TANGISAN NONGKRONG (BAB 4)

47 0 0
                                    

BAB 4

.

.

DALAM dunia yang nyata begini, masih adakah sesuatu yang bernama keajaiban? Aku sering menantikan kejaiban itu nyata dan membawa aku keluar dari sangkar derita.

Perlukah aku seorang yang melaluinya sendiri? Sedangkan aku punya keluarga yang membesarkan aku? Adilkah dunia ini buat insan seperti aku?

Sering kali aku ternanti, episod derita yang aku tanggung akan berlalu pergi dari masa ke semasa. Menghilangkan lelah dan parut dalam jiwa yang semakin lama semakin dalam.

Barangkali... aku terlalu lama melenakan mata sampaikan aku terlupa apa yang seharusnya aku lakukan tika mata ini terbuka semula...

Dia tersenyum sendiri. Lembut kelopak mata itu terbuka kembali memandang pokok yang sedang tumbuh menghijau di kaki bukit.

Perlahan-lahan nafasnya di lepaskan, bibirnya mulai mempamerkan kuntuman indah senyuman yang jarang sekali di hiaskan pada wajah.

"Keajaiban itu tak wujud. Seperti mana kisah dongeng yang pernah di ceritakan oleh nenek kepada aku, dahulu."

Kakinya menampung tubuh semula, dia mendepakan tangan ke sisi separas dada.

"Apakah menjadi suatu dosa kiranya aku... mempesoalkan mengapa hidup ini tiada keajaiban? Atau mungkin, aku yang terlepas pandang semua itu dalam takdir aku..."

Perlahan-lahan dia memejamkan matanya kembali. Cuba untuk melupakan segala keperitan hidup dan kebencian duniawi. Cukuplah hanya sekejap cuma, untuk dirinya merasa tenang.

Bunyi hidupan di dalam hutan bernyanyi riang. Sebuah perasaan damai bermukim di jiwa.

Akan menjadi satu keabadiaan bila aku mulai merasa satu ketenangan yang abadi. Ketenangan yang jauh dari sisip derita keluarga. Jauh dari dunia asal aku sendiri.


TANGISAN NONGKRONGWhere stories live. Discover now