After Meet : 3

19 4 1
                                    


***

Saat disekolah aku memang murid yang sering dicap sebagai murid tidak modal. Yah itulah aku bolpoin saja tidak punya apalagi benda seperti pensil, penggaris.

Aku sempat menceritakan ini kepada Vanesa. Dia memarahi ku habis habisan. Karena aku bilang aku suka meminjam bolpoin temanku tanpa sepengetahuan sang pemilik. Padahal aku juga sudah meminjam secara resmi. Namun saja aku meminjamnya secara diam diam.

Sore nya aku tidak tahu kabar Vanesa. Dia tidak memberi tahu dia dimana. Malamnya dia baru memberi kabar. Terkejutnya aku ketika dia membelikan setengah lusin bolpoin hanya untukku. Segala perhatian dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku. Aku sangat bersyukur dan juga senang saat kutahu dia juga punya perasaan kepadaku.

Setelah lumayan lama kita deket, yah sekitar 2 mingguan kita mulai telfonan. Menghabiskan waktu bagian gabut kita bersama. Saling bertukar kata demi kata. Dari situlah aku baru tahu ternyata Vanesa orangnya sangat
puitis. Dia sering menggunakan kata kata indah saat berbicara.

Sampai sampai aku dan dia bahkan ingin membuat akun untuk memposting semua kata kata indah yang sudah pernah Vanesa ucapkan.
Sungguh ide yang sangat gila kan?. Mana mungkin ada yang ingin membaca kata kata dari Ratu Bucin itu.

Kejadian kejadian yang sangat agak absurd pernah kita ceritakan bersama. Dari Vanesa yang pernah lagi bermimpi sedang berperang , namun tiba tiba terbangun karena notifikasi dari chatku. Dan akupun disalahkan karena dimimpinya sendiri dia kalah dalam perang itu.

Terus dari aku yang mengajak dia setiap mau tidur melakukan ritual yang harus dilakukan urut. yaitu urutanya adalah tiduran dulu, berdoa, guling kanan kiri 3x sambil bilang "Aku mo tidur", Lurusin kaki, tangan sama akhlak, dan yang terakhir saling bilang "Selamat malemmm, mimpi indah yaa"

Mungkin momen momen itu akan terukir indah di kenanganku. Tapi sekarang sampailah aku disaat dia mulai bertanya pertanyaan ini.

"Kamu kenapa ga pilih yang lain? kan ada yang lebih baik dari aku?"

Pertamanya kujawab dengan santai saja, karena cinta gabutuh alasan. Tapi kurasa pernyataan dariku itu tidaklah cukup. Pertanyaan itu seringkali dia ucap ketika aku memuji kecantikannya. Semuanya sudah aku utarakan tapi dia tetap menyuruhku memilih yang lain.

Setiap hari dia mulai mengutarakan kata kata yang membuat aku semakin bertanya tanya. Aku sudah mulai nyaman dengannya. Namun ujian dalam pedekate ini mulai menghadang didepan.

Awalnya kurasa ujian ini tidak akan berlangsung lama. Ternyata hal hal kecil itu hanyalah sebuah pembuka dari masalah masalah yang lain. Aku mencoba menghindari semua itu. Aku bahkan seperti acuh tak acuh dengan masalah itu. Namun semakin lama aku menjauh masalah itu seperti semakin mendekat.

Menahan rasa ini SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang