Hari ini hari minggu, kebetulan kemarin aku datang ke rumah yang kini ku singgahi di hari sabtu. Aku bangun lumayan siang mengingat semalam aku tidur terlalu larut karena menemani tante dan om mengobrol. Membicarakan banyak hal, terutama tentang keempat anak mereka dan juga tentang ke hidupan yang aku jalani selama ini.
Saat terbangun rumah sudah sangat lengang. Kebetulan kamarku di lantai dua dekat dengan kamar anak nomor tiga dan si bungsu yang tampang nya gak bersahabat itu.
Aku berjalan ke ruang makan dan bertemu dengan salah seorang asisten rumah tangga yang sudah cukup berumur. Wanita paruh baya itu segera menghampiri dan menyapaku.
"Pagi non..." sapanya.
"Udah hampir siang bik" balasku dengan sangat malu dan sudah duduk di kursi di ruang makan.
Si bibik terlihat mengulum senyum atas balasanku.
"Orang-orang pada kemana bik?" tanyaku celingukan.
"Nyonya sama tuan pergi kondangan, den Minhyuk sih bibik kurang tau. Kalau den Minhyun kerja, den Jaehyun tadi bawa koper gitu non. Kayanya ada jadwal terbang. Yang di rumah cuma den Jinyoung sama non Caca aja" terang beliau yang ku balas dengan ber-oh ria.
Setelah menyiapkan segelas susu putih si bibik pamit kembali mengurus pekerjaannya lagi. Tersisa aku yang memilih sarapan dengan roti tawar yang di olesi mentega di tambah taburan meses coklat.
Setelah selesai aku memutuskan untuk beralih ke halaman belakang. Seingatku ada taman bunga dan ada ayunan disana. Tepat di dekat kolam renang. Kebetulan aku sedang malas menghabiskan waktu liburku dengan mengurung diri di kamar.
Kulihat dari kejauhan, ternyata ayunan yang ku maksud sedang berpenghuni. Ada anak kedua di keluarga ini yang tengah duduk santai dan fokus membaca sebuah buku tebal disana.
Bermodal sedikit nekad aku memberanikan diri menghampirinya. Tapi ia tak kunjung bereaksi. Sepertinya tidak sadar akan kehadiranku karena terlalu fokus terhadap buku bacaannya.
"Ehem... boleh ikutan duduk disini?"
Aku sedikit berdeham dan itu berhasil mengalihkan atensinua kepadaku. Bahkan ia nampak sedikit terkejut meski tidak terlalu kentara.
"Silahkan..." katanya dan bergeser sampai ke bagian paling ujung.
Aku pun jadi ikutan duduk di bagian ujung yang berlawanan dengannya. Memberi sedikit jarak di antara kami yang masih saling canggung. Padahal kalau kata tante dan om, dulu kami lumayan dekat.
Tak ada pembicaraan di antara kami, yang ada hanya semilir angin yang menerpa wajahku sampai menerbangkan helaian rambutku yang panjang tergerai.
"Jadi ngantuk" lirihku lebih terdengar seperti bisikan dan ku tujukan pada diriku sendiri pastinya.
Tapi tak di sangka Jinyoung lantas menutup bukunya dan melepaskan kacamata bacanya. Kemudian ia letakkan di space kosong di antara kami berdua.
"Mau jalan keluar buat beli ice cream?" tawarnya sudah lebih dulu berdiri dan menatapku sekilas.
"Kakak ngajakin aku?" balasku bingung tapi masih tetap pada posisiku.
"Kamu suka ice cream vanila kan?"
'Ini orang ditanya bales nanya lagi, maunya apa sih? Aneh' batinku tapi justru beranjak begitu dia berbalik menatapku dengan kedua tangan berada di saku celana bahannya.
"Emang mau beli ice cream dimana?"
"Di minimarket depan kompleks aja gimana?"
"Boleh beli yang lain juga?"
Iya hanya mengangguk sebelum akhirnya berjalan mendahuluiku keluar rumah. Aku sih cuma bisa mengekorinya karena masih lumayan canggung.
"Jalannya kesinian jangan di belakang, saya kan bukan induk itik" tegurnya di setengah perjalanan kami membuatku melangkah lebih cepat beriringan.
