"tamu itu tidak akan masuk jika tidak dibukakan pintu"
Tiga hari sudah Nata di Jakarta dan postingan di instagramnya sudah bertubi – tubi. Begitu juga dengan Youtubenya yang sudah meng-up dua konten vlog terbaru darinya. Satu tentang kegiatan kulinerannya bersama Bram, satu lagi tentang dirinya yang diajak jalan – jalan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) oleh Bram.
Hari ini Nata tidak ada rencana kemana – mana. Namun, tiba – tiba Bram mengajaknya ke Ancol. Jelas saja Nata tidak akan menolaknya karena ia sangat ingin melihat bagaimana rupa pantai di Jakarta ini.
"udah siap Mo?" kata Bram saat masuk ke kamar Nata dan melihat Nata sedang mencatok rambutnya.
"bentar lagi sayang, tinggal ini aja" balas Nata sambil menunjukkan rambutnya yang belum di catok. Bram lalu keluar dari kamar Nata dan menunggu di ruang Tv
Nata keluaar dengan kaos biru campur putih dan bunga – bunga berwarna biru dongker dengan hotpants warna biru dongker juga.
Bram kaget dengan penampilan Nata. Mengapa gadisnya senang sekali memakai hotpants? Sebagai lelaki normal, dia merasa gairahnya naik ingin segera menyentuh Nata. Namun disisi lain, ia sangat menahan dirinya agar tidak melakukan hal yang tidak senooh. Ia juga ingin Nata berpakaian lebih tertutup. Ia merasa Nata sekarang sedang memamerkan badannya walaupun hanya dengan kaos santai dan hotpants yang tidak terlalu pendek namun ketat dan membuat lekukan pinggulnya berbentuk.
Bram tidak ingin gadisnya dilihat orang dalam keadaan begitu. Bram ingin Nata tampil dengan pakaian lebih tertutup, kalau bisa dengan hijabnya.
"Mo"
"iya sayang?"
"Bram pengen Mo lebih tertutup"
"hah? Maksudnya?" Nata mmasih belum paham apa yang dibicarakan Bram.
"pakaian Mo. Bram ingin Mo tapil lebih tertutup. Bukannya Bram tidak membebaskan Mo menjadi diri sendiri yang seperti ini. Tapi Bram sayang sama Mo. Bram gak mau melihat Mo tampil seperti ini di depan orang banyak. Terlebih lagi itu ditempat umum. Bram gak mau punya Bram diliatin orang.
"Mo udah ada niat sih sayang, mau nutup penampilan Mo yang kayak gini. Cuman masih berat aja mau ngelaksanain. Pelan – pelan ya syang hehe" kata Nata sambil cengengesan.
"yasudah.. kalo gitu, yuk kita jalan. Mba Eci, tolong jagain rumah ya" kata Bram yang setelah itu berjalan beriringan dengan Nata keluar.
***
Saat diperjalanan menuju Ancol, seperti biasanya, Nata nonstop berkicau didalam mobil, nanyi, bahkan mengusili Bram yang sedang menyetir dengan berbagai macam tingkahnya. Seperti sekarang ini contohnya, ia mengklitiki ketek bram-bahkan hanya menyentuhnya, bukan mengklitiki-sehingga Bram tidak dapat lagi menahan tawa gelinya disertai wajahnya yang merah padam. Bukan Maureen Natalia namanya kalau tidak jail sehari saja.
"Mo geli aah" Bram-disertai tawanya
"masaaaakk? Enak gaak? Hahaha"
"iih gelinya tuh bukan geli sembarangan"
"eh? Geli gimana emang? Geli geli gimanaaaa gituh? Hah? Hahaha"
"gelinya tuh kayak yang geli bikin merinding tauuu, udah ah.. ntar kita kenapa – kenapa lagi" ucap Bram finish-tidak tau lagi harus bilang apa-dengan wajah semerah kepiting rebus.
Nata yang melihatnya malah semakin meninggikan frekuensi tawanya. Bukan raut kesal yang di perlihatkan Bram pada Nata karena telah membuatnya kegelian, namun sebaliknya, ia malah ikut mengulas senyum bahkan menebar tawa.
Di tengah bercandaan mereka, Nata mengernyitkan dahi ketika tidak sengaja menangkap sosok yang sangat mirip dengan orang yang ia kenali ketika sedang melihat keluar jendela. Masak dia, sih? Batin Nata.
Sosok itu baru saja keluar dari rumah sakit dengan membawa kantong plastik yang dapat Nata bahkan orang lain simpulkan bahwa isinya adalah obat. Jika memang dia, kenapa dia keluar dari rumah sakit? Kenapa dia di Jakarta? Kapan dia kesini? Kenapa tidak mengabarinya? Nata membatin lagi. Banyak pertanyaan yang ingin Nata tanyakan langsung kepada orang yang ia kenali.
