-----------------------------------------------------------------
° HAPPY READING °
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ini sudah hampir 20 tahun semenjak kedua orang tuaku bercerai. Sejak kecil, ketika aku berumur 5 tahun mungkin? Atau lebih? Entahlah aku sudah lupa.
Saat itu aku masih sangat kecil. Aku masih terlalu polos untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekelilingku. Tapi, ada beberapa hal yang ku ingat. Ada peristiwa-peristiwa yang seharusnya tak aku lihat saat itu. Dan ketika aku mengingatnya kembali ketika aku telah mengerti semuanya. Hal itu membuat hatiku ngilu. Perih tak tertahankan. Seolah jantungku di tusuk dengan jarum yang tumpul berkali-kali. Menyiksa. Sungguh. Membuatku selalu menangis setiap malam karena terus-terusan mengingatnya.
Seperti sekarang ini. Aku meringkuk di atas kasurku yang tipis. Tidur seorang diri di apartmenku yang tak begitu luas. Mematikan lampu kamar dan membuatnya semakin gelap dan pengap. Jam menunjukkan pukul 07:30 malam saat ini. Masih terlalu pagi untuk pergi tidur. Tapi inilah kebiasaan yang sering aku lakukan saat sedang sendiri di kamarku. Tak menghidupkan lampu saat petang mulai datang. Bahkan ketika matahari telah berlayar di peraduan. Tirai jendela sama sekali tak ku buka. Sengaja ku biarkan tetap tertutup. Hanya membiarkan bias-biasnya lewat melalui celah-celah kecil dari balik tirai itu.
Aku suka kegelapan. Entah aku lupa semenjak kapan aku menyukai hal itu. Rasanya berbeda. Bisa lebih membuatku tenang? Entahlah. Aku hanya merasa demikian.
Aku bertolak ke ponselku yang terus berdering sejak tadi. Aku lihat ada 50 panggilan tak terjawab dari Ayahku. Sengaja tidak ku angkat karena aku memang ingin menghindarinya. Untuk kesekian kalinya ponselku berdering lagi. Karena tak tahan akhirnya aku menjawab panggilan itu.
"Bang Chan! Darimana saja kau tidak menjawab panggilan dari Ayah?"
Ucapan dari seberang telpon sana lebih kepada amukan. Aku menjauhkan sedikit ponsel itu dari telingaku. Takut merusak gendang telingaku yang berharga.
"Maaf, aku sedang sibuk akhir-akhir ini dan aku baru saja pulang dari kampus."
Bohong.
Padahal seharian ini aku tak pergi kemana-mana.
"Baiklah, aku mengerti jika kau sedang sibuk. Tetap fokuslah pada kuliahmu dan jangan pikirkan hal lain."
Seperti biasa nasehat orang tua selalu terlontar. Membuatku malas karena harus mendengarnya berulang kali.
"Emm. Aku mengerti." balasku singkat.
"Kau tau kalau dia sudah pulang, kan? Ayah harap kau tidak menemuinya barang sebentar saja. Jika aku tau kau nekat menemuinya, maka aku anggap bahwa kau bukan anakku lagi."
Aku menghela napas. Selalu saja ancaman seperti itu yang dikatakannya. Tolonglah! Aku sudah dewasa. Tak seharusnya tindakanku masih di batasi.
"Ya. Aku sangat mengerti itu." ku tekankan setiap kalimat yang ku lontarkan pada Ayahku. Mencoba untuk meyakinkannya bahwa aku tak akan melanggar perintahnya. Walaupun mungkin aku akan melanggarnya nanti. Tentu saja tanpa sepengetahuannya.
"Bagus. Sekarang pergilah beristirahat dan jangan lupa makan. Bulan depan aku akan mengunjungimu." aku hanya membalasnya dengan deheman tanda mengerti. Lalu detik berikutnya sambungan telpon terputus.
Aku menghempaskan ponselku ke sembarang tempat. Masa bodoh kalau ponsel itu jatuh ke lantai atau entah kemana. Aku hanya ingin ketenangan saat ini.
Ku angkat tanganku untuk menutupi sebagian wajahku. Dibalik sana mataku terpejam. Ku ambil dalam-dalam udara di sekelilingku mencoba untuk meredakan emosiku yang sedikit membuncah.
Aku tak mengerti ada permasalahan apa antara kedua orang tuaku hingga membuat mereka sampai bercerai. Bahkan akibatnya telah sampai kepadaku. Ayahku melarang aku untuk bertemu Ibuku. Apa yang salah dari itu? Aku tak terlibat dengan masalah mereka tapi kenapa harus aku yang kena imbasnya? Aku tak mengerti sekali akan hal itu.
Benar-benar membuatku frustasi. Aku sama sekali tak menemukan solusi untuk ini. Pernah aku ingin mencoba untuk kabur tapi aku terlalu takut untuk melakukannya. Seperti ada bayang-bayang yang selalu berhasil menahanku untuk tidak pergi.
Tak pernah ada yang tau aku menangis seorang diri di dalam kamarku yang gelap. Aku selalu berusaha untuk menyembunyikan semua perasaan yang aku pendam selama ini. Lebih baik aku diam. Lebih baik aku tak menceritakan semuanya pada siapapun. Karena itulah aku suka kegelapan. Agar sisi tergelapku tak dapat dilihat oleh siapapun. Aku tak ingin orang lain tau bagian sisi tergelapku yang aku sendiri begitu takut untuk melihatnya.
--------------------
Bagaimana? :'V
Jangan lupa krisar ya 😂Maaf kalau banyak typo
Harap maklum karena ngetiknya ngebut :'V
Mumpung dapet feel biar ga keburu ilang :'VJangan lupa juga KLIK tanda bintangnya
Terima kasih 🙇♂️🙇♂️🙇♂️
KLIK
👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Kids × Bang Chan [ONESHOT]
Ficção AdolescenteKumpulan FanFiction Stray Kids × Bang Chan ONESHOT [ Dark Side About Me ] 16 Februari 2019