Setelah itu kami kembali di selimuti keheningan bahkan sampai di minimarket.
Ia mempersilahkan diriku membeli berbagai macam makanan ringan, minuman dan tentunya beberapa ice cream dengan dua rasa favoritku. Vanilla dan matcha. Sedangkan dirinya hanya mengekori dengan membawakan keranjang belanjaan yang sudah lumayan penuh. Hanya berisi belanjaanku saja.
Awalnya aku merasa sungkan tapi ia bilang, 'beli aja yang banyak sekalian buat persediaan'.
Begitu katanya.
Setelah selesai berbelanja kami langsung pulang, hampir empat kantung keresek jumlahnya. Dan semuanya gratis, di traktir sama si kakak Jinyoung pastinya.
Setibanya di rumah kak Jinyoung langsung membawa semua belanjaan ke dapur. Tanpa bicara sepatah katapun ia langsung membereskan semua barang belanjaanku ke dalam lemari penyimpanan dan sebagian lagi ke dalam kulkas. Ia melakukan semua tanpa meminta bantuanku, ia justru memyuruhku untuk duduk saja menikmati salah satu ice cream yang kami beli tadi.
Aku memakan ice cream ku dengan tenang sembari terus memperhatikan punggungnya yang dengan telaten membereskan semuanya.
"Hmm, jadi gini ya rasanya punya kakak cowok yang perhatian" gumamku.
Tak berapa lama ia sudah selesai dengan tugasnya. Sekarang ia berlalu ke arahku dan ikut duduk di kursi meja makan tepat di seberangku.
"Udah waktunya makan siang..." katanya dengan sedikit jeda dan memperhatikanku cukup intens.
Tangan kanannya dengan cepat menyambar beberapa lembar tissue dari atas meja dan mencondongkan tubuhnya ke arahku. Dengan cepat ia mengusapkan tissue tersebut ke pipiku.
"Umur kamu berapa sih? Kenapa makan masih kaya anak kecil gini. Belepotan" ujarnya.
Kedua mataku sampai mengerjap beberapa kali untuk menyadarkan diri dari keterkekutanku atas perlakuannya yang begitu tiba-tiba.
Tiba-tiba saja ia terkekeh, mungkin lucu melihat ekspresi kagetku barusan. Dan aku justru semakin kaget melihat ekspresinya yang seolah membangkitkan ingatan masa laluku tentangnya yang pernah hilang.
Tawa itu, tawa seorang teman lama di masa kecil. Tawa yang tercipta kala kami bermain bersama di suatu taman kecil. Karena wajahku belepotan ice cream. Posisinya kami sedang berada di atas ayunan yang sama persis seperti yang ada di halaman belakang rumahnya.
Tanpa sadar aku jadi ikut tersenyum. Hingga ide jahil itu terlintas di kepalaku.
Dengan secepat kilat ku colek ice cream di tangan kananku dengan jati telunjuk kiriku. Lalu ku colekkan ice cream tersebut ke pipi kanannya.
Hal itu cukup berhasil membuatnya terperanjat dan menatapku dengan tak percaya. Aku sih buru-buru kabur ke halaman belakang sebelum akhirnya ia sadar dan mengejarku.
Dan berakhirlah kami dengan main kejar-kejaran seperti anak kecil.
Sedari kejadian siang itu, kami jadi tidak terlalu canggung lagi. Kami sudah jadi lebih akrab. Bahkan saat makan malam tiba kami jadi lebih banyak mengobrol. Membuat om, tante, bang Minhyuk yang ada di rumah malam itu menatap kami keheranan.
Kalau kalian tanya Minhyun dimana, jawabannya dia lembur karena ada jadwal operasi dadakan. Pasien urgent yang gak bisa di tinggalin gitu aja.
Kalau Jaehyun dia lagi ada jadwal terbang keluar kota dan baru balik lusa. Pilot mah gitu, jarang di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Visual Squad || Minhyuk Jinyoung Minhyun Jaehyun
Hayran KurguKalau kata Dilan yang berat itu 'Rindu' Beda lagi sama gue, karena bagi gue yang paling berat itu adalah 'Memilih' Iya 'Memilih', milih salah satu dari ke empat anak sahabat ortu gue yang secara kebetulan juga gue lagi di titipin di sana buat nyele...