First Meet

49 7 1
                                    


***

Aku Hira, cowo ganteng nan lucu
yah itu agak memaksa, tapi aku selalu percaya diri denganku. Dan aku ingin bercerita tentang kisah yang rumit dan sangat sedih.

Semuanya dimulai ketika aku tengah dipusingkan oleh tugas proposal yang diberikan oleh sekolah. Maklum aku saat itu sedang dipercayakan sebagai ketua panitia suatu event. Kami pun sering bolak balik ruang Waka untuk merevisi proposal tersebut.

Suatu hari setelah dari ruang Waka. Sekretaris ku yang bernama Ami, sedang berbincang dengan teman sekelasnya . Aku pun segera menghampiri Ami. Namun ketika aku sampai disana, pandanganku sontak tertuju pada temannya. Hatiku bergetar, kakiku gemetar, dan tanganku mendadak dingin.

Dalam hati aku berkata, "Apa yang kulihat ini? apakah dia seorang bidadari?"

Dia sangat cantik, bagai bunga mawar yang tengah mekar. Senyumannya bagai bulan sabit yang menyinari malam yang gelap. Kilauan rambutnya bagai rambut Raisa

Pertemuan yang sangatlah singkat. Namun cukup untuk membuatku jatuh hati padanya. Setelah aku pikir pikir matang. Dan sudah berunding pada hatiku. Maka aku sudah mantap untuk mendekati perempuan itu. Perempuan yang sudah mencuri hatiku.

Butuh kerja keras untuk mencari tahu namanya. Karena aku tidak mau bertanya dengan Ami. Jadi aku cari tahu dari orang sekelasnya. Dan Aku pun akhirnya tau namanya. Perempuan cantik nan anggun bernama Vanesa.

Dengan kemampuan intelejen yang aku miliki, aku pun dengan cepat mencari kontak WhatsAppnya. Alhasil aku mendapatkannya, namun dengan sedikit pengorbanan karena harus mentraktir temanku.

Malamnya dengan penuh perdebatan antara aku dengan diriku, akhirnya kuketik kata kata ajaib yang memulai banyak percakapan seterusnya.

Hira       : Haii?
Vanesa  : iyaa?

Hira       : boleh disave? ini Hira anak Ipa 1
Vanesa  : Boleh kok

itulah chat dariku yang amat modus dan sudah pasaran. Malam penuh perdebatan hanya untuk menulis "boleh disave?"

Sejak saat itu pikiranku hanya dipenuhi oleh Vanesa. Mungkin kalian berpikir itu hanyalah suatu kebohongan. Namun aku sendiri pun merasakannya.

Rasa rasanya itulah saat dimana aku menjadi budak cinta yang sebenarnya. Bahkan sebelumnya aku tidak pernah merasakan cinta. Mungkin ini karma karena aku sering mempermainkan perempuan. Dulu aku sering mendekati perempuan namun hanya sebatas memberi harapan.

Namun sekarang apa? aku telah diperbudak oleh cinta. Mungkin lucu saja, pada awal pertama bertemu kurasakan cinta yang tulus padanya.

Menahan rasa ini SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang