Entah bagaimana aku bisa sampai di sini, terjebak hanya berdua dengan seorang pria sok religius yang benar-benar menyebalkan. Telingaku kelu mendengar gumam bibirnya, meski kurasa aku tau apa yang sedang ia gumamkan dengan nada lirih dari bibir yang tubuhnya sedang terikat pada sebuah tiang besar di sudut ruangan ini. Ia masih menggunakan baju koko lusuh berwarna abu-abu dan kopiah hitam legam di kepalanya. Sedangkan aku? Aku masih terikat pada sebuah kursi kayu berwarna coklat setinggi lutut. Bajuku masih bersimbah darah bekas tadi malam saat membantai seluruh anak buah kak nila, rambut coklatku yang sepanjang punggung masih terikat namun berantakan karena belum tersentuh sisir sedari aku beraksi."Fyuhh. Setidaknya bantu aku memikirkan jalan keluar dari tempat ini," aku mendengus nafas kasar sembari berucap lirih pada pria yang terus saja menundukkan kepalanya di hadapanku. Dan itu semakin membuatku kesal.
"Hmmm, hey." Ucapnya lesu.
"Apa!" Ketusku kesal.
"Itu. Di dekatmu, di dekat tangan kirimu, bukankah itu gerigi besi."
"Ha! Mana? Ah ya. Hehehe." Aku tersenyum miring saat merasa bodoh karena bisa-bisanya aku tak menyadari benda manis itu. Lalu kembali muncul ide-ide psikopat di kepalaku, ide-ide yang akan membuat aku bisa meloloskan diri dari tempat busuk yang jadi markas para penghianat ini.
"Let's play baby."
Bilal POV
"Astaghfirullahal'adzim, entah mengapa semua ini bisa terjadi, tapi setidaknya dia baik-baik saja, ya Allah bantulah kami keluar dari tempat ini dengan selamat. Aamiin." Aku terus berdo'a, semoga kami bisa meloloskan diri dengan selamat dari tempat ini, tempat ini benar-benar aneh, hanya seperti ruangan persegi yang punya tiang besar pada jarak 1 meter di tiap sudut nya, banyak sekali bercak darah di sini dan bau anyir yang membuat perutku terus mual, tapi entah mengapa hell seakan tak merasakan apapun, dia tetap terlihat tenang meski aku nampak sangat jelas kobaran amarah pada sepasang netra berwarna coklat kehitaman itu.
Sebenarnya aku tidak heran dia terlihat seperti itu, yang aku herankan perasaan apa yang membuat jantungku berdetak lebih kencang ini, sehingga aku tak sanggup menaikkan pandanganku padanya. Tapi ini bukan waktunya untuk memikirkan itu. Saatnya memikirkan cara untuk lolos. Dan sepertinya aku melihat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel and Devil
AksiSeorang psikopat bertemu dengan gur ngaji. Terjebak dalam hal rumit yang bahkan mereka tidak menyadari sejak kapan mereka saling mengena. Lho kok bisa? lalu bagaimana mungkin seorang psikopat dan seorang alim bisa bekerjasama sedangkan fikiran merek...