Part 25

28.5K 1.5K 59
                                    

**

         Andra melirik jam tangan yang melingkar dilengannya, jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi tapi Kristal belum menunjukkan dirinya dan melewatkan ulangannya. Andra menghela nafasa, melanjutkan langkah menuju parkiran guru.

Apa gadis itu sakit?

Tapi, seingat Andra semalam Kristal tidur dengan nyenyak setelah kekenyangan.

  
"Pak Andra?"
   Andra menghentikan langkahnya, menoleh dan menemukan Laura yang tersenyum malu malu kearahnya.

"Iya, ada apa Bu?"

"Bapak sibuk?"
   Andra melirik arlojinya lalu kembali menatap Laura dan mengangguk.

"Saya mau keluar sebentar."
  Laura tampak terkejut, semakin salah tingkah saat Andra menaikkan alisnya bingung.

"Oh, kebetulan saya mau minta tolong. Tapi itu kalau Pak Andra ngga keberatan."

"Ada yang bisa saya bantu?"
   Senyuman Laura melebar.

"Bapak mau keluarkan?  Bapak bisa anter saya ke Universitas Adijaya? Saudara saya yang paling bungsu pingsan di kampusnya."
   
"Bisa, asal Ibu tidak keberatan naik motor saya."
    Laura mengangguk cepat, tidak meyangka Andra akan menyanggupi tanpa pikir panjang.

"Ngga masalah, Pak, makasih sebelumnya, Makasih."

"Tidak apa apa,  Ayo."
  Mereka lalu segera bergegas, Laura tentu tidak akan melewatkan kesempatannya kali ini.

**

   Kristal menggigit permen kaki dimulutnya, membuang gagangnya ketempat sampah indomaret dengan kantong kresek hitam berisi permen karet warung pinggir jalan yang menggantung dilengannya. Beberapa orang terlihat menatapnya heran, ada pula yang mendengus dan tertawa geli.

Bodoamat.

   
     Kristal melirik pantulan dirinya di kaca, cardigan selutut yang membalut  gaun tidur bergambar pisang sepahanya. Rambut dicepol asal dengan karet pembungkus sate semalam dan sendal swallow biru kebanggaannnya.

Orang cantik mah bebas!

   Kristal mengedip ngedipkan matanya lalu terkekeh kecil, berniat melanjutkan niatnya sebelum sosok yang tidak lagi asing dimata berhenti didepan indomaret bersama Nenek lampir Laura.

Itu dua manusia terlucknut ngapain dimari sehh!

      
          Kristal mendengkus, mendorong pintu kaca dan menikmati kesejukan minimarket itu dengan bahagia. Senyum diwajahnya menghilang saat pintu dibelakangnya didorong tiba tiba hingga terantuk kepalanya dengan keras.

"Astaga!"

"Maaf maaf."
    Kristal mendelik, memagang kepalanya dan menoleh. Menemukan Laura yang tersentak dan Pak Andra yang baru saja melepas helemnya diluar dengan mata menyipit.

Anjeeer, ke gap lage!

"Kristal!?"

"Siapa yah? Maaf, ngga kenal."
   Kristal melongos begitu saja, masih menggerutu seraya mengusap kepalanya yang berdenyut.

Sakit bgst!

"Kristal! Sini kamu!"
   Kristal berdecak, kembali menghindari Laura dan mengambil keranjang paling besar.

"Kamu-"

"Bu, biar saya."
      Kristal masih menulikan telinganya, mengambil sabun dan kawan kawan untuk mengisi keranjangnya sebelum sosok jangkung itu mengambil alih dari tangannya.

So I Kissed The Teacher [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang