Beberapa hari ini aku terus menghindari Jimin, bahkan ketika Namjoon memanggilku aku juga turut menghindarinya. Aku hanya berpikir mungkin saja dia akan membujukku agar mau menemui Jimin.
Sejak kejadian di perpustakaan tempo hari sampai sekarang, Jimin masih saja terus bertanya padaku perihal aku akan menemui Taehyung atau tidak. Akibatnya akhir-akhir ini ponselku terus saja berdering menampilkan nama Jimin, aku juga menerima banyak sekali pesan darinya.
Jangan memintaku untuk mengganti nomor ataupun memblokir kontak Jimin, karena aku sudah pernah melakukannya. Dan semuanya sia-sia, karena Jimin selalu menemukan cara untuk menghubungiku.
Aku sedikit berharap tidak ada Park Jimin hari ini, tapi semuanya pupus saat kulihat pria dengan hoodie abu-abu sedang berdiri di samping pintu kelasku. Dia menunduk dan terus melihat ke bawah, sepertinya dia tidak sadar aku berada di dekatnya.
Aku sudah lelah untuk terus menghindarinya, karena bagaimanapun dia akan tetap mencari dan menemukanku. Aku menghela napas berat dan mulai melangkah mendekatinya.
"Kau mencariku?"
Jimin sedikit terkejut dan dia mulai menegakkan tubuhnya,
"Itu karena kau selalu menghindar dan tidak membalas pesanku, jadi aku menunggumu di sini.."
"Masih pertanyaan yang sama?"
Jimin mengangguk dan mengatakan ya. Aku tidak tahu mengapa Jimin selalu saja mencampuri urusanku, terlebih lagi saat itu berhubungan dengan Taehyung.
Aku mulai memperhatikan sekitar, dan benar saja. Sesuai dugaanku, mahasiswa yang berlalu-lalang mulai memperhatikan kami.
Mereka bertingkah seolah sedang berbisik tapi aku bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas seperti,
Apa dia dan Taehyung sudah putus?
Hebat, bukankah dia sangat beruntung karena dekat dengan Park Jimin dan Kim Taehyung sekaligus?
Berani bertaruh, pasti dia menjual tubuhnya
Menurutku dia tidak terlalu cantik
Aku selalu melihatnya bersama Jimin, kurasa dia berselingkuh
Dasar jalang
Dan masih banyak lagi. Memang rasanya sangat hancur saat pertama kali aku mendengar hal seperti ini, aku selalu merasa dunia membenciku, dan mengabaikan kenyataan kalau aku juga bisa merasakan sakit.
Tapi sekarang itu bukan masalah, aku sudah terbiasa dengan hal itu, hanya saja aku selalu tidak merasa nyaman saat orang-orang menatapku. Mereka menatapku seolah aku kedapatan mencuri barang di sebuah toko.
Aku berusaha menghiraukan sekelilingku dan kembali menatap Jimin,
"Hei, Jim. Mari bicarakan ini nanti, setelah kelasku selesai, kita bisa bertemu di cafe seberang. Aku janji."
Aku memasang raut serius agar Jimin mempercayaiku,
"Ah, baiklah. Aku akan menunggumu.."
Aku mengangguk, Jimin tersenyum padaku dan mulai melangkah pergi. Aku tidak dapat menyangkal bahwa Jimin memiliki senyum yang indah. Ah, tidak, tidak, bukan hanya aku, tapi seluruh dunia juga akan mengakui kalau Park Jimin memiliki senyum yang indah. Sepertinya itu juga yang menjadi salah satu daya pikatnya sehingga banyak yang mendambakan Jimin.
***
Setelah kelas selesai, aku langsung memasukkan buku ke dalam tas, kemudian bergegas keluar untuk menemui Jimin. Aku hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Someonus
FanfictionAku menyesal karena peduli padanya. Seharusnya saat itu aku membiarkan dirinya hancur, bukan malah memeluknya. Andai saja aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali di saat aku bertemu dengannya. Kemudian menutup mata dan hatiku, membiarkannya hancur...