Typo bertebaran dimana-mana mohon maklum ok;)
*Happy reading*
_________
Dhiaa pun buru-buru bersembunyi di balik tembok namus sayang dia telat saat ada orang yang memanggilnya "dhiaa?" Tanya orang itu
Tanpa menjawab dhiaa pun segera berjalan tetapi orang tersebut terus mengikutinya "dii aku mohon dengerin aku dulu yaa" siapa lagi kalau bukan fatih
Sekian lama fatih berusaha akhirnya dhiaa berhenti berjalan "mau membicarakan apa lagi?" Berusaha sedingin mungkin
"Jangan baku-baku lah ia biasa aja kaya dulu" fatih bercanda untuk menghilangkan rasa gugup
"Engga usah so asik." Ketus dhiaa "cepetan mau ngomong apa?"
"Aku mau mengkhitbah kamu apakah bisa?" Tanya fatih dengan cepat tanpa ada jeda
"Emm gimana" tanya fatih belum menemukan jawaban
"Kamu mau mengkhitnah aku?"
"Iya" dengan mantapnya
"Apa tidak malu? Dengan apa yang udah kamu lakukan dulu? Apakah kamu tidak ingat apa yang kamu lakukan dulu? Disaat dulu aku berusaha nyari kamu tapi kamu malah menghindar dan sekarang balik lagi. Dengan minta aku jadi istri kamu? dimana pemikiran kamu?!" Dhiaa menggebu-gebu
"Tap....."
"Bahkan disaat aku udah lupa kamu dateng balik lagi? Kamu mikir engga si gimana hati aku? Gimana dulu aku berusaha bangkit?" Tanpa memberi jeda untuk fatih bicara
"Oh iya" senyum seringai dhiaa " jangankan buat mikirin hati aku buat membalas ucapan hai dari aku aja susah" dengan jeda sebentar lalu dhiaa meninggalkan fatih
"Assalamualaikum" dhiaa mengakhiri pembicaraan
"Dii dii dii dhiaa" fatih saat dhiaa melangkah untuk pulang
"Bahkan aku belum menjelaskan apa-apa ia, itu emang kesalahan aku" gumam fatih dengan mata yang terus memperhatikan dhiaa
Memaafkan mungkin wajib untuk semua orang kita tidak selama selalu benar ada kala nya kita salah atas apa yang kita lakukan.
Tapi bagaimana jika kesalah yang orang perbuat sangat fatal? Sangat membuat orang tertekan?
Itu yang dhiaa pikirkan. Memaafkan tapi selalu diingat setiap waktu. Menjadi seorang pengisi kajian awalnya hanya ingin menutupi suatu kesalahan di masa lalu. Tapi dhiaa tau niat itu sangat salah karna seharusnya apa yang di lakukan bukan karena orang lain akan tetapi karna Allah.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Hadits tersebut menjelaskan bahwa setiap amalan benar-benar tergantung pada niat.
Dan setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan. Balasannya sangat mulia ketika seseorang berniat ikhlas karena Allah, berbeda dengan seseorang yang berniat beramal hanya karena mengejar dunia seperti Dalam hadits disebutkan contoh amalannya yaitu hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah karena mengejar dunia.Sumber : Rumaysho.com
Bersambung........
Terima jangan itu khitbah fatih? :v
Part paling pendekkkk wkwkw
Apa masih ada yang nunggu cerita ini? Ngarep lu yu wksss
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DI MASA LALU (Slow Update)
Acakkarena jika menurut kita itu Yang terbaik belum tentu menurut Allah itu yang terbaik Tetapi jika menurut Allah itu yang terbaik jelas menurut kita itu pun yang terbaik.