Keping 4: She's Fine, He Said

85 20 11
                                    

Aku ngantuk berat. Salahkan Jaehyun yang tiba-tiba mengajakku menonton film setelah makan malam bersama kami hingga tidak tahu hari sudah pagi saking asyiknya. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap pergi ke kampus meskipun belum sempat tidur.

"Oi! Renata!"

Aku menoleh mendengar seruan Mark yang nyaring luar biasa. Kulihat cowok itu tengah melambaikan tangannya sambil berjalan menghampiriku dengan wajah tengilnya yang tampak bersinar cerah sekali. Aku jadi curiga dia diam-diam lebih rajin memakai skincare daripada aku. Mark duduk di depanku kemudian memutarbalikkan tubuhnya.

"Anjir! Lo nggak tidur berapa hari, Ren? Gede banget kantong matanya!" Tuh kan. Belum juga 5 menit bertatap muka tapi aku sudah dihina. Kalau Mark bukan temanku dapat kupastikan dia sudah jadi perkedel dari kapan tahu karena sikap menyebalkannya.

"Berisik lo, ah! Kelasnya berapa menit lagi sih? Ngantuk banget asli," ucapku jujur.

Mark melirik jam tangannya. "Bentar lagi, sih. Paling Pak Keropos lagi jalan ke sini."

"Heh! Panggil yang bener. Didenger Pak Sutomo bisa nggak lulus matkulnya lo nanti. Mau jadi mahasiswa abadi?" Aku mengomeli Mark yang tengah mengunyah mi lidi dengan santainya, tidak mendengarkanku. "Lo denger nggak, sih, gue ngomong apa?"

"Denger, elah. Cantik-cantik kok galak banget sih mama muda yang satu ini?

Aku kontan membulatkan mata mendengar ucapan Mark. Mama muda, dia bilang? Sialan. Aku akan memberinya hadiah.

"AW! Ren! Kok dicubit, sih?!" protes Mark sembari mengelus lengannya yang baru saja kucubit kecil.

Aku menatapnya nyalang, melontarkan protesanku, "Makanya jangan sembarangan! Siapa juga yang mama muda, hah?! Gue belum punya anak, tau! Bikinnya aja nggak pernah ..." cicitku di akhir kalimat, berharap Mark tidak mendengarnya karena aku malu. Tapi naas, cowok itu malah melebarkan matanya dan tersedak mi lidi pedasnya.

Wajah Mark merah padam, panik mencari air minum di ranselnya. "Makan tuh pelan-pelan makanya. Syukurin kan sekarang kesedak sendiri." Aku mengomel tapi tanganku menyodorkan botol air minumku untuknya.

Mark meminumnya dengan terburu-buru. Aku dibuat tertawa terpingkal-pingkal karena tingkah konyolnya. Lumayan, hiburan pagi.

"Udah jelek, ceroboh banget lagi. Pantesan nggak punya-punya pacar."

Itu barusan bukan aku, tapi Saerom. Cewek cantik itu mengambil bangku kosong di sebelahku sembari menertawakan wajah Mark yang menyerupai tomat. Dalam hati, aku membenarkan ucapan Saerom.

"Sialan, Sae! Gue nggak punya pacar bukan karena nggak laku, ya! Tapi—"

"Selamat pagi," ucapan Mark terhenti kala mendengar suara Pak Sutomo. Cowok itu spontan mengembalikan botol minumku dan segera duduk manis menghadap depan. Aku dan Saerom hanya bisa menahan tawa.

"Siapkan kertas dan alat tulis kalian."

Bab IV
She's Fine, He Said

Usai kepergian Pak Sutomo setelah membubarkan kelas, aku baru berani menguap dan membenamkan wajahku di atas meja.

Persetan dengan kelas berikutnya yang wajib kuhadiri. Aku ngantuk berat.

SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang