Story from: Seventeen Fanfiction Indonesia
»»Let's Reading««
Ada persamaan yang cukup signifikan antara mantan pacar dan materi ujian.
»»««
Mungkin sudah ada dua puluh kali embusan napas yang didengar Jihoon dari pemuda pemilik wajah serupa di hadapannya dalam tiga puluh menit ke belakang. Pun, suara gesekan lembar demi lembar buku yang dibuka tanpa benar-benar diperhatikan.
Mungkin, sudah terhitung dalam jumlah yang sama pula Jihoon mengarak manik galaxynya demi menilik kondisi saudara kembarnya itu. Dia memang sengaja tidak berkomentar–atau belum. Satu-satunya respons yang kentara hanyalah suara “tuk-tuk” pangkal pensilnya yang diadu dengan kepala.
Kalau ada yang mengira ini adalah salah satu potongan adegan perang dingin dalam sesi pertengkaran saudara atau kegalauan seorang gadis akibat putus cinta, kalian salah. Hubungan Jihoon dan saudara kembarnya baik-baik saja. Pertengkaran memang bagian hidup sehari-hari, tetapi bukan hari ini. Ada sebab lain yang lebih krusial: ulangan kimia Woojin begitu jauh dari harapan. Dari puluhan soal, tak sampai seperlima yang–katanya bisa ia kerjakan. Lantas sekarang, ia merasa pupus angan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Jengah, Jihoon menghentikan ketukan pensilnya. Ia merasa sudah saatnya dia bertindak kalau tidak ingin ikut terpengaruh oleh suasana sedih nan sendu yang sesungguhnya hanya karena bayang semu akan masa lalu yang hasil nyatanya bahkan belum benar-benar mereka temui. Nilainya kan belum keluar.
“Woojin.”
“Apa?”
“Mau kuberi tahu satu hal?”
Woojin menengok ke arah saudaranya, yang sekarang meletakkan buku materi pelajaran di pangkuan dan balas menatap Woojin lekat-lekat.
“Ibarat orang pacaran, Jin,” Jihoon memulai kata bijaknya, "inilah saatnya kau melupakan mantanmu dan pindah ke lain hati. Kimia itu masa lalu, Biologi dan Matematika itu masa depanmu. Kalau kau terus terpaku ke masa lalu, bagaimana materi tentang masa depan bisa masuk ke otakmu?”
Namun, alih-alih merasa terbantu, Woojin justru mengerucutkan bibir dan menatap Jihoon datar.
“Tidak usah sok mengibaratkan dengan pacar deh, Hoon. Ngomongin Daniel hyung saja kau masih cegukan.”
“Ya, kenapa jadi bawa-bawa Daniel-hik!” Jihoon buru-buru menutup mulutnya. Kedua bahunya berguncang setiap kali suara “hik” keluar.
“Tuh, kan? Urusi saja kisah cinta-belum-kesampaianmu dengan Daniel hyung sendiri sebelum ikut campur dengan kisah-cinta-tidak-berbalasku dengan soal Kimia, oke?”
Woojin menegakkan bukunya, membuat dinding penghalang antara dia dan Jihoon sementara saudara kembar tak identiknya itu masih sibuk mengurus cegukan yang belum kunjung hilang.
Kasihan. Padahal niat Jihoon ingin terlihat sedikit keren karena berhasil menerapkan metode lupakan-soal-Kimia-yang-memang-susahnya-luar-biasa-tadi lantas memilih mempelajari materi untuk esok pagi yang sebenarnya juga malas ia jalani. Akan tetapi, sekarang dia malah diingatkan soal hubungan cintanya dengan Daniel—laki-laki berbahu lebar dengan gigi kelinci yang merupakan kakak kelasnya yang sudah membuat hampir separuh pikirannya selalu terkuras, namun belum juga berbalas.
Buyar sudah. Buntutnya, dia dan Woojin kini sama-sama hilang konsentrasi. Raga dan jiwa di sini, tetapi pikiran mereka justru melayang-layang seenak hati.
~fin.
Kurang baik coba apa coco udh double update dr kemarin??
Ayo dongg pada vote sama comment biar coco semangat lanjutin ceritanya!!
See you♡Coco sayang kalian semuaaa😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
All About NielWink
FanfictionBerisi karya-karya dari penulis blog yang tokohnya aku ganti jadi NielWink. Kumpulan oneshoot, twoshoot, dll. Pokoknya isinya tentang NielWink!!