Story from: BTS Fanfiction Indonesia
»»Let's Reding««
“Lalu bagaimana? Kau masih ingin melanjutkan kencan konyol ini?”
:::
Ketukan jari tangan yang seirama dengan gerakan kakinya menemani Jihoon duduk di antara pengunjung cafe. Dari jendela, ia bisa melihat para pejalan kaki yang berlalu-lalang, langit kelabu khas musim dingin, serta harapannya yang hilang karena hari ini tidak ada tanda-tanda akan turun salju. Padahal ia sudah banyak-banyak merapal doa agar tak perlu bertemu dengan siapapun orang yang ditunjuk oleh teman-temannya untuk datang ke cafe ini dan menghabiskan hari bersama dirinya.
Akhir pekan yang, cukup, tidak menyenangkan.
Rabu lalu, ia dan teman-teman dekatnya berkumpul untuk merayakan hari jadinya. Mereka makan malam bersama, mengobrol banyak hal dan bermain ‘Truth or Dare.’ Perkara dimulai dari sana, ketika mulut botol minuman kosong yang mereka putar mengarah padanya dan sebagai orang terakhir yang kalah pada permainan tersebut, Jihoon mau tak mau harus menerima tantangan tersulit.
Dare, itu yang ia pilih. Lalu semuanya jadi kacau tanpa diduga.
Keempat temannya saling berbisik, mendiskusikan tantangan apa yang akan mereka berikan sampai akhirnya kesepakatan terbentuk. Jihoon harus melakukan kencan buta di hari Sabtu dengan satu orang yang akan mereka tentukan. Keputusan yang sempat membuatnya menolak berkali-kali, memelas agar diberikan tantangan lain, apapun itu selain kencan buta. Tapi, keputusan mereka sudah bulat dan ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Helaan napas panjang terdengar. Jihoon baru menunggu sepuluh menit—pesanan kopi hangatnya pun belum tiba di atas meja—tapi rasanya sudah seperti berjam-jam lamanya. Ia ingin segera pulang saja.
Pintu cafe kembali terbuka untuk yang ke sekian kalinya. Sudah lebih dari lima orang yang datang semenjak Jihoon duduk di kursinya. Ia terus menghitung, sesekali menebak siapa kiranya yang akan menjadi teman kencannya. Sebagai bentuk keringanan, Jihoon tidak perlu mencari siapapun orang tersebut. Cukup memberi tahu pakaian yang ia kenakan pada teman-temannya dan merekalah yang akan memberitahu si teman kencan. Jadi, saat ini seharusnya ia yang dicari, bukan mencari.
Pengunjung ketujuh datang dan Jihoon memutar bola matanya saat melihat Kang Daniel, orang paling menyebalkan di kelasnya datang dengan mantel tebal berwarna cokelat muda. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya begitu kakinya menapak di dalam area cafe. Jihoon berusaha tak acuh namun ketika ia mencoba melirik kembali pada pemuda itu, tatap mereka bertemu.
“Sial.”
Ia tahu apa yang terjadi. Suara langkah kaki terdengar mendekat dan tahu-tahu saja, Daniel sudah berdiri menjulang di depannya.
“Jihoon?”
Masih memalingkan wajahnya, yang dipanggil enggan menjawab. Daniel berkerut dahi, lantas ikut duduk di depan Jihoon.
“Jadi, teman kencanku itu kau.”
Pupil Jihoon melebar mendengarnya. Tidak, ini sangat tidak mungkin. Bagaimana bisa Kang Daniel yang sangat menyebalkan itu menjadi pasangan kencan butanya?
“Yang benar saja. Kau salah orang mungkin,” sergahnya cepat sambil membawa tatapnya kembali pada si lawan bicara. “Aku sedang menunggu temanku disini.”
Seperti yang ia duga, Daniel malah tertawa.
“Kau yang salah bicara, Jihoon. Jinyoung yang menyuruhku pergi hari ini. Kalau bukan karena aku kalah main game dengannya dua hari lalu, aku tak akan datang menemuimu.” Daniel berhenti sejenak. “Jinyoung bilang aku harus melakukan kencan buta dengan seseorang yang ia kenal. Aku tidak tahu persis bagaimana ia bisa mengenalmu—“
KAMU SEDANG MEMBACA
All About NielWink
Fiksi PenggemarBerisi karya-karya dari penulis blog yang tokohnya aku ganti jadi NielWink. Kumpulan oneshoot, twoshoot, dll. Pokoknya isinya tentang NielWink!!