02. Berubah

314 65 29
                                    

🚀🚀🚀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚀🚀🚀

Gue sama Haechan jalan pulang ke rumah. Rumah dia, soalnya dia bilang bete sendirian. Padahal juga ada kak Ririn. Emang aja dia mau nempel terus sama gue. Gue melepas sepatu gue, sedangkan Haechan nyelonong aja masuk nggak lepas sepatu.

"Aku mencium aura negatif di sekitar sini." ujar Haechan.

Tuk!

Kepala Haechan tiba-tiba disambit pakai pulpen sama Kak Ririn. Gue cuma ketawa-ketawa ngelihatnya.

"Pulang tuh salam dulu!"

"Oh iya! Assalamualaikum!"

"Waalaikumssalam."

"Eh Than-than." Sapa Kak Ririn ke gue.

"Thania nggak disambit pulpen juga? Nggak adil banget, diskriminasi!" protes Haechan.

"Dih! Enggak lah!"

"Ya udah, aku sama Thania ke atas dulu yak." Haechan langsung narik tangan gue buat ke lantai atas.

Haechan ngelempar tasnya ke kasur. Dia juga langsung nyalahin lampu, karena emang langit udah makin gelap. Gue kemudian duduk di tepi kasurnya. Mata gue melihat ke arah laci kaca yang berisikan action figure koleksi Haechan sejak kecil.

"Thania mau minum nggak?"

Gue ngangguk. Haechan lalu ngambilin gue minum di kulkas kecil khusus buat di kamarnya. Karena dia itu mageran orangnya, jadi dia minta Papinya buat beliin dia kulkas kecil buat di kamar. Haechan nyerahin sebotol air mineral.

"Eh, tahu nggak sih? Teo juga katanya masuk di SMA yang sama kayak kita." ujar gue sambil membuka tutup botol susah payah.

"Masa sih?" Haechan ngambil botol di tangan gue dan ngebuka tutupnya. Peka banget emang.

"Iya, tadi tuh Thania ketemu sama teman baru, namanya Laura. Dia ngasih tahu kalau Teo juga masuk situ." Setelah menyelesaikan kalimat gue, gue meneguk botol itu.

Haechan duduk di bangku meja belajarnya. Tangannya langsung menyalahkan komputer.

"Jangan deket-deket sama dia!"

"Thania emang nggak pernah deket sama dia kali." sahut gue.

"Dari dulu aku tuh kayak nggak suka aja lihatnya."

"Kalah populer ya? Haha." Gue ngeledekin Haechan, dan muka langsung jadi bete.

"Bukan gitu Thania. Gayanya selangit banget, sombong. Sok-sokan traktir cewek se-angkatan waktu SMP." Jelas Haechan.

"Ya mungkin dia emang suka berbagi."

"Tapi tenang, Chan. Thania nggak akan kepincut tuh." lanjut gue.

"Nggak kepincut tapi traktirannya diambil juga." balas Haechan.

"Ya kan sayang, Chan. Itu makanan dari pada dibuang, lagian juga kan Thania bagi ke Haechan waktu itu."

Aksa | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang