Awal dari semuannya

15.1K 544 17
                                    

" Berjuanglah dalam segala keterbatasan mu, karena itu kunci kekuatan mu"
_


Namaku Natasya Madylin Olivia Xaline, sekarang ini aku berumur 9 tahun dan aku lahir dari keluarga Xaline salah satu keluarga terkaya di dunia. Papa merupakan pemilik Perusahaan Xaline, ya perusahaan keluarga ku.
Papa bernama Jonathan Xaline
Dan mama bernama Ginatania Fizel
Aku memiliki dua orang kakak yang bernama Adelio Kenan Frey Xaline
Dan yang satu lagi bernama Ganelio Raka Zidan Xaline

Hidup aku suram karena aku tidak bisa melihat. Mama sama papa malu banget dengan keadaan ku yang seperti ini.
Aku slalu dikurung dikamar ,dan aku selalu saja dibentak oleh mereka.

"Dasar anak gak tau di untung! Udah buta malu maluin lagi, Pergi saja kamu dari hadapan saya!"

"Cih dasar buta gak bisa liat, bikin keluarga aja"

"Pembawa sial!!"

"Bocah sialan!"

Semua kata kata itu slalu terniang di kepala  ku. Aku hanya bisa nangis dan berbicara ke para pembantu ku.

Aku ga pernah mau dilahirkan seperti ini, aku tidak pernah meminta semua terjadi seperti!

Sementara mereka? Terus menyalahkan keadaan, yang aku sendiri tidak tau bagaimana kelanjutan nya.

Kesepian, ketakutan, gelisah, kecewa.

Aku gak pernah diajak Mama atau Papa pergi untuk hanya sekedar jalan jalan.

Kadang aku sakit mereka pun ga peduli.

Aku slalu aja dikurung kalo Mama dan Papa ada tamu.
Aku sekolah juga ga boleh bareng kakak kakak ku, homeschooling adalah adalah satu satunya aku menuntut ilmu.

Aku selalu hidup dalam kegelapan, dimana tak ada sedikit cahaya penerang.

Dulu Mama dan Papa sudah mencoba untuk nyembuhin aku.
Tapi saat semua hasilnya nihil? mulai dari itu aku menjadi terasingkan.

Hidup dalam kegelapan itu menyedihkan. Rasanya seperti kamu memang tidak memiliki apa apa, tidak ada kehangatan yang memelukmu, tidak ada cahaya yang menerangi mu.

Ketakutan akan sesuatu selalu menghampiriku, kegelisahan akan hidupku selalu terputar didalam pikiranku.

"Sasya!!!" Teriak Mama datang ke kamarku sambil membawa setumpuk baju.
Aku sudah terbiasa disuruh suruh walau keadaan ku seperti ini, menyakitkan memang dianggap bukan seperti keluarga. Tapi tak apa, mungkin ini salah satu cara ku terlihat berguna diantara mereka.

"Nih cuci!jangan sampai rusak pokoknya"ucap Mama lalu pergi melewati pintu kamar ku. Aku hanya termenung sesaat, lalu kembali tersenyum menyemangati diriku yang kian lelah setiap harinya.

Oiya kamarku tidak terlalu besar, tidak seperti kakak ku yang kamarnya megah, mewah dan luas pasti nya.

tapi tak apa yang pentingkan masih ada tempat tinggal untuk ku.

Setelah aku merapatkan tumpukan baju itu aku mulai pergi kearah kamar mandi dengan tongkat yang kubawa, aku pandai menghapal jadi tak susah bagi aku menemukan kamar mandinya.

Meletakan tongkat ku di pinggir kamar mandi, lalu aku mulai mencuci baju yang diberi Mama dengan tangan ku yang kecil.

Terkadang ingin menangis meratapi hidup ku tapi apa daya menangis pun tidak akan merubah semuanya bukan?

Sebenarnya banyak di rumah ini pembantu, tapi entah mengapa mereka lebih banyak menyuruhku ini itu, mungkin mereka mengangap ku sederajat dengan para pembantu.

NATASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang