Sepertinya aku memilih hari yang salah untuk datang ke sini. Cuaca siang ini sangat panas, rasanya kulitku bisa terbakar kalau berlama-lama di sini.
Aku sedang berada di tepi danau, berdiri dengan menggenggam beberapa batu kecil di tanganku. Dan aku tidak biasanya sendiri, kalau saja ada Taehyung maksudku.
Rasanya seperti kemarin Taehyung membawaku ke tempat ini. Kalau di ingat, Taehyung persis seperti bocah berumur lima tahun yang merengek pada ibunya untuk membelikan barang yang diinginkannya.
Aku serius! Malam itu Taehyung benar-benar menyeretku hanya untuk memberitahu tempat ini, dia bahkan hanya tertawa saat aku terus mengeluh ingin pulang dan tidur saja.
Taehyung selalu datang sebelum dia bersamaku, tempat ini bisa menenangkannya. Setelah Taehyung bersamaku, dia tidak pernah datang ke tempat ini lagi. Dia bilang aku adalah rumahnya, dan aku bisa membuatnya tenang---euh, dasar pria perayu.
Tapi tempat ini sudah sedikit berubah, sekarang tempat ini sedikit lebih ramai, dan juga sekarang terdapat lampu dan bangku di beberapa sudut.
Terkadang aku memperhatikan beberapa orang yang berlalu-lalang, mereka terlihat sangat bahagia, itu terlihat dari cara mereka tertawa. Sangat berbeda denganku yang sedari tadi hanya melempar beberapa batu kecil ke danau, sendirian.
Aku hendak melempar kembali, sebelum kulihat sebuah bola menggelinding dan berhenti tepat di samping kaki ku.
Aku mengambil bola itu kemudian melirik sekitar, menyadari ada seorang anak laki-laki yang tengah berlari ke arahku. Aku terkekeh saat melihat matanya yang bulat, dan juga pipinya yang bergerak naik turun karena berlarian, sangat penuh dan menggemaskan.
Sekarang dia berdiri tepat di depanku, napasnya terengah dan kedua tangannya terulur padaku agar aku segera mengembalikan bolanya.
"Noona, kembalikan bolanya padaku!"
Aku merunduk untuk menyejajarkan posisiku dengannya. Matanya berbinar tepat setelah aku memberikan bolanya, dan senyumnya mengembang, memperlihatkan deretan giginya, dan--oh, gigi kelinci!
Aku mencermati wajahnya, dia sangat mirip dengan seseorang.
"Kau datang bersama siapa?"
"Aku datang bersama hyung-ku, itu."
Katanya sembari menunjuk pria tinggi yang tengah berjalan ke arah kami. Aku memicingkan mataku dan--oh, Jungkook?
Pria yang menumpahkan minumannya pada pakaianku kemarin?
Aku tidak percaya akan bertemu lagi dengannya, di sini. Jungkook tersenyum padaku, kemudian langsung menggendong anak itu dan menciumi pipinya,
"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi, Ji--hyo?"
Jungkook menaikkan salah satu alisnya. Eoh, aku tidak percaya ini. Apa dia melupakan namaku secepat itu? Padahal baru kemarin dia menumpahkan minumannya dan berkenalan denganku,
"Aku masih mengingat namamu, Jung, dan kau sudah melupakanku? Baiklah, biar ku ulangi, namaku Jeon Jihyo."
"Wah noona! Kita punya marga yang sama, namaku Jeon Junghwan."
Uh-uh, benar-benar seperti takdir, kurasa?
"Apa yang kau lakukan di sini, Ji? Tidak bersama pria pendek itu, ah, siapa nama kekasihmu itu?"
Aku mendengus saat mendengarnya, siapa yang dia maksud dengan kekasih? Park Jimin?! Kurasa dia tuli karena kemarin Jimin mengatakan dengan jelas kalau aku adalah temannya, sungguh disayangkan karena dia tampan.
"Dia itu temanku, dan ya--aku sendiri."
"Noona, kalau begitu ayo datang ke cafe hyung-ku. Aku akan memberikan gratis karena noona sudah mengembalikan bolaku."
Katanya dengan cengiran lebar,
"Dan juga sebagai permintaan maafku kemarin," sambung Jungkook
Sebenarnya aku sedikit terkejut dan seperti tidak percaya, cafe? Jadi dia sudah memiliki bisnisnya sendiri, bukankah itu sangat hebat?
Jungkook terkekeh saat melihatku sedikit terkejut setelah mendengarnya,
"Itu hanya cafe kecil, Ji."
***
Jung's cafe. Sekarang aku berada di dalam cafe milik Jungkook, dan memang benar tempat ini tidak terlalu luas, tapi kau bisa lihat di sini sangat ramai. Mayoritas pengunjung di sini adalah anak muda, dan hampir seluruh kursi terpenuhi, bahkan aku sampai bingung harus duduk di mana kalau Jungkook tidak mengarahkan tempat kosong untukku.
"Ingin pesan apa?"
"Kau bisa memberikan yang terbaik di sini,"
Kataku dengan cengiran lebar, kemudian menutup buku menu. Jungkook mengangguk, tersenyum, jarinya membentuk tanda oke, dan--aku tidak percaya, dia mengedipkan sebelah matanya, membuatku mendesis.
Sebelum pergi, Jungkook menitipkan Junghwan padaku. Dia duduk di sampingku, dan masih saja memeluk bolanya erat, sepertinya dia benar-benar menyukai bola itu.
Aku mengusak rambut Junghwan pelan, dan terkadang meremas pipinya gemas. Tapi yang kudapatkan adalah penolakan, dia selalu menggeleng dan mengerucutkan bibirnya saat aku bermain dengan pipinya.
"Noona, tidak mau.."
Aku berhenti dan terkekeh.
Dan sekarang Junghwan mulai menatapku, dia seperti sedang mencermati sesuatu dalam wajahku, bahkan matanya sampai tidak berkedip.
"Junghwan, ada apa? Ada sesuatu di wajah noona?"
Aku mulai meraba wajahku, mungkin saja ada sesuatu yang menempel. Tapi Junghwan menggeleng pelan,
"Aku hanya ingat, kakakku menempel banyak sekali foto noona di kamarnya,"
Aku mengernyitkan dahiku, fotoku? Apa dia bilang Jungkook menempel fotoku di kamarnya? Bukankah itu tidak mungkin?
"Aku?"
Aku menunjuk diriku, dan bertanya sekali lagi,
"Um, sangat mirip dengan noona, apa noona kekasih hyung-ku?"
Ini sangat aneh, apa aku harus percaya dengan apa yang di katakan Junghwan? Ini terdengar tidak masuk akal, bahkan aku baru mengenalnya kemarin. Dan Jungkook--dia bahkan melupakan namaku.
Itu benar-benar tidak masuk akal, kurasa itu hanya seseorang yang mirip denganku.
***
Thank you for reading, please leave your vote and comment 🤣💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Someonus
FanfictionAku menyesal karena peduli padanya. Seharusnya saat itu aku membiarkan dirinya hancur, bukan malah memeluknya. Andai saja aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali di saat aku bertemu dengannya. Kemudian menutup mata dan hatiku, membiarkannya hancur...