"why everything is so heavy?"
"iya, ma. Ini baru mau sarapan" pagi pagi sekali Maya menelfon Nata untuk mengabari dirinya yang akan berangkat ke Bali. Lagi lagi urusan pekerjaan. Walaupun Maya dipindah tugaskan ke Lombok, tetap tidak menutup kemungkinan dirinya untuk bolak – balik ke Bali.
"kalau gitu salam sama Bram ya,nak. Taxi nya udah hampir sampai, nanti Mama kabarin lagi. Jaga diri baik – baik" ucap Maya yang akan segera tiba di Bandara Internasional Lombok.
"iya ma, mama juga hati- hati ya diperjalanan. Assalamualaikum"
"waalaikumsalam wr wb" Maya menutup teleponnya.
Hari ini adalah hari terakhir Nata di Jakarta. Nanti malam ia sudah harus berangkat untuk pulang ke Lombok. Berharap akan di jemput oleh Maya, tapi ternyata keadaan malah berbalik. Giliran Nata pulang, Maya yang pergi.
"kenapa Mo?" Tanya Bram saat Nata baru saja mendudukkan pantatnya di kursi meja makan.
"ini mama mau ke Bali, pesawat jam 9 nanti"
"lah? Sekarang udah jam setengah Sembilan loh" Bram kaget.
"iya makanya mama sekarang udah di Bandara"
"hmmm" responnya sebelum meneguk susu. "kalau gitu, nanti Mo dijemput siapa?" sambung Bram.
"mungkin Om Jiwa" jawab Nata sedikit ragu, karna yang diyakini paling dia akan pulang naik taxi.
"ooh om Raga" Bram memang biasa memelesetkan nama om Jiwa-adik Maya-menjadi raga. Seperti faktanya, pasangan Jiwa adalah Raga.
"iih om Jiwa, by"
"hahaha lasing ke unik entan pinak an aran anakn sik papuk (habis nenek ngasi nama unik banget buat anaknya)" canda Bram dengan bahasa sasak. Nata sontak mengernyitkan alisnya karena setelah sekian lama tidak pernah mendengar Bram berbahasa daerahnya, kini ia mendengarnya lagi. Lucu. Logat Bram agak sedikit kaku.
"mangkak meno entan side bebahase? Hahaha..(kok gitu sih bahasanya?)" Nata disertai tawa yang nyaring. Eci yang bisa mendengar suara Bram dari dapur pun ikut tertawa. Meskipun Eci tidak bisa mengucapkan bahasanya, tetapi ia mengerti arti dari ucapan Bram.
"emang ada yang salah? Pinteran juga Bram bahasa sasak daripada Mo. Mo aja bahasa sasak masih dicampur logat Bali, wlee" ejek Bram sambil membanggakan dirinya. Memang jika dibandingkan, nilai rapot SD Bram dan Nata pada pelajaran Bahasa Sasak, jauh lebih tinggi Bram. Meski SD ditahun yang berbeda, pelajarannya masih tetap sama untuk muatan lokal (bahasa sasak).
"daripada Bram, bahasanya kaku kayak baru belajar"
"yee kan namanya juga tumben make lagi" timpal Bram tidak mau kalah dari pernyataan Nata yang ada benarnya juga.
"nanti mau pergi jam berapa?" Tanya Bram yang ingat Nata ingin pergi membeli oleh – oleh.
"habis ini deh sayang, biar cepet prepare"
"mau beli apa emang? Bram aja gak tau oleh-oleh khas Jakarta."
"gak musti oleh – oleh khas sih.. mau beliin nenel mukenah sama baju kek apaan gitu buat yang lainnya"
"yaudah Bram mandi dulu ya, Mo abisin sarapannya"
Baru saja Bram akan berdiri, Nata langsung menimpalinya dengan nada sewot. "iii tuh kan kebiasaan. Nata kan udah bilang kalau Nata ga suka lagi makan bareng trus Bram pergi pas makanan Nata belom abis" memang Nata sangat tidak menyukai hal itu. Dia menganggap seperti jomblo yang mengkhayal makan berdua dengan seseorang sampai – sampai memakan dua porsi makanan. Satu untuknya, satu lagi untuk someone bayangannya. Imajinasi Nata memang tingkat Dewa.
YOU ARE READING
Confused
Teen Fiction-Kata hatimu adalah yang terbaik. jangan bimbang dan ikuti alur kehidupan-