Ibu.

25 7 0
                                    

Hari sudah menjelang malam, langit sudah berubah menjadi red orange, jalanan sudah mulai padat karena memang sekarang adalah jam pulang kerja. Begitupun Yuzu, gadis ini sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Busway menjadi transportasi andalannya ketika tak ada kendaraan yang bisa ia tumpangi, begitupun sekarang. Jarak cafe tadi dengan rumah Yuzu lumayan jauh, sehingga untuk menjangkaunya dibutuhkan transportasi.

Dia duduk diantara perempuan lainnya, masker simpanan yang ia beli di alfam*rt pun ia gunakan untuk menutup sebagian wajahnya. Entah karena alasan apa, ia lebih memilih menutupi wajahnya sehingga orang lain tidak memusatkan pandangan mereka pada Yuzu. Entah itu dari pakaian, ataupun fisik. Menjadi pusat perhatian dan dikagumi? Ohh, itu bukan Yuzu.

Tidak ada yang bisa ia lakukan, ia hanya bisa memandangi gedung-gedung tinggi di luar. Tiba-tiba bus pun berhenti, karena memang sedang lampu merah. Setelah beberapa detik bus pun kembali melaju sesuai jalurnya.

Pemberhentian selanjutnya adalah Xxxxxxxxxx. Dimohon untuk para penumpang yang ingin turun agar segera mendekati pintu. Terima kasih.

'Terima kasih kembali, Mba.' batin Yuzu.

Begitulah Yuzu, gadis ini punya kebiasaan yang tak biasa orang lain lakukan. Suara pemberitahuan apapun  yang didengarnya pasti akan ia jawab entah itu dalam hati maupun diucapkan lewat mulutnya. Entah itu suara pemberitahuan di stasiun, bandara, terminal, sekolah, mall, supermarket, dan tempat umum lainnya, tidak ada bedanya baginya.

Ia pun mendekati pintu karena memang tempat pemberhentian selanjutnya adalah tempat ia turun, tak lupa ketika ia berdiri ia memegangi tiang yang berdiri ataupun tempat untuk tangan tergantung diatas kepalanya. Tidak lucu bukan, ketika ia berdiri dan bus masih malaju kemudian ia terjatuh didepan para penumpang. Ohhhhh.. That's so embarassed.

**************

Akhirnya ia sampai di rumahnya, rumah yang tidak besar juga tidak kecil. Rumah yang tidak megah juga tidak bilik. Rumah yang didalamnya hanya ada dua perempuan yang berstatus Ibu dan anak. Rumah yang selalu melindunginya ketika cuaca buruk dan keadaan buruk.

Tanpa pikir panjang Yuzu pun membuka knop pintu, ketika pintu terbuka  Yuzu pun heran karenanya. Ia heran karena lampu rumah menyala, apa mungkin ibunya sudah pulang? Ini bahkan masih jam setengah 7, ibunya biasanya pulang jam 8.

Yuzu akhirnya memutukan untuk langsung masuk, ia lepas dan meletakkan sepatunya di rak kemudian menutup pintu. Ia ambil sapu yang ada di samping pintu kemudian berjalan dengan was-was dengan sapu ada di bahunya. Ia mengedarkan pandangannya menuju seisi ruang tamu, tidak ada yang mencurigakan disini. Ia pun menuju dapur dan disana ada seseorang, seseorang yang Yuzu tebak adalah sang ibu. Setelah diteliti dari belakang tanpa mengeluarkan suara akhirnya Yuzu yakin kalau itu adalah ibunya.

"Bu?" Panggil Yuzu.

Sang ibu yang sedang membuka kulkas pun kemudian menoleh ke arah Yuzu dan menutup kulkasnya. Yuzu pun menghela nafas dan meletakkan kembali sapu di samping rak yang ada disebelahnya.

Wanita 40 tahun yang diketahui bernama Ani ini, memang bekerja sendirian di salah satu perkantoran di kota ini. Dia harus menjadi ibu sekaligus ayah bagi Yuzu, karena sang suami telah meninggalkannya menuju rumah Tuhan.

"Kak, kamu kenapa kok bawa sapu gitu?" Tanya Ani.

"Ibu bukannya nelepon Yuzu ih! Kalo ibu bilang ibu bakal pulang cepet seengganya Yuzu tau kan kalo yang dirumah itu ibu!!" Kata Yuzu dengan nada tinggi.

"Pulang cepet apaan sih? Kan hari ini minggu sayang... Dan ibu ga bakal ke toko atuh.." Kata Ani.

"Hah? Ibu ga ke toko? Yang bener?" Tanya Yuzu tak yakin.

Rain & Yuzu | Not continuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang