Aku memejamkan mata dan membaringkan tubuhku di atas ranjang, hari ini rasanya sangat melelahkan. Kurasa aku sudah menghabiskan setengah hariku dengan laptop di depanku. Aku tidak bisa menikmati hari liburku karena tugas yang menumpuk, aku juga harus menahan mati-matian agar tidak membuka folder series drama yang belum ku selesaikan.
Aku ingin beristirahat sebentar sebelum akhirnya ponselku bergetar dan suara beep terdengar. Aku bangun, sedikit menggerutu dan meraih ponselku yang berada di atas nakas. Tapi dengan cepat rasa kesalku hilang begitu saja, senyumku mengembang lebar saat aku melihat nama Taehyung tertera dalam ponselku.
Aku sangat merindukan Taehyung. Kurasa sudah hampir satu minggu dia tidak memberiku kabar, aku juga sudah mencoba menghubunginya terlebih dahulu tapi dia tidak menerima panggilanku.
Maaf Ji, akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu.
Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi aku sudah berguling kesana kemari, tersenyum kegirangan seperti orang gila. Hampir saja aku terjatuh dari ranjang hanya karena pesan yang di kirimnya.
Belum sempat aku membalasnya, ponselku berdering. Taehyung mengajakku melakukan video call.
Secepat mungkin aku menggeser tombol hijau, aku sangat antusias sampai hampir meneriakkan nama Taehyung saat wajahnya terpampang jelas. Sepertinya Taehyung sadar karena sekarang dia sedang tertawa, lebih tepatnya menertawaiku.
Aku mengamati wajahnya dan kini aku merasa sedikit khawatir. Sekarang Taehyung memiliki kantung mata, bahkan itu terlihat sangat jelas. Rambutnya juga sedikit memanjang dan berantakan. Taehyung terlihat lelah, tapi dia tetap berusaha tersenyum.
Kami hanya saling menanyakan kabar, membahas keseharian, dan sedikit membicarakan tugas kuliah masing-masing. Ah, lebih tepatnya mengeluh.
Taehyung memasang wajah konyol setelah aku mengeluhkan tugasku, berusaha menghiburku, bahkan aku sampai merasa malu karena tidak dapat mengontrol suara tawaku yang terlalu keras.
"Jihyo, aku sangat merindukanmu, aku rindu saat kau tertawa seperti ini, aku ingin pulang. Dan aku rindu ranjangmu, disana sangat nyaman. Aku selalu bisa tidur nyenyak disana."
Taehyung memasang raut cemberut kemudian menunduk, benar-benar tipikal anak kecil. Tapi terlihat sangat menggemaskan. Rasanya aku ingin masuk ke dalam ponsel, menangkup pipi Taehyung lalu menciuminya.
"Aku juga merindukanmu, sangat."
Entah kenapa ini terasa sangat menyakitkan, rasanya aku ingin menangis sekarang juga.
"Hei, Ji. Aku akan segera pulang, kau berjanji akan menungguku bukan?"
Taehyung memperlihatkan senyum kotaknya, kemudian dia memberiku jari kelingkingnya sebagai tanda janji.
Aku tersenyum dan mengangguk,
"Tentu, aku akan menunggumu."
"Taehyung, aku sangat mencintaimu."
"Tentu kau mencintaiku! Kau tidak akan pernah bisa berpaling dariku, aku sudah mengutukmu, Ji."
Taehyung terkekeh dan aku hanya tersenyum, kemudian tidak lama sambungan kami terputus.
***
Sudah setengah jam aku berada di perpustakaan, aku ingin mengerjakan kembali tugasku tapi percakapan dengan Taehyung semalam terus mengganggu pikiranku.
Haruskah aku menunggunya? Atau aku saja yang menemuinya?
Aku terus memikirkan hal ini, aku sangat merindukannya, ingin segera bertemu. Aku jadi membayangkan kalau saja aku punya kemampuan untuk teleportasi pasti saat ini juga aku sudah bisa memeluknya.
Aku terus memikirkannya sampai-sampai tumpukan buku tebal di depanku tidak tersentuh.
Aku mulai melihat sekelilingku, di sini masih sangat sepi, hanya ada beberapa. Aku mengernyitkan dahiku, kemudian mataku terkunci pada pria yang sedang berjalan menuju ke arahku, dia duduk tepat di depanku dan tersenyum padaku.
Aku memutar bola mataku malas dan mulai membuka buku di depanku, berusaha tidak peduli dengan kehadirannya.
Sepuluh menit berlalu dan selama itu juga terkadang aku melirik Jimin. Ini aneh karena dia tidak berusaha berbicara padaku seperti biasanya. Jimin hanya fokus pada bukunya, sesekali melihat ponselnya. Bahkan sepertinya dia tidak melirikku sama sekali.
"Kalian sedang melakukan kencan di perpustakaan?"
Suara wanita mengintrupsiku, aku memalingkan wajahku dan mendapati Yura sedang menarik kursi berusaha duduk di sampingku. Karena terlalu memperhatikan Jimin aku sampai tidak sadar.
Jimin menyapa Yura kemudian tertawa lirih,
"Ha ha, apa yang kau maksud dengan kencan? Kami hanya duduk berhadapan, lagipula Jihyo sudah punya kekasih."
Ya, itu bagus, Jim. Kau sudah sadar aku memiliki kekasih tapi kau masih saja menggangguku.
"Ah, ngomong-ngomong bagaimana dengan kekasihmu itu? Kau benar ingin menemuinya?"
Ah, bodoh. Aku lupa. Semalam setelah sambunganku dengan Taehyung berakhir aku langsung menghubungi Yura dan menceritakan semuanya, aku bilang akan menceritakannya secara detail saat kami bertemu di kampus.
Tapi sialnya saat ini ada Jimin di depanku.
Aku melirik ke arah Jimin dan saat itu juga aku langsung memalingkan wajahku karena Jimin juga sedang menatapku. Aku hanya melihat sekilas tapi aku tahu Jimin menatapku tajam. Entah kenapa aku jadi merasa sedikit gugup.
"Kau ingin menemui Taehyung?"
Suara Jimin terdengar sangat dingin. Matanya benar-benar menatapku lekat, tubuhku rasanya membeku dan mulutku terkunci, aku bahkan tidak bisa menjawab pertanyaannya.
***
Hai, kalian yang baca ini, chapter 4 muncul nggak ya di kalian?
Thank you for reading!
Please leave your vote and comment 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Someonus
FanfictionAku menyesal karena peduli padanya. Seharusnya saat itu aku membiarkan dirinya hancur, bukan malah memeluknya. Andai saja aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali di saat aku bertemu dengannya. Kemudian menutup mata dan hatiku, membiarkannya hancur...