Setiap hari sabtu atau minggu biasannya gue lebih memilih untuk ikut membantu sebuah panti asuhan atau rumah untuk orang-orang kebutuhan khusus, kenapa? gue seneng aja bisa bantu mereka dan ngeliat mereka ketawa bahagia. Dan terkadang gue sedih, sebagian anak yang ada disini entah itu ditinggal di depan pintu rumah asuhan atau ditinggal di sembarang tempat sampe orang - orang nemu dan dikasih ke rumah asuhan ini.
Kenalin, gue Andira. Masih berstatus mahasiswi, gue biasanya kalo habis ngampus langsung kerja part time di sebuah cafe ya lumayan lah, hitung - hitung buat tambahan uang jajan.
"Satu Hot Cappucino Latte untuk ka Siska." Ujar gue sambil menaruh minuman tersebut di tempat pick-up minuman.
Hari ini gue lagi dapet shift tambahan, soalnya temen gue Naya lagi sakit dan gak bisa jaga shift jadinya gue deh, hitung — hitung balas budi.
Lo semua tau gak? Boss di cafe ini ganteng banget, gak nyesel gue kerja di caffe ini. Huhu, mau gue pepet tapi beda level.
"Pagi Andira, saya mau kamu dateng ke ruangan saya sekarang juga." Sebuah suara berat membangunkan lamunan gue, deg.
"B-baik pak." Duh, bego banget gue ngomong gelagapan gitu bisa - bisa dikira gagap gue, duhh. Salah apa ya gue, ampe di panggil gini huhu. Sambil mikirin apa yang bakal terjadi gue pun menghampiri ruangan Pak Bos siapalagi kalo bukan Pak Arkan, huhu jantung gue. Gue pun mengetok pintu itu perlahan, "Masuk."
Gue pun menguatkan hati gue sambil membuka pintu perlahan. "Permis—"
"Duduk."
Aduh, dingin banget tatapannya gue takut, dan langsung duduk. Jangan-jangan gue mau di pecat lagi . .
"Saya gak akan pecat kamu."
"E-eh, bapak bisa baca pikiran saya?"
"Keliatan dari wajah kamu. Saya disini cuman mau nanya sesuatu sama kamu." Tiba-tiba, tatapannya Pak Arkan berubah jadi tajam.
"T-tanya a-apa ya pak?"
"Kamu kerja di Yayasan Bangsa juga?"
"E-eh, kok bapak t-tau?"
"Jangan panggil bapak, saya masih muda."
"Terus apa dong? Sayang? Mas? Kak?"
"Yang pertama boleh juga."
"E-eh . . "
"Panggil Arkan, dan jawab pertanyaan saya."
"Saya cuman volunteer doang, saya gak kerja disana."
"Kebetulan saya suka ke Yayasan tersebut dan saya sering melihat kamu, saya kira kamu kerja disana. Kamu tau kan peraturan di sini?"
"T-tau pak, dilarang bekerja di lain tempat. "
"Bagus. Kalau gitu makan siang sama saya, nanti kita pergi bersama untuk ke Yayasan. Nanti siang kamu mau ke sana kan?"
"E-eh . . " Sumpah ga boong, muka gue merah banget deh ini kayaknya. Gimana gak merah coba,
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ganteng bangeeetttt. 😭😭
"Jadi, kamu mau atau tidak?"
"M-mau pak!" Jadi istri-pun gue mau.
Semoga kamu mau kalo saya tawarkan jadi pujaan hati saya. Kamu cantik luar dan dalam, itu yang saya suka. — Isi hati seorang Arkan.