"kenapa Mo? Lihat apa?" Tanya Bram yang menyadari kekasihnya sedang memperhatikan sesuatu.
"ah? Bukan apa – apa Bram, tadi ada anak kecil mirip Aira" Aira itu adalah adik sepupu Nata. Nata sangat pintar dalam hal menyembunyikan sesuatu yang ia anggap belum pasti.
***
"Mo kenapa sih main HP mulu?" Tanya Bram. Sedari mereka tiba, Nata tidak banyak bicara.
Entah apa yang dipikirkan Nata, Bram tidak tahu. Tapi yang jelas,Bram sempat melihat Nata chatingan dengan Athar. Tampak di wajah Nata ia sedang mencemaskan sesuatu. Kayaknya khawatirin Athar. Athar lagi Athar lagi. Batin Bram.
"ini lagi nanyain Athar lagi dimana"
"kenapa di tanyain?"
"tadi tuh sebenarnya Mo lihat orang yang mirip Athar keluar dari rumah sakit. Mo kira Athar makanya Mo mastiin aja. Tadi juga Mo bilang ngeliat mirip Aira itu sebenarnya cuman peralihan aja biar Mo ngasi tau Bram lagi kalau udah tau kebenarannya. Apa Athar disini atau enggak" bahkan demi memastikan sesuatu tentang Athar pun Nata harus berbohong kepada Bram.
Bram diam dan hanya mengiyakan ucapan Nata dengan duakali anggukan. Tampak raut tidak suka sekaligus kecewa di wajah Bram. Namun sebisa mungkin dia menyingkirkan rasa itu agar tidak merusak mood Nata di liburan kali ini. Cukup mood gue yang lo rusakin, Mo. Setidaknya gue masih bisa ngontrol.
Puas berkeliling, Nata lelah dan merengek minta di belikan es krim. Bram pun pergi untuk menuruti permintaan Princessnya, membelikannya es krim. Sekembali Bram, nata masih sibuk dengan ponselnya dan memainkan jari – jarinya dengan lihai di atas tombol qwerty. Bram yang kehadirannya pun tidak disadari oleh Nata, dapat membaca dengan jelas isi percakapan Nata dan [lagi – lagi dengan] Athar. Bram sebenarnya tidak ingin mengatakannya, namun hatinya sudah tidak tahan lagi.
"Bram gasuka Mo sibuk dengan Athar kalau kita lagi bersama"
"Bram! Ngagetin aja. Kapan dating?" timpal Nata.
"bahkan Mo gak sadar kalau Bram dari tadi disini saking sibuknya sama Athar" ketus Bram.
"Bram cemburu ya?"
"kalo iya kenapa?"
"hahaha.. Bram kan tau sendiri Athar itu sahabat Mo. Dari orok malah" jawab Nata santai.
"Bram tahu. Kurang ngerti apa Bram selama ini? Inget Mo, tamu gak bakal masuk kalau gak dibukain pintu. Yang jadi pacarnya Mo itu Bram, bukan Athar. Walaupun itungannya Athar sahabat Mo dari orok, tapi tetap aja. Athar itu orang lain di hubungan kita, dan gak menutup kemungkinan buat adanya perasaan diantara cewek cowok yang sahabatan. Dia bisa aja jadi orang yang buat kita pisah suatu saat nanti. Bram gak mau itu terjadi, jadi tolong jaga perasaan Bram. Jaga juga perasaan Mo. Supaya kita bisa sama – sama wujudin someday kita." Jelas Bram dengan penuh amarah yang terpendam.
"I love you Maureen. Please let me be your future, like our dream" lirih Bram sambil merangkul tubuh Nata.
"I do, honey" jawab Nata.
"maaf ya sayang." sambung Nata.
"it's okay, baby" bahkan disaat suasana hatinya yang terbilang sangat tidak baik, Bram masih menunjukkan kelembutannya terhadap Nata.
Prinsip Bram, dia tidak akan pernah memarahi apalagi membentak orang yang dia cintai. Sebisa mungkin dia akan menegurnya dengan kasih sayang apabila ia berbuat salah. Bram memang pribadi yang baik.
***
sejauh ini kalian nge-save siapa nih? Bram Nata atau Athar Nata?
jangan jadi silent reader ya, biar aku tambah semangat
jangan lupa vomment, kawan
YOU ARE READING
Confused
Teen Fiction-Kata hatimu adalah yang terbaik. jangan bimbang dan ikuti alur kehidupan-