1. Day Dream

37 14 7
                                    


-unless-

Phire terbangun di pagi hari karena sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela kamarnya. Rasanya ia tidak ingin bangun, semua badannya terasa remuk. Matanya sangat sakit dan membengkak, entahlah tapi hari ini terasa begitu buruk.

Ia segera bangun dari ranjangnya. Ia harus memastikan sesuatu. Sesuatu yang telah membuatnya menangis semalaman. Sesuatu yang membuat ia tidak ingin meneruskan hidupnya. Sesuatu yang dengan keras menghantam ulu hatinya. Dan sesuatu itu telah berhasil membunuh jiwa Phire seutuhnya.

Dengan tergesa, ia menuruni tangga. Rumahnya begitu sepi, tidak ada lagi Mama yang biasa mengomel ketika Phire bangun siang. Tidak ada lagi Papa yang akan membangunkan Phire dengan memercikkan air ke wajah gadis itu. Juga, tidak ada lagi Kak Danu yang akan ngambek bila Phire memakan roti lapis coklat kesukaannya. Rumah itu begitu hampa.

"Mama!"

"Papa!"

"Kak Danu?"

Hening, tidak ada yang menanggapinya.

Phire memanggil satu persatu orang yang paling berharga dalam hidupnya. Suaranya terdengar begitu putus asa.

"Ma?"

"Pa?"

"Kak?"

Phire memanggil mereka sekali lagi, siapa tahu mereka tidak dengar. Iya kan?

Phire tau ia bodoh. Semua orang telah pergi meninggalkannya. Dirinya hanya seorang diri sekarang, begitu menyedihkan.

"Nggak mungkin! Nggak Mungkin!"

"Itu cuma mimpi!"

"NGGAK!"

Air matanya mengalir lagi. Walau matanya terasa sakit ketika menangis, tapi kenyataan yang begitu pilu tidak bisa menghentikan air mata itu.

"Mama, Phire bangun siang. Kenapa mama nggak datang dan bangunin Phire?" ocehannya terdengar putus asa. Tubuh gadis itu ambruk, ia dapat merasakan lantai dingin yang merambat dari kulitnya.

"Pa, Phire mau di ajarin main gitar," ucapnya lirih.

"Kak Danu, Phire tau ada film dewasa di laptop kakak. Kalau kakak pergi, Phire bakalan aduin ke Mama sama Papa, biar kakak nggak dikasih uang jajan," Phire tersenyum pilu. Ia ingat ketika ia sedang meminjam laptop kakaknya, Phire menemukan beberapa film dewasa di dalamnya. Phire pun bilang ia akan mengadu kalau kakaknya tidak mau mentraktirnya makan es krim. Alhasil, keesokan harinya Phire langsung di traktir banyak es krim oleh kakaknya, hingga kakaknya mengeluh akan bangkrut jika setiap hari membelikan Phire es krim.

Mengingat itu semua membuat hati Phire terasa sesak. Bagaimana ia akan melanjutkan hidup, jika alasannya untuk tetap  hidup tidak lagi ada?

Kemarin...

Seorang gadis terlihat berdiri dengan gelisah di belakang pentas. Sebentar lagi tampil perdananya akan segera dimulai, tapi keluarganya belum juga sampai di tempat acara. Kedua orang tuanya masih dalam perjalanan dari Bali menuju ke sini. Ia tahu Bali-Bandung tidak lah dekat. Tetapi, bagaimanapun caranya mereka harus datang.

Ini adalah mimpinya, menjadi seorang vokalis dari salah satu band yang sedang banyak digandrungi oleh para remaja. Jadi, keluarganya harus datang. Ia akan membuat mama, papa, dan kakaknya bangga.

Ia terus berjalan mondar-mandir sambil sesekali menempelkan teleponnya ke telinga.

"Halo, Ma?" ucapnya ketika teleponnya tersambung dengan orang di seberang sana. Ia tampak sudah tidak sabar.

"Iya, sayang. Sebentar ya, ini lagi mau ke kampus buat jemput kakak kamu."

"Aduh Mama, udah mau mulai Ma,"

"Iya sabar ya, ini lagi macet, Nak."

"Ma, pokoknya Phire ngambek kalau kalian nggak datang!"

"Iya, sayang. Kita pasti datang!" sahut seorang laki-laki sambil terkekeh, itu adalah ayahnya.

"Papa, jangan bercanda deh!" kata gadis itu bersungut-sungut.

"Mama tutup ya telponnya, udah mau jalan nih."

"Iya, hati hati."

Setelah telepon itu terputus, Phire langsung bersiap untuk di make up.

Lima belas menit.

Tiga puluh menit.

Empat puluh lima menit.

Phire lelah menunggu. Gadis itu sudah cantik dengan dress selututnya dan siap untuk naik ke atas pentas. Sebentar lagi pasti namanya akan di panggil. Ia menghembuskan napas dengan kecewa, keluarganya belum ada yang datang.

Acara itu berjalan dengan lancar. Phire banyak mendapatkan pujian dari tamu yang hadir karena telah sukses dalam acara perdananya. Suaranya yang indah membuat semua yang hadir terpukau. Ditambah lagi, gadis itu begitu cantik dengan make up yang natural dan dress pemberian mamanya yang begitu pas ia kenakan.

Ia tetap menebar senyuman walaupun sedang kecewa. Hingga akhir acara, keluarganya belum juga datang. Dia pun mencoba memakluminya, mungkin macetnya memang separah itu. Tak apa, Phire bisa mengerti.

Setelah acara berakhir, Phire memutuskan untuk pulang dengan naik taksi. Ia tidak ikut acara pesta yang diadakan teman-temannya karena moodnya benar-benar buruk sekarang.

Ketika sampai di rumahnya, Phire langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Benar saja, rumahnya masih sepi. Sepertinya mama, papa, dan kakaknya benar-benar terjebak macet.

Ting tung...

Bel rumahnya berbunyi, pasti itu mereka, batin Phire. Phire pun segera berlari untuk membukakan pintu. Phire terus menggerutu dalam hati. Awas saja, Phire akan merajuk dan tidak mau bicara dengan mereka.

"Selamat siang?"

"Iya, siang."

Phire mengernyitkan dahinya bingung. Setelah ia membukakan pintu rumahnya, bukannya mama, papa, dan kakaknya yang ia lihat tetapi malah seorang petugas rumah sakit, terlihat dari seragam dan name tag yang orang itu kenakan.

"Benar ini kediaman keluarga Ranudya?"

"I-iya." Phire hanya mengiyakannya. Kepala kecilnya belum bisa menebak apa yang terjadi.

"Bawa masuk," interupsi orang itu kepada petugas lainnya.

"Ada apa ya, pak?"

"Saya turut berduka cita," ucapnya sambil menatap Phire dengan sendu. Maksudnya apa?

Tidak lama kemudian, orang-orang berbaju putih membawa tiga jenazah yang tertutup kain putih masuk kedalam rumah. Ya, Phire tau itu adalah jenazah.

Mendadak kepala gadis itu pening. Berbagai pemikiran buruk menyerang kepalanya hingga ia seperti orang linglung.

"Keluarga anda mengalami kecelakaan di jalan tol. Mereka meninggal di tempat kejadian."

Deg

Sekarang bukan hanya pening yang ia rasakan. Ia seperti baru saja dihantam oleh batu besar tepat di ulu hatinya.

Saat pusat dunianya pergi. Hidupnya juga ikut terhenti.

-unless-

Any typo?
Vote&coment please

Salam hangat,
afimarthatya💛

UNLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang