Dentuman musik gipsi menggema ke seluruh penjuru taman, seolah menggambarkan antusias masyarakat akan event mencari kekasih halal untuk anak mereka. Para gadis dan segelintir pemuda manis macam dirinya hilir mudik dengan senyum sejuta watt yang tak pernah luntur, mengundang lelaki-lelaki mapan untuk dijadikan suami kelak.
Terkecuali untuk Kyuubi Namikaze, tentunya. Satu-satunya yang terus memasang tampang ala preman yang siap berkelahi kapanpun. Tolong jangan menyalahkannya. Tolong.
Tapi sungguh, kenapa bisa Kyuubi tersasar ke tempat laknat ini?!―yah, Kyuubi hanya ingin mempertanyakan walau jawabannya sudah jelas. Namanya juga manusia yang belum bisa menerima kenyataan yah, mohon dimaklumi.
Kini netra rubynya diarahkan pada kedua orangtua. Tatapan nyalang jatuh pada sang ibu yang dengan riangnya memasang wajah terbahagia yang ia punya―mengabaikan Kyuubi yang tersiksa jiwa raga.
“Tou-chan, apakah harus?”
Sang ayah adalah harapan terakhir. Maka berbekal puppy eyes dan keimutan yang tidak pernah ia tunjukkan, Kyuubi mencoba untuk menyelamatkan diri lewat sang ayah. Namun sayang beribu sayang, gelengan pelan dan tepukan lembut di bahu berhasil memutus asanya dengan kejam.
Sebenarnya, ada sebuah akal bulus (lagi) yang tersimpan rapi. Tapi, walau keinginannya tercapai, otaknya dengan berbaik hati menayangkan resiko yang sangat tidak ingin ia hadapi. Meski usia berkata ia bisa hidup sendiri, sesungguhnya ia yang tidak mandiri―hoho. Setidaknya Kyuubi harus bersyukur karena sempat tertangkap basah pagi tadi, jadi ia tidak perlu hidup susah.
Tapi tapi, jenis solusi mana yang bisa menolongnya kali ini?
Segencar apapun kalimat tidak ada kata menyerah dalam kamus terlontar indah, tapi jika ada tembok besi berlapis baja menghalang jelas ia bisa kehilangan asa.
Kyuubi lemah? Faktanya, hidup tidak seindah dan segampang kalimat para motivator. Pengalaman masa lalu, dukungan orang terdekat dan tekad kuatlah yang bisa membuat orang berada pada garis kesuksesan. Kyuubi tahu dari mana? Ada lah pokoknya.
Maka dengan harapan yang nyaris hancur, Kyuubi merapalkan satu sumpah dalam benak―ia akan meninju wajah siapapun yang berani meminangnya. Bar-bar dan kebengisan adalah nama tengah Kyuubi. Jadi jika ingin menjadi pasangannya, tentulah orang itu harus kuat secara fisik dan batin, juga harus bermental baja tentunya.
“Tolong, tolong, tolong! Kami-sama, aku tahu aku berlumur dosa tapi―kumohon tolong aku! Semoga tidak ada yang berani menikahiku!”
Uh oh. Kita lihat saja nanti.
..
.
Pernah kah kau mendengar kalimat, Uchiha selalu mendapatkan apa yang ia inginkan meski melawan orangtuanya sendiri?Tidak dan tidak percaya? Maka Itachi akan buktikan jika itu bukan bualan semata. Bukan bermaksud menjadi Malin Kundang Next Generation, tapi ia sangat lelah dengan keadaannya saat ini. Sedari pukul delapan pagi sudah mengelilingi taman ini, dan tidak ada satu pun gadis bahkan pria manis yang menarik perhatian Itachi. Dan sang ibu juga mengalami hal yang sama. Hanya saja, mereka berada di jalur yang berbeda.
“Kita hanya belum menemukan orang yang tepat. Tapi ibu yakin, Tachi-kun. Menantu idaman dan istri idealmu ada diantara mereka!”
Mikoto Uchiha tetap berpijak pada keinginannya, sedangkan Itachi Uchiha serasa mau mati saja dan luar biasa meragukannya. Belum lagi waktu yang tersisa baginya untuk menemui paman Minato di museum sana tinggal tigapuluh menit saja. oh, oh, si sulung Uchiha ini jadi sedikit panik.
Ia sama sekali tidak mau melanggar janji bertemunya dengan sang pemandu tur favoritnya itu―yang tidak tahu mengapa, Itachi hanya begitu peduli dengan pandangan Minato padanya. Pokoknya, ia mau dilihat sebagai orang yang perfect dan bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bridal Market [ItaKyuu-OnGoing]
FanfictionUchiha Itachi hanya sama sekali tidak menyangka-jika antuasiasme akan ajakan sang ibu berkunjung ke salah satu tempat paling bersejarah mengenai romawi kuno ternyata perangkap yang sengaja dipasang untuk menjebak dirinya, oleh sang ibu sendiri. "Ada...