Tak ada yang berubah semenjak kepergian seorang yang beberapa hari lalu mengganggunya seakan anak itik yang mengikuti induk ayamnya. Iya, sudah tiga hari ini little boy aka Angnibrata Leksana Brijaya alias adalah Ibra tidak masuk sekolah. Dan selama tiga hari juga hidup Asta kembali tenang, menikmati harinya di sekolah juga di rumah apalagi tanggal muda, uang datang menerjang, tabungan bertambah, lalu nikmat mana yang kau dustakan wahai pekerja dan pejuang single?
Masuk ruangan BK dengan semuringah itulah yang saat ini Asta lakukan. Tidak masalah dengan status singlenya, yang penting semua kebutuhannya tercukupi, walau bukan kaya raya, setidaknya kata cukup, cukup untus membeli tas, cukup untuk membeli baju, cukup untuk membeli sepatu, cukup untuk membeli jajanan enak, dan cukup untuk jalan – jalan, itulah katagori cukup bagi Asta. Walaupun dia belum pernah merasakan berjalan – jalan ke luar negeri, tapi setidaknya di pulau Jawa juga banyak pemandangan yang indah dan tidak kalah hits.
"As, ini anak mu gak masuk sudah 3 hari kenapa?" tanya Risa rekan Asta, sesama guru BK tetapi masih honorer , yang paling penting umurnya masih 23 tahun, dan satu lagi dia lebih tinggi.
"Gak sopan banget sih" sindir Asta
" Halah ogah, panggil lho mbak Asta, orang cuma jeda 4 tahun ini, kalau mau gue panggil ibu aja gimana?" tawar Risa
" Ogah, kapan gue nikah sama bokap loe" sewot Asta
"Idih, bokap gue juga ogah pilih loe, bokap gue sudah cinta mati sama nyokap guelah, ini buktinya muncul gue sama adik – adik gue" balas Risa tak kalah pintar dengan Asta. Memang juniornya satu ini sudah gak punya sopan santun, tapi juga licik, bukan cerdas tapi licik. Ingat perlu digaris baewahi atau di capslock LICIK. Itu yang ada di pikiran Asta.
"Halah, ngomong sama lo, gak guna, gak bakal selesai" sewot Asta semakin malas saja dan membuat Risa tergelak dengan keras
" Uluh – uluh si mbak kesayangan ini marah ya? Jangan ngambek dong" Goda Risa mendekati Asta tapi Asta tidak pedulli. Masih dalam mode ngambek Asta menekuni kembali handphone di tanganya sambil mencari aplikasi jodoh yang siapa tahu dia bisa menemukan jodohnya lewat aplikasi seperti itu.
"Eh mbak Asta ini balik lagi, aku mau nanya tentang Ibra kok sudah tiga hari gak masuk kemana ya?" rayu Risa memanggil Asta dengan embel – embel "Mbak" di depannya.
"Mana gue tahu, gue bukan maknya" jawab Asta sewot.
"Denger – denger, ibunya Ibra sudah meninggal sejak Ibra dilahirkan lho mbak, kasihan ya mbak, untung nakalnya masih wajar, dia juga pinter lagi, cakep, apalagi bodynya juga sudah kelihatan, kalau aku masih SMA mah langsung embat aja" cerocos Risa yang diam – diam didengarkan oleh Asta. Dalam hati kecil Asta sebenarnya rasa sayang kepada Ibra tapi rasa gengsinya yang menutupinya.
"Eh tapi As, bapaknya berarti sudah menduda 17 tahun, wah keren banget, tahu juga gak As itu si bapaknya Ibra masuk jajaran lima besar orang kaya di negeri ini lho, enak kalo nikah sama bapaknya ya " kata Risa tertawa cekikikan, dan Asta sudah tahu kemana arah pikiran Risa.
"Serah deh, penting loe bahagia, sebahagianya ente, gue ogah nikah sama yang udah setengah abad" kata Asta berdiri dan siap untuk keluar ruangan meninggalkan Risa seorang diri.
"Sekata lu, mau orang kaya juga gue gak peduli, yang kaya dia, gue juga gak dapat hartanya juga, lebih baik gue ngabdi sama negeri tercinta ini yang jelas, gue digaji dan hidup disini" sambil menggerutu Asta berjalan menuju sebuah kelas yang akan di ampunya untuk dua jam pelajaran kedepan.
