Benci si R

119 3 3
                                    

"Ular melingkar – lingkar diatas pagar rumah pa amar."

"ular melingkal – lingkarl di atas pagall ....uhh ulall melingkarl... ahhhhhh udah ah, udah blibet mulut aku dali tadi latihan huluf el (r) gak bisa bisa!"protesku pada sahabat ku Heri.

Aku sendiri bernama Ramdan, sesuai dengan namaku aku lahir di bulan Ramadhan hhehe....sekarang aku duduk di kelas 5 sd,sekelas dengan sahabatku Heri. Tapi aku tetep saja susah kalau mau berkenalan dengan orang karena aku sendiri susah mengucapkan huruf R. Nama Ramdan suka berubah menjadi Lamdan. Oleh karena itu aku jadi benci dengan huruf "R". Setiap pulang sekolah aku selalu minta diajarkan kepada sahabatku Heri untuk diajarkan mengucapkan huruf R. Namun tetap saja, rasanya semakin sulit.

"Dan kenapa berenti latihannya? kamu udah nyerah ya?" Tanya Heri.

"Bukan begitu Hel (Her). Bukannya aku menyelah, tapi aku kesel. Kesel banget malahan. Kenapa ya aku dali dulu gak bisa bisa nyebutin huluf l (r) ? padahal udah latihan tiap hali,tapi tetep aja gak bisa." Aku menjawab dengan wajah yang lemas.

"Hel tapi kok kamu bisa ya ngucapin huluf el (r) dengan lantang, kamu latihannya gimana sih?" Tanyaku lagi.

"Aku mah ga latihan Dan. Aku bisa sendiri dari kecil juga. Emangnya kenapa sih kamu ngotot mau belajar hururf R, padahal kan gak apa apa gak bisa ucapin juga, malah terlihat lucu."

"Lucu dali mananya Heli? kamu gak ngelasain sih jadi aku, seolang yang cadel. Jadi cadel itu banyak yang mengejek tau. Jangankan di depan kelas, waktu ngoblol saja banyak yang neltawain. Makannya aku pengen belajal ngomong R."

"Tapi banyak juga kan yang ga nertawain? Aku kan enggak. Kata Mamaku, manusia itu pasti ada suka dan tidak suka. Pasti selalu ada yang mencibir. Yang penting, kita menjadi pribadi yang baik. Bukan yang terlihat baik."

"Ohh, gitu ya. Ngomong-ngomong, mencibil itu apasih?" Tanyaku, asing mendengar kata mencibir.

"Mencibir Dan"

"Iyaa itu deh"

"Nggak tau. Mamaku bilang gitu aja." Heri pun sama bingung. "Ehh besok kan ada tugas buat bacain cerita didepan kelas, kamu mau bacain cerita apa?" Sambungnya. Aku terkejut seketika, aku lupa bahwa besok harus bacain cerita. Ah tapi... kalau aku bacain cerita depan kelas, pasti banyak yang meledek aku.

"Jangan sedih dong, Dan. Gimana kalau kamu cari cerita yang ga banyak huruf R nya?"

"Iyaa ya. Aku cari dulu cerita yang gak ada huruf R nya aja. Biar nanti gak di ketawain sama temen temen kelas!" Memangnya ada, ya? Tanyaku dalam hati.

Sesampainya dirumah akupun mencari-cari cerita yang ga ada huruf R nya. Tapi ga ketemu. "Aahh pusing. Gimana ini, besok aku bacain cerita apa? Gak mungkin ada cerita yang gak ada huruf R nya dan pasti Semua cerita banyak huruf R nya. Aku bingung!!" Teriakku, tapi ga keras.

Yaudah lah pasrah aja,biarin banyak yang ngeledek juga asalkan aku punya nilai di pelajaran ini. Sebenarnya lebih berharap kalau esok, gurunya tidak masuk. Jadi, aku tidak perlu membacakan cerita.

Pagi ini, sama sekali tidak kusambut dengan semangat. Apalagi ketika Heri bertanya.

"Eh gimana, nemu gak cerita yang gak ada huruf R nya?" Tanya heri

"Gak ada. Aku udah nyali dali belbagai buku, udah bel latus-latus judul, belpuluh puluh halaman tapi tetep aja gak nemu celita yang gak ada huruf L nya." Padahal ga sampai ber ratus-ratus buku juga sih.

" R" koreksi Heri. Aku hanya bisa mendengus. Selalu seperti itu,dasar jail.

"Gimana dong?" berharap Heri bisa membantuku dengan memberikan secarik kertas berisi cerpen tanpa huruf R.

BerceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang