Seorang gadis berjalan gontai begitu dirinya meninggalkan areal bandara yang cukup ramai pagi itu. Ada kesedihan terukir jelas di wajah cantiknya.
Ia baru saja mengantarkan kedua orang tuanya untuk lepas landas meninggalkan negara kelahiran mereka untuk bertugas di negara seberang benua. Sedangkan dirinya harus menetap sedikit lebih lama guna menyelesaikan kewajiban perkuliahannya.
Gadis itu memilih berhenti sejenak di sebuah halte tak jauh dari areal bandara. Tertunduk lesu dengan kedua tangan yang bertumpu di atas koper besarnya yang berwarna biru muda di hadapannya.
Tapi tak lama, karena setelahnya seorang wanita seusia ibunya datang menghampiri dirinya dengan cukup tergesa. Di ikuti seorang pria muda berwajah tampan yang berusaha mengimbangi laju si wanita tadi.
"Caca..." seru wanita itu begitu jaraknya hanya berkisar tiga meter dari gadis tadi.
Si gadis yang merasa terpanggil itu sontak mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah sang wanita yang sudah berhasil menghampirinya.
Wanita itu langsung menarik tubuh si gadis kedalam dekapannya. Erat dan sangat erat hingga si gadis tak mampu bereaksi. Hanya bisa pasrah dengan perlakuan wanita tersebut.
"Maafin tante ya sayang, jalanan macet banget. Tante jadi telat jemputnya dan gak bisa nganter mami sama papi kamu sebelum mereka berangkat" sesal si wanita yang sudah melepaskan dekapannya dan menatap gadis itu lekat.
"Ini semua gara-gara kamu sih bang. Kita jadi terlambat datengnya. Untung Caca masih stay disini, coba kalau gak, apalagi kalau sampai Caca kenapa-kenapa. Mama gak akan kasih kamu makan sampai sebulan" keluh si wanita kepada si pemuda yang berdiri di sisi keduanya.
Si gadis hanya bisa diam serba salah menyaksikan perdebatan di antara si wanita dan pemuda di hadapannya.
"Pokoknya semua salah abang" balas si wanita yang merupakan ibu dari pemuda itu tak mau kalah.
"Iya deh iya, abang yang salah" pasrah sang anak sebelum tatapannya beralih ke si gadis yang masih tak bereaksi.
"Sekali lagi tante minta maaf ya Ca. Caca mau kan maafin tante"
"E-eh itu, anu, ehmm, tante gak perlu minta maaf kok" sahutnya sedikit tersentak kaget.
"Ini beneran Caca ma?" tanya si pemuda sedikit mencondongkan wajahnya guna memperhatikan wajah si gadis dengan cukup seksama.
"Iyalah, kenapa? Cantik kan?" sahut si wanita.
"Ya ampun, saking lamanya gak ketemu udah jadi gini aja sekarang" serunya mengusak puncak kepala si gadis dengan diiringi kekehannya.
"Adek abang yang dulunya cengeng sekarang udah gede ya. Udah bisa dandan, feminin, meski gak tinggi-tinggi banget. Padahal dulu gak gini bentukannya" sambungnya buat si gadis memberengut kesal.
"Iih udah ah bang, kamu mah suka sembarangan kalau ngomong" sergah si wanita karena menangkap gelagat kesal dari si gadis.
Sedangkan si gadis masih menatap sengit ke arah si pemuda yang kini sudah kembali pasang senyuman tiga jari ala iklan pasta gigi. Dalam hati si gadis sedang mencoba mengingat siapa si pemuda itu sebenarnya karena ia sudah cukup lupa dengan masa kecilnya yang kalau kata sang mami cukup akrab dengan beberapa anak dari wanita di hadapannya.
"Udah makin siang nih, sekarang mendingan kita langsung pulang ke rumah aja ya. Biar Caca bisa langsung istirahat. Kamu pasti capek kan"
Dan tanpa menunggu reaksi dari si gadis wanita itu langsung menuntunnya untuk meninggalkan bandara. Di ikuti oleh si pemuda yang secara otomatis mengambil alih koper yang merupakan barang bawaan milik gadis itu. Sedangkan si gadis hanya bisa pasrah menerima sebab ia akan tinggal bersama keluarga si wanita tersebut untuk beberapa waktu kedepan.
*****
Uhuuuuy dari mulmed udah ketauan yah siapa si 'pemuda' yg di maksud.
Pokoknya ini cerita postingnya rada slow yah, soalnya ngetiknya dadakan klo pas ada ide aja. 😂😂😂
Jadi ya harap maklum dan bersabar, lagian banyak juga cerita gue yang lain yang belum kelar dan masih ngegantung. Kaya hubungan kalian sama bias. 🤣🤣🤣Pokoknya jangan lupa kasih bintang yah biar gue punya semangat buat cari ide buat ngelanjutin sampai beneran tamat. 😋😋😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Visual Squad || Minhyuk Jinyoung Minhyun Jaehyun
FanfictionKalau kata Dilan yang berat itu 'Rindu' Beda lagi sama gue, karena bagi gue yang paling berat itu adalah 'Memilih' Iya 'Memilih', milih salah satu dari ke empat anak sahabat ortu gue yang secara kebetulan juga gue lagi di titipin di sana buat nyele...