|C| First Day

5.2K 254 9
                                    

Masa sekarang..

"Adelleya Zodyana Humairah."

"Hadir Bu." Ody mengangkat tangan kanannya sambil terseyum.

"Ini panggilnya gimana ya?" Tanya seorang Guru yang diketahui adalah wali dari kelas tersebut.

"Adelle aja Bu." Jawab Amel teman sebangku Ody.

"Okay.."

"Amel ihhh!!" Panggil Ody pelan."Itu bukan nama panggil Od—".

"Udah panggilnya gitu aja. Bagus kok!" Sanggah Amel.

Kegiatan perkenalan dalam kelas Ody pun berlangsung dengan cukup menyenangkan. Dimulai dari mengabsen setiap murid didalamnya untuk mengetahui nama antar satu sama lain hingga menentukan orang-orang yang bertugas atau yang akan terlibat dalam kepengurusan struktur organisasi kelas.

"Assalamu'alaikum, permisi Bu." Seseorang mengetuk pintu kelas. Tepat setelah kegiatan dikelas itu selesai.

"Oh Hansen. Silahkan masuk" Hans dan kelima rekannya pun masuk ke dalam kelas X1 satu itu.

"Mau pengenalan kedua ekskul ya?"

"Iya Bu."

"Oh yaudah silahkan Ibu juga udah selesai." Bu Shila selaku wali kelas X1 pun pamit.

"Kak Zayn.." Lirih Ody.

"Uh.. ganteng juga ya Kak Hansen itu." Kata Amel dengan tatapan kagumnya.

"Ohh. I-iya.." Ody menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan matanya yang mulai berair dari Amel.

Setelah demonstrasi singkat ekskul sanggar seni itu selesai para anggotanya pun membagikan formulir untuk pendaftaran anggota baru pada setiap murid di kelas itu.

"Adelle, kamu mau daftar?" Tanya Amel sedikit tidak menyangka saat melihat teman sebangkunya itu mulai mengisi formulirnya. Lalu Ody hanya mengangguk.

"Ya ampun segitu sukanya kamu sama Kak Hansen sampe mau masuk ekskulnya?" Amel mulai heboh sendiri membuat Ody sedikit panik karena suara Amel sedikit nyaring yang mungkin akan menarik perhatian sekitar.

Bagaimana jika Kakaknya itu melihat dirinya?

Kenapa juga Amel berpikir bahwa Ody mendaftar karena mengagumi sala satu anggotanya !?

"Shutt!! Amel..!" Pinta Ody untuk diam dan untungnya Amel langsung menutup munurutinya.

"Okay.. okay.. sorry, Adelle. Hehe..". Amel berbisik setelah itu langsung melirik sekitar."Aman.."

"Amel. Ody mau minta tolong boleh gak?" Pinta Ody dengan sedikit ragu.

"Minta tolong apa? Kasihin kertasnya kesana ya?" Tebak Amel karena melihat Ody menggenggam kertas formulir itu didepannya. Dan benar Ody mengangguki untuk pertanyaan Amel.

"Okay.. aku ngerti. Pasti nervous ya kalau nyamperin orang yang disuka." Amel meraih formulir itu dari tangan Adelle.

"Enggak! Bukan gitu." Amel tidak menghiraukan sanggahan Ody dan terus melangkah menuju meja guru.

"Terimakasih ya bagi yang sudah mendaftar dan ditunggu kehadirannya hari sabtu nanti setelah KBM selesai diruang ekskul. Jangan lupa!" Ucap salah seorang anggotanya dan setelah itu semua anggota ekskul itu pun meninggalkan ruang kelas X1.

"Kak Zayn, sampai ketemu hari Sabtu nanti ya.. dengan Ody yang udah siap." Ody menatap kepergian Kakak ketiganya itu saat meninggalkan kelasnya.

"Iya lihatin aja terus kakel gantengnya." Ledek Amel.

"Amel, apaan sih!" Ody merasa heran kenapa juga Amel terus saja berpikir bahwa dirinya menyukai Kakaknya sendiri. Eh, Amel kan gak tahu kalau itu Kakaknya.

Brukk!!

Terdengar suara bantingan pintu yang cukup keras. Membuat Ody dan semua orang dikelas itu melihat ke arah pintu karena penasaran siapa orang yang berani melakukan hal itu.

Ody tertegun melihat siapa pelakunya. Karena orang itu adalah sosok yang sangat Ody kenal dan yang sangat Ody rindukan.

Orang itu lalu berjalan ke arah paling belakang kelas menuju bangku paling pojok, bergerak mendudukkan dirinya lalu memeluk tasnya yang dia taruh diatas meja, menjadikannya bantal.

Dan kehadiran sosok itu yang entah mengapa terasa memiliki aura yang kuat, berhasil membuat keadaan kelas seketika nyaris hening.

"Kak Pahle.."lirih Ody dan lagi matanya kembali memanas. Sekuat mungkin Ody menahan tangisnya.

"Kasar banget sih itu orang." Keluh Amel dengan bisiknya. Syukurnya Amel tidak menyadari keadaan Ody yang sudah menangis.

"Delle.." belum sempat Amel berbicara Ody sudah lebih dulu berlari keluar kelas.

Saat berlari dilorong Ody tidak sengaja menabrak seseorang yang tengah membawa setumpukan kertas.

"Ma-maaf Kak.." Ucap Ody sambil menundukkan kepalanya. Saat akan berjongkok untuk membantu membereskan kertas-kertas yang berserakan karena ulahnya itu Ody tiba-tiba mengurungkan niatnya dan malah kembali berlari.

"Heh! Kamu kok gak jadi bantuin saya!" Kata seseorang itu sambil menoleh ke arah Ody.

"Udah-udah biarin aja. Sini aku bantuin!" Ucap seseorang yang lain yang baru saja menghampiri orang yang Ody tabrak tadi. Dan sebenarnya seseorang itulah yang membuat Ody memutuskan untuk tidak jadi membantu mebereskan kertas-kertas itu.

"Kak Ibran.." Gumam Ody dalam pelariannya.

"Kak Zayn.. Kak Pahle.. Kak Ibran.. Maaf. Ody belum siap ketemu kalian. Ody takut—

Takut melihat reaksi kalian yang mungkin gak akan marahin Ody karena udah gak home-schooling lagi. Ody gak bisa lihat kalian terang-terangan nunjukin sikap tidak peduli kalian sama Ody."

Ody merasa bodoh dan kesal dengan dirinya. Mengapa dia nekat masuk sekolah umum dan memilih sekolah yang sama dengan sekolah ketiga Kakaknya. Kalau pada akhirnya dia terus saja berlari menghindar seperti ini.

Tapi Ody tidak bisa terus menyalahkan dirinya. Karena itu bukan tindakan yang sepenuhnya tepat. Menghadapi serangan perasaan diluar kendali memang bukan sesuatu yang mudah.

Walau tetap sulit. Tapi mungkin besok atau kapanpun itu Ody akan lebih mengerti dan tahu cara mengasuh rasa cemasnya.

Tidak apa-apa. Untuk hari Ody biarkan dirinya bersama perasaan takutnya. Dihari pertamanya. Tidak apa-apa.









To Be Continued.. 🍂

Our Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang