Ray yang bilang gitu?" tanya Renata polos. Padahal semua mata tertuju pada mereka.
"Kak Marcel." jawab Raya.
Renata diam. Yakali itu manusia es ngomong gitu, ke gue lagi.. batin Renata.
"Gak percaya gue. Udah ah lanjutin makan dah." ucap Renata membuat Raya dan Devan saling pandang.
"Tapi tadi beneran kak Marcel, Re." Raya meyakinkan.
"Iya, bodoamat. Gak peduli gue." jawab Renata santai.
Sedangkan Devan kembali tertawa, apa yang lucu. Entahlah, mungkin anak ini sudah gila.
*****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Renata dan Raya bergegas untuk pulang. Hari ini ada jadwal mereka untuk ke salon. Jangan heran. Ini hal biasa bagi mereka. Maklum holang kayahhh.
"Gak usah ganti baju kali ya, kita ke butik aja." usul Renata.
Raya mengangguk, "boleh, gratis ya tapi."
Renata menoyor kepala Raya dengan keras membuat sang pemilik meringis. "Sakit dongo." Omel Raya.
"Lagian emang itu butik punya nenek moyang lo, apa-apa maunya gratis." dumel Renata.
"Selagi masih bisa dapet yang gratis buat apa bayar? Kita itu harus berhemat Re."
"Tai kucing berhemat, ini aja mau ngabisin duit."
Raya mengangguk-angguk. "Iya juga ya, gapapalah emang di takdirinnya begitu, kita bisa apa?"
"BODOAMAT RAY!" teriak Renata lalu berjalan lebih dulu menuju parkiran sekolah.
Tetapi sayang di tengah perjalanan menuju parkiran sekolah, tali sepatunya terlepas dan dirinya tidak sengaja menginjaknya. Otomatis membuat dirinya jatuh tersungkur.
Hal pertama yang ia dapat adalah TAWA. Sungguh tega sekali. Kalian tau siapa yang tertawa? Yah siapa lagi kalau bukan RAYA CANTIKA.
Emang ya benar, yang namanya sahabat itu jika sahabatnya jatuh bukannya langsung di bantuin malah di tertawain lebih dulu setelah puas barulah di bantuin. Begitulah Raya.
"HAHAHAH LO KENAPA RE?" tanya Raya masih dengan tawanya.
"Bantuin kek, bukannya malah ketawa! Sialan lo." kesal Renata.
Tawa Raya sudah mereda, barulah ia akan membantu Renata untuk bangun. Dengan muka mereka Renata menahan malunya. Masa iya cewek badgirl jatuh di depan umum. OMG. Tapi sayang Raya kalah cepat dengan seseorang.
"Lain kali periksa dulu tali sepatu lo, baru jalan. Jangan jatoh dan buat orang susah untuk lewat." ujar Marcel setelah membantu Renata berdiri.
Yang di lakukan oleh Raya? Yah seperti di kantin tadi. Hanya bengong yang dapat Raya lakukan. Sedangkan Renata menggerutu.
"Kalo gue tau ini tali sepatu copot juga gue bakal benerin dulu kali baru jalan." gerutu Renata pada Marcel yang sudah berjalan menjauh darinya.
"Ihhh ngeselin banget sih manusia es! Ngapain pake nolongin kalo harus ada ceramahnya."
"Re, kak Marcel ganteng banget ya kalo di lihat dari deket." ujar Raya dengan mata yang berbinar.
Renata melolot ke arah Raya. "Hah gak salah lo? Dia sama Jefri Nichol juga gantengan Jefri Nichol kali." ujar Renata tak suka.
"Yaampun Re, ngapain ngarepin Jefri Nichol yang gak mungkin kita capai. Disini ada yang mungkin kita bisa capai Re, contohnya kak Marcel."
Renata menarik nafasnya kasar. "Ambil aja buat lo, gue gak tertarik."
Renata berjalan lebih dulu lagi menuju mobilnya. Dan tak lama Raya menyusul dari belakang setelah khayalannya tentang Marcel selesai.
Bersambung....
Gimana part ini setelah di revisi??? Masih seru?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold ( REVISI )
Teen Fiction15-Maret-2019 (Rank #7 Remaja) 19-Maret-2019 (Rank #1 SMA) 27-Maret-2019 (Rank #1 teen fiction)