Tepat jarum panjang berada diangka 11 dan jarum pendek berada diangka 4, Asta telah duduk di kursi kebesarannya, lelah, letih, lesu tapi tenang lihat isi rekening lagsung semangat, untung minggu ini Asta tidak kebagian home visit, dan masalah anak – anak juga gak begitu beratnya, untungnya di sekolah ini, terkenal dengan sopan santun anaknya yang lumayan, dan dari dulu sampai sekarang jarang ada kasus pembulian apalagi sampai melawan guru seperti yang ada di media. Mengerikan. Untuk anak jaman sekarang, anak – anak di sekolah ini masih terbilang wajarnya. Salut sekali kerjasama orang tua dan guru di sekolahan ini, ngomong – ngomong soal orang tua, kenapa Asta malah teringat dengan Ibra, Ah sial! Batin Asta gonduk, Asta bahkan sempat membayangkan jika benar dia menikah dengan bapaknya Ibra, dia bakalan punya anak cem Ibra, yang umurnya jelas terpaut 10 tahun kayaknya, dih ogah, masak tau – tau punya anak gede gitu, trus dia duduk sama kakek – kakek, hiiii... ngeri. Itulah yang menjadi pemikiran Asta, sampai kesadarannya keembali karena ketukan pintu, dimana sepasang suami istri tersenyum ramah kepadanya.
"Maaf bu, mengganggu waktunya" ucap sang suami yang ditaksir umurnya sekitar 48 tahunan, sedangkan ssang istri sepertinya berumur 42 tahunan, mesra sekali.
"Oh iya, ada keperluan apa ya pak, bu" ucap Asta Ramah
"Maaf sebelumnya kami orang tua dari Azela dari kelas XII IPA 2, ini mau membahas masalah sekolah lanjutan" terang sang istri.
Dari sana Asta sudah mengerti arah pembicaraan yang dimaksud pasangan suami istri ini. Perbincangan berjalan lancar hingga jarum jam menunjukkan pukul 16. 33, setelah pasangan suami istri yang sempat membuat Asta iri, dia segera sadar dan mulai melangkahkan kakinya menuju tempat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai manusia kepada tuhannya.
"Asalamualaikum, mah aku pulang..." teriak Asta memasuki ruang tamu
"Anak perempuan, masuk – masuk itu yang kalem, ini kok malah teriak – teriak" sela papah Asta – Arman.
" Loh tumben, baginda Raja, sore hari di ruang tamu, biasanya kan berada di tanah kekuasaannya" sahut Asta mencium tangan papanya, yang kemudian dihadiah i dengan pukulan dari gulungan koran oleh papanya dan Asta hanya dapat ber"aduh" ria.
"Kok, dipukul sih, ini anak baik salim malah dipukul" Protes Asta, memegangi bekas pukulan papanya
" Salimnya sudah bener, ucapanmu itu yang salah" sahut papanya kalem
"mamah mana pa? Kok tumben gak kelihatan?" tanya Asta mmeperhatikan kondisi sekitar mencari keberadaan mamanya
"Ada acara sama ibu – ibu komplek" jawab papanya yang kemudian diangguki oleh Asta apaham dan kemudian Asta segera bertolak menuju kamarnya.
Pgi hari mood Asta sangat buruk, jika digambarkan dalam tokoh animasi, maka seolah ada awan mendung gelap dengan petir diatas kepalanya. Ini semua ulah dari mama dan papanya yang kompak bikin gonduk Asta. Astaga orantua macam apa itu, pagi – pagi pamer kemesraan di depan anaknya yang menjomblo hampir 27 tahun, dan ketika Asta protes mamanya melayangkan kata kramat yang bikin Asta kicep," salahnya Jomblo abadi, sana cari suami, dari dulu alasan terus" kata yang Asta selalu ingat.
Belum selesai Asta mengembalikan moodnya yang tercecer, Risa junior Asta yang kurang diajar itu datang sambil teriak – teriak.
"Mbak hari ini kita diminta bapak kepsek untuk home visit ke rumah Ibra, katanya Ibra sakit, sendirian di rumah, dan gak mau minum obat, mintanya ditemenin mbak Asta, jadi hari ini mbak Asta aku temenin, soal nya aku baik hati, mau nemenin mbakku yang jomblo ini ketemu calon anak" kata Risa santai, dan duduk di sebelah Asta, yang mendungnya bertambah geap semakin pekat.
Sial, hari ini dia catat sebagai hari kramat kata Jomblo, ini itu bukan salah jomblo, Asta sudah berada di jalur yang benar, yaitu taarufan, halah gaya sok taaruf padahal aslinya belum laku, kata hati kecil Asta membuat dia mendengus kesal.
"Ayo berangkat mbak, pakai mobilku saja, motor mbak tinggal ya" ajak Risa yang dibuntuti Asta di belakang.