Hari ini sudah hari ketigaku di rumah sakit dan aku teramat muak. Aku ingin pulang. Tetapi Dokter Yunho enggan mengizinkanku pulang karena beliau bersikukuh aku masih membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Berulang kali aku berusaha mengelabui dokter tampan tersebut dengan mengatakan bahwa aku sudah baik-baik saja, namun ia memang jauh lebih cerdik dariku.
"Sumpah, Ren! Kemarin Eunha nembak Jungkook lagi di kantin. Gila, sih! Dia ada masalah hidup apa, coba, sampe nembak Jungkook dua kali? Kayak enggak ada cowok lain aja. Hih! Untung lo jadi jomblo enggak sampe segitunya juga ya, Mark?" celoteh Saerom sembari mengunyah keripik singkong yang dibelinya sebelum menjengukku.
Mark yang sedang fokus bermain video game tidak menghiraukan curahan Saerom yang mengikutsertakan namanya.
"Serius, Sae? Terus Jungkook gimana?" tanyaku menanggapi cerita Saerom.
"Ya nolak, lah! Jungkook langsung cabut gitu ninggalin si Eunha nangis di kantin. Cewek gila! Lagian kalau mereka beneran pacaran, gue yakin orang-orang pada bingung."
Aku mengerutkan keningku. "Bingung kenapa?"
"Bingung siapa yang lebih sial."
Saerom tertawa terbahak-bahak setelahnya. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku sembari melirik Mark Lee yang mendecak kesal dan menatap Saerom tajam.
"Berisik banget sih, Sae! Gue jadi kalah, kan!"
"Dih? Sinting lo ya? Gue ada nyentuh lo aja enggak, sekarang kalah malah nyalahin gue," balas Saerom tidak terima disalahkan.
"Ketawa lo berisik kayak kuntilanak! Gue kira kuntilanak beneran makanya jadi enggak fokus. Dasar cewek bar-bar!" ejek Mark.
Saerom menatap Mark sengit. "Masih mending gue bar-bar tapi laku! Daripada lo? Jomblo ngenes. Cewek mana pun yang mau suka sama lo juga bakal mikir dua kali."
"Jangan sok tau, deh, Sae. Yang suka gue tuh banyak, ya! Gue nya aja yang enggak tertarik. Mereka terlalu agresif," cibir Mark.
"Pede gila lo!" Saerom mengambil pisang dan melemparnya tepat mengenai kepala Mark.
Mark mengaduh; mengusap kepalanya. "Bar-bar banget, sih?! Kalau gue jadi ikutan bego kayak lo gimana? Mau tanggung jawab cari pendonor otak yang pinter kayak gue?"
Saerom mendelik, melontarkan cibirannya, "Lebay!"
Aku hanya menonton perdebatan keduanya yang sudah seperti makanan pokokku sehari-hari. Meskipun perdebatannya tidak penting dan sering kali membuatku sakit kepala, setidaknya aku tetap terhibur.
"Jaehyun enggak ke sini, Ren?" tanya Mark tiba-tiba sembari mengunyah semangkanya.
Aku menatap ponselku nanar, tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Mark. "Enggak tau. Belum ada kabar, sih. Paling pulang malem lagi nanti. Kalian kalau mau pulang duluan juga nggak apa-apa."
Mark hanya manggut-manggut mendengar jawabanku.
"Kayaknya suami lo belakangan ini lagi sibuk banget ya, Ren?" Kali ini Saerom yang melontarkan pertanyaannya.
"Iya gitu, deh," balasku sekenanya. Aku tidak perlu menjabarkan kesibukan Jaehyun, kan?
Beruntung Saerom ataupun Mark bukan tipe orang yang sangat ingin tahu. Kami masih mengetahui batas privasi masing-masing.
Bab V
Met BonaAku menggigit sepotong apel dengan pandangan fokus menonton tayangan ulang film Stitch di televisi. Salah satu fakta anehku: Dulu aku penggemar berat karakter Stitch. Sebelum menikah dan pindah ke apartemen, kamarku yang dulu dipenuhi karakter biru tersebut. Mulai dari dinding kamar, boneka-boneka, setelan seprai kasur beserta bantal dan guling, dan benda lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGGAH
FanfictionSetahun yang lalu, Renata memutuskan untuk menerima lamaran Jung Jaehyun- sahabatnya sejak SMA dan juga kekasih 3 tahunnya yang cukup sukses. Hubungan mereka hampir tidak pernah diterpa konflik besar. Selain karena Jaehyun yang memberinya hidup berk...