tiga

17 0 0
                                    

Langit yang cerah tanpa awan, walaupun matahari sudah diatas menandakan siang yang terik namun terasa sejuk saat ada dihutan yang rindang. Dari kejauhan terlihat Mei Xiang bermain sendiri dipinggir sungai, sesekali dia tertawa kecil saat daun-daun yang dia sentuh mengatup seperti malu-malu seoalah-olah dia takjub dengan apa yang baru dia lihat. Xiu Xing yang tengah mencuci pakaian hanya tersenyum melihat Mei Xiang dari kejauhan. Dia lalu  fokus untuk mencuci pakaian agar cepat selesai dan segera pulang.
Mei Xiang tak henti-hentinya  terkikik geli, daun-daun yang mengatup ini terlihat lucu dimatanya. lalu tak sengaja dia melihat kupu-kupu yang terbang disekelilingnya. Kupu-kupu yang cantik menarik perhatian Mei Xiang, dia lalu mengikuti kupu-kupu itu berusaha untuk menangkapnya dan membawanya pulang agar ia bisa menunjukkan pada kakaknya bahwa dia telah berhasil menangkap kupu-kupu yang cantik. Namun saat dia hampir menangkap kupu-kupu itu, tak sengaja dia melihat seseorang yang tergeletak dipinggiran sungai dengan tubuh dipenuhi oleh darah yang mulai mengering.
“AAAAAARRRGGHHH” Xiu Xiang yang saat mencuci terkejut bukan main saat mendengar teriakan Mei Xiang, dia mengalihkan pandangan ketempat Mei Xiang bermain tadi, namun tidak ada. Dengan fikiran yang kurang baik, dia segera berlari mencari ke sumber suara Mei Xiang. Dia bisa melihat putri kecilnya yang berjongkok dengan tubuh gemetar
“Mei Xiang..” panggilnya segera memeluk putrinya, dia terlihat cemas “ada apa?” Xiu Xing bisa melihat wajah Mei Xiang yang memerah dipenuhi air mata
Mei Xiang hanya menutup matanya rapat-rapat, memeluk ibunya dan menunjuk kearah sungai. Xiu Xiang mengalihkan pandangannya melihat apa yang di tunjuk Mei Xiang. Dan itu membuatnya terkejut melihat sesorang yang tergeletak bersimpuh darah.
“diam disini, ibu lihat dulu, dia masih hidup atau tidak” Mei Xiang menarik baju Xiu Xing, dia menggelengkan kepala. Tapi Xiu Xiang tersenyum dan mengusap puncak kepala Mei Xiang untuk membuatnya mengerti. Dengan ragu-ragu dia mulai melepas pegangannya dibaju Xiu Xiang. Dia terlihat takut saat ibunya menghampiri orang itu.
“dia masih hidup” ujar Xiu Xiang. Ditekannya denyut nadi remaja laki-laki itu “denyut nadinya melemah, kita harus segera mengobatinya sebelum dia tidak tertolong” Mei Xiang lalu membantu ibunya membopong remaja asing itu menuju rumah mereka.

Diseberang sana, disebuah kerajaan yang makmur, terlihat seorang yang tengah berkuasa dengan pakaian kebesarannya tengah berpunggung tangan sedangkan pandangannya menatap pada rakyatnya yang tengah beraktifitas, dari atas menara inilah dia bisa melihat aktifitas orang-orang.

KRIEEETT..

Terdengar suara pintu terbuka, tak lama kemudian ia bisa mendengar langkah kaki yang mendekat. Tanpa melihat pun dia tahu siapa yang berdiri dibelakangnya.

“hormat hamba, semoga yang mulia panjang umur 1000 tahun” ujarnya dengan sikap yang anggun
“apa yang membuat permaisuriku datang menemuiku?” tanya khaisar Wong Lei dengan nada yang sangat dingin, tiba-tiba dia merasakan sepasang tangan memeluk tubuhnya dari belakang
“aku merindukan yang mulia. akhir-akhir ini anda terlalu sibuk dengan perkamen-perkamen kerajaan. Sampai-sampai lupa denganku” Kaisar Wong Lei tampak jengah mendengar penuturan permaisuri Chiu Yang yang terdengar seperti wanita penggoda
“yang mulia..” panggilnya dengan semakin mengeratkan pelukannya
“bisakah malam ini anda tidur ditempatku. Aku merind..”
“aku sibuk” potong kaisar Wong Lei cepat, dia lantas melepas pelukan permaisuri Chiu Yang dengan paksa “jangan menggangguku permaisuri Chiu Yang” pungkasnya. Membuat permaisuri Chiu Yang menggeram kesal, dia tidak suka diabaikan.

PRANGGG..

Dilemparnya nampan berisi buah yang ada disampingnya sebagai pelampiasan kemarahanya, sesaat setelah kaisar Wong Lei pergi. Dia harus mencari cara agar bisa lebih memikat rajanya itu. Dia segera memutar otaknya agar menemukan rencana licik apa yang akan ia lakukan.

Dengan susah payah, Mei Xiang membantu membawa keranjang yang berisi pakaian yang telah dicuci ibunya, karena terburu buru sehingga pakaian yang dia masukkan masih banyak air yang mana membuat keranjang yang dia pikul terasa berat. Xiu Xiang yang tengah menggendong remaja laki-laki yang sekarat di punggungnya sepertinya bisa melihat putrinya yang susah payah berlari sambil membawa keranjang pakaian mereka. Dia lalu berhenti sejenak dan menarik keranjang yang dibawa Mei Xiang.
“biar ibu yang bawa”ujarnya, dia tidak tega jika melihat putrinya kepayahan “larilah pulang, dan panggil Fei Long.” Ujarnya lagi, Mei Xiang mengangguk mengerti dia dengan kaki kecilnya berlari berusaha secepat mungkin agar sampai kerumahnya.
Dari kejauhan, dia bisa melihat Fei Long yang tengah mengasah pisau
“kakak..” Fei Long menolehkah kepalanya dan melihat adik kecilnya seperti kelelahan, terlihat panik dan seperti kesakitan
“ada apa?” tanya Fei Long

THE LAST TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang