Janji saat salju pertama turun

15 0 0
                                    

"Aku benar-benar tak menduga Jungkook menjadi partnerku disini." Dia menghela napas di ruang makan seraya meminum air yang baru saja ia ambil. Dia melamun hanyut dalam ingatannya saat itu.

Di malam itu, dia bertemu seseorang. Di sebuah tempat yang sudah mereka janjikan. Keduanya juga punya tujuan untuk bertemu tapi orang itu mengacaukan tujuan Alice. Alice menundukkan kepalanya seketika orang itu meminta sesuatu darinya, dia menghela napasnya menahan dirinya untuk mengikuti kemana emosinya akan pergi. Dia pun perlahan mengangkat kepalanya, memberanikan menatap mata orang itu. "Hey...tatap mata ku." Alice memintanya. Mata orang itu terus berpaling darinya hingga orang itu menatap mata Alice. "Baiklah. Saat itu terjadi ayo kita bertemu lagi." Alice pergi tanpa membiarkan orang itu berkata lagi.

Alice kembali ke kamarnya usai ia melepas pikirannya lalu pergi tidur. Pagi pun tiba, Alice dan Jungkook bangun lebih awal dari biasanya. Hari ini Anne memberi tugas kepada mereka berdua karena hari ini ada sebuah acara di rumahnya, menyambut musim dingin yang tiba. Anne meminta Alice pergi ke rumah salah satu tetangganya untuk membantu membuat kue bersama. Sementara Jungkook, juga akan membantu di bagian lainnya.

Alice pergi ke rumah tetangga itu, dia bertemu dengan seorang perempuan yang ternyata lebih tua lima tahun darinya. "Hai. Ara!" Namanya mirip sekali dengan teman Alice. "Alice," dia tersenyum menyapanya. "Masuklah. Hari ini kita membuat kue khas musim dingin," kata Ara. Alice masih malu dengan Ara hingga Ara memulai obrolan mereka, keduanya pun menjadi akrab.

Obrolan mereka menjadi dalam. Ara pun menyinggung tentang arti cinta dalam sebuah kehidupan. "Apa kamu punya pacar?" tanya Ara. "Aku diputuskan oleh seorang lelaki karena...," Alice menghela napasnya. "Tidak apa-apa. Mungkin saja alasan dia memutuskanmu memang hal yang paling dia inginkan." Alice mengakui bahwa ucapan Ara benar. "Jadi...sekarang kamu sudah membuka hatimu untuk orang lain?" sahut Ara. Alice memberi anggukan untuk Ara.

"Aku...," dia menghentikan apa yang ia kerjakan dan mulai fokus menatap Ara.

"...hati ku mulai berlari pada satu orang setelah kebingungan yang aku dapat sebelumnya. Tapi...," dia menghela napasnya.

"Kenapa?"

"...tapi saat hatiku berlari kepadanya. Dia menghentikan ku."

Cerita Alice menarik perhatian Ara. Dia pun menghentikan apa yang ia kerjakan dan mencoba menanggapi perkataan Alice. "Lalu?" tanyanya.

"Ini seperti aku suka pada satu hal tapi tiba-tiba seseorang memintamu untuk berhenti menyukaimu. Aku...,"

"...kembali dihadapi dengan rasa bingung ku lagi."

"Dia memintaku satu hal." Alice mengatakan permintaan itu pada Ara.

"Aku pikir dia punya alasan kenapa dia memintamu melakukan hal itu."

"Menurutku, karena dia tahu kamu dan orang itu. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Ini proses dia menjadi seseorang yang dewasa. Itu...dan tentu saja tidak mudah, terlepas dia sudah mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Itu...adalah sebuah pengorbanan." Ara tersenyum pada Alice. Hati Alice tersentuh.

"Taehyung," Alice memanggil nama Taehyung dalam batinnya.

"Itu tidak mudah Alice," kata Ara lagi. "Aku sarankan padamu, ikuti apa yang ia mau atau ikuti kata hatimu."

"Kata hatiku?" Alice masih belum memberi respon apapun untuk Ara.

"Tapi...jika kamu mengikuti hatimu. Kamu punya resiko. Aku pikir itu terdengar rumit tapi semua terserah padamu." Ara mendengar Alice menghela napasnya.

"Tidak apa-apa," Ara menepuk halu sekitar lengan Alice.

"Cinta itu abstrak, hingga detik ini pun aku masih mencari cinta itu. Tapi kamu bisa merasakannya, kan? Jika kamu tahu ada banyak cinta yang ada di sekitarmu. Mulailah dengan dirimu." Ucapan Ara benar-benar membuat Alice diam membisu.

Winter Autumn #4Where stories live. Discover now