Kekecewaan itu merekah diantara keputusasaan tanpa arah. Phire selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian orang orang yang sangat ia kasihi.
Phire selalu berfikir seandainya begini. Seandainya begitu. Seandainya begini dan begitu, mungkin semuanya tidak akan terjadi.
Terlalu sibuk menyalahkan diri sendiri, hingga ia lupa bahwa ada hari-hari yang harus tetap ia jalani. Dia terus menutup diri, walaupun khalayak hendak menyemangati. Memberi arti bahwa dia tidak benar benar sendiri.
Dalam pikirnya, perlahan semua terasa menjauh, hingga rasanya tiada lagi tempatnya untuk berkeluh. Dia merasa dunia begitu tidak adil. Dia berfikir, mungkin Tuhan sedang marah ketika menuliskan naskah kehidupannya.
Padahal tidak ada yang tahu kedepannya. Dalam hidup pasti ada suka dan dukanya.
Karena selayaknya hitam yang hadir dalam putih. Bersih yang selalu nampak jika ada kotor. Bahagia selalu terselip diantara duka.
Karena seseorang sering kali butuh duka untuk tau arti bahagia yang sesungguhnya.
-unless-
To be continued...
Baru prolog ya...
Semoga suka.Salam manis,
afimarthatya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLESS
Teen Fiction"Kecuali jika kamu sendiri yang mengijinkan dirimu untuk bahagia, maka kamu akan berbahagia"