Keping 1: An Angel Who Lives in Unit 709

213 32 13
                                    

Pagi ini aku sial sekali. Maksudku— bagaimana bisa aku ketiduran di bus selama 45 menit dan berakhir dengan melewatkan satu kelas?

Memang, sih, semalam aku terjaga sampai pukul 3 dini hari karena sibuk menyusun skripsiku. Tapi 'kan, tidak pernah sampai telat. Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur.

Aku melirik jam tangan digital yang melingkar indah di pergelangan tanganku.

10.29

Masih ada 46 menit lagi sebelum kelas berikutnya dimulai. Aku memutuskan untuk mengisi waktu luang yang tersisa dengan melanjutkan skripsiku di kantin fakultas.

Bab I
An angel who lives in unit 709

Pada akhirnya aku tidak jadi mengerjakan sama sekali. Bukannya sengaja menunda pekerjaan atau bagaimana— sungguh tidak begitu, tolong jangan hujat aku.

Hanya saja ... aku merasa gelisah.

Jaehyun belum pulang ke apartemenku sejak seminggu yang lalu. Tidak, jangankan pulang, membalas satu pun pesanku saja tidak. Katakanlah aku seperti bocah SMA, tapi aku benar-benar khawatir. Suamiku menghilang tanpa jejak seolah ditelan bumi begitu saja.

Aku sangat paham Jaehyun sibuk, diriku pun begitu. Kami sedang sama-sama berjuang dengan skripsi yang rasanya tidak kunjung usai. Mungkin lelakiku butuh suasana yang berbeda supaya bisa fokus dengan skripsinya. Mungkin saja, kan? Tapi ... ke mana?

Aku sudah ke rumah orang tuanya namun nihil, mertuaku bilang kalau laki-laki itu belum mengunjungi mereka sama sekali sejak terakhir kali kami ke sana bersama dan bahkan mengira kalau Jaehyun bersamaku. Dengan berat hati aku berbohong dan mengatakan kalau aku lupa Jaehyun sudah meminta izin untuk acara kampus kami yang mengharuskannya menginap lama di luar kota.

Jaehyunku ... kamu ke mana sebenarnya?

Kepalaku mendadak pening setiap kali aku memikirkannya. Aku membenamkan wajahku di meja kantin, tidak peduli kalau mungkin ada beberapa mahasiswa yang menatapku aneh karena tertidur di kantin.

Ting!

Dengan semangat aku meraih ponselku, berharap itu notifikasi dari Jaehyun.

Aku mendesah kecewa. Ternyata dari Mark Lee, salah satu teman dekatku di jurusan.

Mark
| Oii bestie where you at

Renata Jung
Kantin biasa |

Mark
| Gue kesana ya
| Wait 4 me

Renata Jung
Y |
Cpt |

Mark
| Iya iya
| Why are you so buru-buru sih?
| Gak sabar ya mau ketemu Mark Lee~

Renata Jung
Berisik |
Cpt gak lo |

Mark
| On my way madam ;)

Cowok berisik gila.

Aku mematikan ponsel dan kembali membenamkan wajahku sembari menunggu kedatangan Mark Lee si cowok sarap.

"Heh tukang bolos."

Mendengar suara nyaring yang sudah kuhap di luar kepala membuatku dengan malas mendongak dan langsung mendapati Mark yang sedang menyodorkan ice cream cone tepat di depan wajahku.

"Rasa matcha, your favorite," katanya sembari mendaratkan bokongnya di kursi yang posisinya berhadapan denganku.

"Thanks? Kok tumben? Gue nggak minta, loh, padahal," kekehku setelah menerima es krim yang Mark berikan.

SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang