Relax

39.8K 4.5K 210
                                    

Awalnya Taehyung membenci dunia bisnis.

Menurutnya, dunia itulah yang merenggut kasih sayang kedua orang tuanya.

Mereka terlalu terfokus mencari uang ━tanpa sadar ada yang terlupakan di rumah.

Bisnis juga yang membuat ibunya bertemu dengan pria lain.

Yang berujung perceraian ketika sang ayah mengetahuinya.



Setidaknya itulah yang dipelajari Taehyung semasa kecil.

Begitulah cara mainnya. Bisnis akan membuatmu kaya, tentu saja.

Namun kau harus mengobankan salah satu dari milikmu yang berharga, seperti waktu contohnya.



Ah, sepertinya ia mulai bosan.

Terbukti dengan keberadaannya sekarang.

Pagi hari, di hari senin.

Ia lebih memilih untuk digelayuti adiknya manja di sebuah salon ternama.

Meninggalkan tumpukkan berkasnya.

Toh ia bekerja terlalu keras, tentu saja semuanya sudah diselesaikan jauh - jauh hari.

"U-uwahh, bo-boleh m-masuk t-tidak?"

Jungkook dengan binar polosnya meminta izin ━kepada salah satu penjaga disana.

Terlampau gemas; dicubitnya pelan pipi gembil si manis.

Yang mendapat respon tatapan tajam dari Taehyung yang berada di sampingnya.



"Si-silahkan masuk tuan,"

Salah tingkah sendiri jadinya.

Tidak, ia tidak takut dengan Taehyung.

Hanya saja; Taehyung dengan rahang yang mengeras serta tatapan tajamnya merupakan perpaduan sempurna.

Seksi istilahnya.

"Jungkook mau potongan rambut yang seperti apa, hm?"

Telunjuk diletakkan di dagu; memasang pose berpikir.

Beberapa pengunjung salon yang melihat hanya dapat terkikik gemas.

Inginnya menyentuh; namun ada anjing penjaga yang siap melahap mereka di sebelahnya.

"M-mau wa-warna bi-biru!"

"Tapi potong dulu ya, ini rambutmu sudah terlalu panjang princess."

Gelengan kuat di dapatkan.

Bibir dikerucutkan sebal, kedua tangan dilipat di depan dada.

Ada yang marah rupanya.



"Baiklah, biru."

Salah seorang karyawan disana membawa Jungkook untuk duduk.

Di depan sebuah kaca besar, seraya menyiapkan berbagai macam peralatan yang dibutuhkan.

Selagi menunggu, Taehyung memilih untuk duduk di kursi tunggu.

Sialnya, pemilik salon tiba - tiba saja datang menghampiri dan duduk tepat di sebelahnya.

"Halo tampan,"

Dagunya disentuh sensual oleh jari - jari pendek si pemilik salon.

Sekilas ia melirik, sekedar memastikan gender.

"Oh, banci toh."

Lirihnya nyaris tidak terdengar oleh si pemilik toko.

"Apa kau mengatakan sesuatu tampan?"





GaspTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang