TIGA

331 17 5
                                    

Bukan kesabaran jika masih mempunyai batasnya dan bukan kesalahan jika masih merasakan sakit.

_NurulAnnisa_

•••

Ketika kita dipandang rendah, di hujat, di cibir, dan di tindas. Di situlah kesabaran kita di uji, tetapi kesabaran pun ada batasnya, batas di mana kita sudah lelah menghadapi semuanya.

Semua orang bisa berkata semau mereka, tetapi tidak memikirkan apakah perkataan nya menyakitkan?.

Melakukan suatu hal yang menurut orang lain salah adalah tindakan yang tidak mudah.

Tetapi apakah kita sebagai manusia yang penuh dengan dosa harus menindas, menghina dan mencibir mereka dengan cara yang tidak manusiawi?.

Mereka juga manusia biasa seperti kita semua, tidak lepas dari segala kesalahan.
Kesalahan yang memiliki alasan, di mana alasan itu belum saatnya mereka ungkapkan.

Seperti hal nya dengan Shasa, jika kalian menganggap dia seorang jalang karna penampilan yang cukup di bilang kurang baik.

Lantas bagaimana dengan kalian?.
Apakah kalian sudah merasa baik?, penampilan bagaimana yang baik menurut kalian?. Bahkan yang berhijab pun bisa jadi lonte'.

Introspeksi diri terlebih dahulu sebelum menghujat.

"Arghhhh!"

Entah sudah berapa kali gadis itu berteriak, berusaha menghilangkan gejolak aneh yang berada dalam hatinya.
Menjambak rambutnya sendiri dan mengeluarkan unek-unek nya yang selama ini dia pendam.

"Apa gue semurah itu Fer?." Lirih Shasa bertanya pada dirinya sendiri. Seakan-akan Ferro akan menjawab pertanyaan nya.

Tanpa gadis itu sadari, sebuah cairan bening lolos dari kolopak mata abu-abu nya. "Lo gak boleh nangis bodoh!." Ucapnya sambil menyeka air mata sialan itu dengan kasar.

Tapi bagaimana pun dia berusaha untuk tidak menangis, air mata itu seakan-akan ingin keluar dari persembunyian nya. Seakan air mata itu tahu apa yang di rasakan oleh gadis ini.

Perkataan Ferro tadi pagi di koridor dan di kantin, membuat dirinya terasa seperti di tikam oleh puluhan jarum juga pisau dan puluhan benda tajam lainnya. Sangat sakit.

Gadis itu hanya menatap kosong ke arah depan. Membiarkan air mata sialan itu bermain-main untuk sementara di pipinya.

Toh, biarpun dia berteriak dan menangis sejadi-jadinya, tidak akan ada orang yang mendengar dan melihat dirinya terlihat lemah. Ya, gadis itu sekarang berada di rooftop sekolah, tempat di mana dia bisa berkeluh kesah dan menenangkan dirinya saat pikirannya berkecamuk. Seperti saat ini.

Pintu rooftop itu terbuka menampakkan seorang laki-laki berperawakan tinggi, sedang berjalan menghampiri Shasa yang menangis dalam diam.

Gadis itu sama sekali tak berbalik. Walaupun dia mendengar suara langkah kaki sedang menghampiri dirinya.
Mungkin pikiran nya saat ini hanya tertuju pada satu titik, sehingga membuat dirinya malas untuk berbalik dan mengetahui siapa gerangan laki-laki yang menghampiri nya saat ini.

"Jangan nangis."

Suara bariton penuh dengan kelembutan itu menyadarkan Shasa dari lamunan nya. Buru-buru gadis itu menyeka air mata nya dan berbalik badan menatap laki-laki yang sedang tersenyum manis kepadanya. Shasa hanya dapat menghela nafas pelan menatap laki-laki itu.

Badgirl Vs KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang