Prolog

37 3 4
                                    


Angin musim gugur menghembus dengan sedikit kencang, sehingga membuat rambut hitam gadis itu tampak melambai-lambai diudara, musim gugur pertama yang pernah dirasakan gadis itu, dan entah mengapa dingin nya sangat menusuk, hingga sampai kehatinya. Gadis itu merapatkan sweeter hitam tebal itu dengan menarik sisi-sisi ujungnya sehingga menutup seluruh tubuh mungilnya, kemudian ia tampak menunduk menatap daun-daun maple yang berwarna kecoklatan tertumpuk dijalan. Rambutnya yang berwarna hitam pekat tampak menutupi wajahnya, tiba-tiba ia terduduk, seolah-olah kakinya tidak mampu menompang tubuhnya, gadis itu menangis, terisak pelan ditengah keramaian.

Seseorang pernah berkata, jika saat kau pertama kali melihat orang yang mencuri perhatian mu lalu entah mengapa hati mu berkata bahwa dialah takdirmu, maka percayailah itu! maka takdir yang tertutup kabut akan menampakan benang merah antara kau dan orang itu kepermukaan.

Dan dikota inilah kini gadis itu sampai, di kota Seoul inilah gadis itu sedang menangis sesegukan. Ia mengikuti kata hatinya untuk mengejar takdirnya, belahan jiwanya mungkin.

Namun ia tampak kehilangan arah dan keyakinan, bertanya-tanya didalam hati benarkah lelaki itu yang benang merah hubungkan padanya. Gadis itu menyesal karena membiarkan pria itu pergi begitu saja darinya, gadis itu menyesal karena tidak mengenggam erat tangan lelaki itu, dan gadis itu menyesal karena tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintai lelaki itu.

Hingga membuat lelaki itu pergi, bahkan tampa menoleh.

Can You Remember Me ?Where stories live. Discover now