Malam itu mungkin menjadi malam yang paling disesali oleh seorang deni, bagaimana ia tidak menyesalinya? apa yang ia perbuat membuat kedua orangtuanya marah dan mengusirnya dari rumah.
"ibuuu...."
"ibuu maafkan aku,aku tidak sengaja melakukannya, aku tidak tau bahwa itu akan terjadi dan mebuatmu marah" ujar deni terisak.
"Ini sudah berulang kali terjadi, kamu sudah berjanji tidak akan melakukannya lagi tapi kenapa kamu malah sengaja melakukannya?" Jawab si ibu dengan nada tinggi.
"Kamu tahu kan akibatnya kalau melakukannya perbuatan itu lagi?" terusnya.
"Sudahlah mah, maafkan saja anakmu itu, dia sudah bilang tidak sengaja melakukannya,maafkannla dia"kata sang ayah.
guyuran air hujan pun mulai membasahi pakaian deni yang sejak tadi berdiri memohon maaf kepada sang ibu.
Namun suasana disana malah semakin memanas dan bergejolak.
"Ibuu maafkanlah anakmu ini ,aku berjanji tak akan mengulanginya lagi" deni merengek.
"Tidak bisa, kamu sudah melakukannya berulang kali, tidak ada maaf lagi dariku. Sekarang pergi dari sini, pergi dari rumah ini, ibu tak mau melihatmu lagi, kamu anak durhaka,Pergi".tegas sang ibu.
"ayah bagaimana ini? Aku tak mau pergi dari rumah ini, tolong aku ayah" deni memohon.
"Maaf anaku, ayah tak bisa bantu apa apa, itu kesalahanmu sendiri dan kamu harus bisa bertanggung jawab atas kesalahan yang kau buat, sekali lagi maafkan ayahmu ini anakku"
"Baiklah aku akan pergi dari sini, aku akan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang aku lakukan, aku akanpergi dan mencari penggantinya" cetus deni.
Dan akhirnya Dibawah guyuran hujan deras, deni pun meninggalkan rumahnya tanpa tau arah dan tujuan kemana dia akan pergi.disepanjang jalan ia menggerutu dan menyesali perbuatan yang ia lakukan.ia menangis sejadi jadinya dan memohon ampun.
"bagaimana aku bertanggung jawab atas perbuatan yang aku lakukan? Aku bingung, akutidak tau apa apa pun aku tidak mengerti atas apa yag terjadi,aku tidak bisa focus berfikir sekarang, fikiranku bercabang, aku memikirkan orang tua ku, aku memikirkan tujuan namun yang paling aku pikirkan adalah pertanggung jawabanku atas apa yang aku lakukan" fikir deni.
"Baiklah aku akan memikirkan satu satu dulu,pertama aku akan mencari tempat tinngal dulu untuk malam ini kemudian aku akan memikirkan cara selanjutnnya yang akan aku lakukan....."
Di bawah guyuran hujan yang lebat itu deni akhirnya menemukan gubuk untuk tempat tingganya sementara, disana dia bisa beristirahat sambal memikirkan bagaimana caaranya ia bertanggung jawab.
Deni pun beristitahat dengan membaringkan tubuh basahnya di lantai yang beralaskan tikar itu. Dia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, dia terus saja memikirkan bagai mana ia meminta maaf.
"Huhh... bagaimana caranya ya aku meminta maaf kepada orangtuaku? Aku hanya memecahkan gelas kan? Tapi kenapa mereka marah begitu? Kan gelasnya masih ada bebrapa buah lagi, aku Cuma memecahan 3 saja dan sisanya masih banyak?". Pikir deni.
"Oke baiklah besok aku akan mencoba mencarinya di pasar dan aku akan meminta maaf kepada orangtuaku dengan menyerahkan gantinya." Deni bergumam dalam hatinya.
Iya deni belum tahu bahwa gelas yang dia pecahkan itu adalah peninggalan dari neneknya yang sudah meninggal, dan gelas tersebut menjadi barang berharga yang ibu nya punya unuk mengenang orangtuanya tersebut.
Sementara itu dirumah deni, sang ibu masih menangisi pecahan gelas yang tadi deni pecahkan. "Bagaimana ini, belas ini Cuma tersisa 2, bagaimana ini yah..." curhat ibu kepada ayah.
"Hmm.. sudahlah bu tidak apa – apa, walaupun ayah tahu bahwa gelas itu adalah barang yang sangat berharga buat ibu karena it adalah barang peninggalan orangtua ibu, tapi mau bagaimana lagi?Pasti kenangan dari gelas itu tidak akan terlupakan, tapi yang pasti kenangan yang paling berharga itu ada dan tersimpan dalam hati kan bu? Kenangan dalam hati tidak akan luntur. "
"Dan juga maafkan lah deni bu, karena dia tdak tahu bahwa gelas itu peninggalan neneknya dan sangat berarti buat ibu." Tutur sang ayah.
"Tapi ayah, tidak mudah untuk memaafkan kesalahan yang sudah berulang itu." Timpal ibu
"Iya ayah juga tau, memang berat untuk memaafkan kesalahan yang sudah berulang, namun coba ibu fikir kalau kita tidak memaafkannya kita akan kehilangan 2 perkara sekaligus, kehilangan gelas kenangan ibu juga kehilangan anak kita bu..." cetus ayah.
"Iya ayah , ibu akan maafkan deni. Benar kata ayah tadi kenagan yang sesungguhnya ada dalah hati dan tersimpan selamanya dalam hati. Kalau begitu kita besok cari deni" jawab ibu.
Kembali ke gubuk, setelah pagi datang akhirnya deni langsung berangkat ke pasar untuk mencari gelas yang ia pecahkan, setelah mencari hampir setiap sudut pasar akhirnya dia menemukann gelas yang serupa dengan yang dipecahkannya, dia menemukan gelas tersebut di tempat penjualan barang barang jadul, dan dia langsung menghampiri toko tersebut.
Namun sesudah membeli gelas tersebut ia sadar bahwa mungkin saja gelas yang ia pecahkan adalah gelas bersejarah pengnggalan kakek neneknya dulu. Dia teringat perkataan penjual gelas tadi bahwa gelas ini sudah jarang di produksi dan yang memakainya Cuma orangtua jaman dahulu.
Setelah mengerti kenapa ibunya sangat marah, deni langsung bergegas pulang untuk meminta maaf.
Sesampainya dirumah dia langsung masuk dan meminta maaf kepada kedua orangtua nya, dan menyerahkan gelas tersebut.
"Aku tahu kenapa ibu sangat marah karena gelas pecah itu, gelas itu peninggalan orang tua ibu kan? Maafkan aku karana sudah memecahkannya bu.. "deni berkata sambil menangis.
"Iya sayang, ibu sudah maafkan kok, betul itu adalah gelas peninggalan nenek kamu dan sangat berharga karena tersimpan kenangan dalam gelas itu, tapi benar penjelasan ayahmu semalam yang membuat ibu mengiklaskannya dan memaafkanmu,Karena kenangan sesungguhnya ada dalam hati dan tak akan terlupakann selamanya."
TAMAT