Pelangi Setelah Hujan

Satu

Aku ingin kau seperti pelangi selalu penuh ketenangan meski tak selamanya indah. Aku akan jadi langit yang selalu bisa menerima hadirmu. Entah bersemu merah penuh kedamaian, atau berselubung kabut duka nan pekat.

Namun, kau pelangi yang berbeda dari yang kuingin. Segenap kesanggupanku menerima kurangmu tak pernah kau indahkan. Kau malah menuntut aku lebih dari adanya, tak peduli seberapa keras usahaku tuk sempurna demi menutup kurangmu. Selalu aku yang salah, sebab kau terlalu yakin telah sempurna.

Jika pada akhirnya aku berhenti jadi langit, bukan karena lelah menerima pelangi, tapi memang tak mampu lagi lebih sempurna dari ini.

Begitulah pelangi ini hadir dihidupku, setelah hujan yang mengguyur hidupku satu tahun lamanya.

*

Ah, kau pasti tahu bagaimana rasanya pertama kali jatuh cinta? Cinta yang diam-diam menyusup dalam hatimu yang hadirnya pun tak pernah kau sangka. Lagipula siapa yang bisa memutuskan kapan cinta harus hadir dan bagaimana perasaan itu tumbuh? Tak ada.
Kata orang, cinta itu harus diungkapkan. Namun, maafkan aku memilih pilihan lain. Sebab bagiku dikatakan atau tidak, itu tetaplah cinta. Bahkan dalam diam pun bagiku tetap cinta. Meskipun ia tak tahu bagaimana hariku diisi oleh penantian untuk bisa mengobrol dengannya walau hanya satu menit. Meskipun ia sama sekali tak tahu ada orang yang diam-diam selalu memperhatikannya dan berdoa untuk keselamatannya. Dan itu adalah aku.

Pernahkah kau mencintai seseorang diam-diam? Aku sedang merasakannya sekarang, gadis pendiam yang di cap aneh oleh teman kelasku karena jarang atau tak pernah berinteraksi dengan yang lain. Ya aku mencintaimu, entah apa yang membuat hatiku mencintai seorang gadis yang bahkan tak pernah berbicara kepadaku.

Namanya Pelangi Nada Salsabila, seseorang yang telah meluluhkan hatiku, perlu kau tahu sudah setahun aku memperhatikanmu.