lima

17 0 0
                                    

Dua orang prajurit tengah menahan langkah kaki mereka dengan pedang. Zhang Wei yang  menggendong Mei Xiang mendongak menatap prajurit yang menahannya. Kedua prajurit itu langsung bersujud memberi hormat saat tahu bahwa yang mereka tahan adalah pangeran mahkita.

Kedatangan Zhang Wei yang berjalan memasuki istana dengan keadaan sehat wal afiat membuat rumor berdear di istana. Berbondong-bondong seisi istana yang ada dalam kediamana segera berhambur keluar untuk melihat Zhang Wei. Wong Lei yang mendengar desas desus mengenai putranya dengan seribu langkah berjalan cepat keluar untuk menemui Zhag Wei.

Fei Long menengok kekanan dan kiri melihat aktivitas yang dilakukan didalam istana. Dimana ada sebuah tanah lapang yang ternyata adalah tempat untuk berlatih para prajurit. Sebenarnya sudah dari dulu bahwa dia ingin menjadi seorang ksatria. Dengan begitu dia pasti punya ilmu perang dan bisa untuk melindungai ibu dan adik tercintanya. Tapi keinginannya itu ia kubur lama karena ibunya tak mau tinggal di istana atau didaerah wilayah kerajaan. Mungkin karena masa lalu ibunya. sedikitpun Fei Long memang tahu masa lalu yang dia alami oleh ibunya.

Fei Long sempat melirik kearah ibunya yang diam menunduk dengan memilin baju bawahnya. Wajahnya terlihat datar. Entah apa yang dia fikirkan. Lalu dia menengok pada adiknya yang masih tidur di atas punggungnya. Dia menghela nafas panjang. Kadang ia bingung dengan adiknya itu yang tidur disembarang di situasi yang bahkan saat ini banyak suara orang yang berbisik-bisk sekaligus derap langkah kaki.

Zhang Wei segera memeluk ayahnya dengan erat.”kamu pulang nak?” Zhang Wei melepas pelukan ayahnya dan menatapnya. “ kamu baik – baik saja? Kemana saja kamu selama ini?” Zhang Wei tak menjawab, ia berbalik badan, menatap Xiu Xiang, Fei Long dan Mei Xiang yang juga menatap ia.

“aku tinggal bersama mereka ayah. Mereka lah yang menolongku” Wong Lei tersenyum kepada mereka. Mereka lalu memberi hormat kepada kaisar Wong Lei dengan sopan.
“terima kasih. Kebaikan kalian tidak akan kami lupakan.” Tuturnya
“untuk membayar semua yang kalian lakukan, kalian bisa tinggal di istana ini kapan pun yang kalian mau” ujarnya lagi, Mei Xiang tampak antusias gembira mendengar ucapan Kaisar Wong Lei, bukankah itu artinya dia akan tinggal di istana tidak di hutan, dia tidak akan kesepian, dia akan punya teman. Itulah yang ada dalam fikirannya. Sedangkan Fei Long tampak diam tanpa ekspresi.

“terima  kasih yang mulia.” Xiu Xiang memberi salam dan tersenyum.
“anda sangat bermurah hati kepada kami. Rasanya tak pantas bagi kami yang hanyalah rakyat biasa bisa tinggal dalam istana se besar ini. jadi, mohon maaf, kami akan kembali kerumah kami?” senyum yang terpatri diwajah Mei Xiang berangsur menghilang. Tergantikan dengan ekspresi diam kecewa, kenapa ibunya ingin kembali ke hutan?.

“kenapa?” tanya Zhang Wei cepat

Xiu Xiang tersenyum hangat “ selama ini rumah itu sudah kami tempati lama. Kami juga nyaman tinggal disana. Banyak kenangan yang kami lalui dirumah itu. Jadi, kami belum berkeinginan untuk meninggalkan rumah itu” jelas Xiu Xiang seadanya. Zhang Wei tampak melirik kekanan kiri untuk mencari alasan agar mereka tetap tinggal disini. Kalau Xiu Xiang pulang bukankah itu artinya Mei Xiang juga akan ikut pulang. Zhang Wei belum ingin berpisah dengan Mei Xiang. dia segera memutar otaknya agar menemukan cara yang tepat tanpa harus memaksa.

“ee.. tapi kan kalian sudah menolongku. Anggap saja ini untuk membayar kebaikan kalian. Lagi pula, ayahanda pasti akan sangat senang sekali jika kalian tinggal disini untuk sementara waktu. Benar kan ayah?” Zhang Wei menengok ke ayahnya. Wong Lei menatap mata putranya, ia mengernyit saat merasakan tatapan itu seolah-olah memohon. Tujuannya apa, Wong Lei tidak tahu. Ia merasa putranya itu tengah menyembunyikan sesuatu.

“ya, tentu saja. Aku akan sangat senang sekali jika kalian tinggal lebih lama lagi disini. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan rumah kalian. Aku akan memerintahkan prajurit dan dayang untuk menjaga dan merawat rumah kalian” Xiu xiang menggigit bibir bawahnya. Dia tidak mungkin bisa menolak apa yang raja ucapkan. Jika menolak, ia takut menyinggung perasaan raja. Ia yang sekarang telah menjadi posisi sebagai kasta rendahan tentu tahu jika membuat raja marah itu sama saja hukuman mati. Disisi lain, ia tidak senang berada dalam istana, karena dia tahu, bagaimana kehidupan berada dalam kerajaan hidupnya yang pelik tentu tahu jika akan banyak penjilat dan berbebut kekuasaan bahkan tak ayal jika sampai ada yang saling membunuh walaupun mereka bersaudara sekalipun.

THE LAST TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang