Kabur

35.5K 1.5K 4
                                    

Rachel masih termangu di ranjang. Kilasan rasa sakit di antara pahanya menyadarkannya. Dia menatap noda darah pada sprei putih itu yang tampak mencolok. Sungguh ironis, keperawanannya terenggut oleh bajingan berhati iblis yang ingin dibunuhnya.

Tubuh Rachel bergetar, hatinya dipenuhi oleh rasa campur aduk yang menyesakkan ketika dia mencoba berdiri. Noda merah itu sangat mengganggu Rachel. Hingga dengan kasar Rachel menarik sprei itu dan membantingnya ke lantai. Nafas Rachel terengah-engah dan entah mengapa kemudian tubuhnya ambruk ke lantai, menangis penuh emosi.

Ingatannya melayang kepada ayah dan ibunya, kepada dendamnya yang belum terbalaskan dan kepada nasibnya yang membuatnya terperangkap disini, dalam cengkeraman musuh terbesarnya.

Kini dia terpuruk disini, dalam cengkeraman Chanyeol. Dan yang sangat menyakitkannya adalah dia sungguh sangat tidak berdaya menghadapi lelaki itu. Rachel mengusap air matanya tiba-tiba.

"Tidak, aku sudah cukup menangis! Aku harus melawan dengan segala cara!"

Dengan pelan Rachel melangkah ke kamar mandi. Dia harus mandi dan menghapus semua jejak dan noda yang ditinggalkan Chanyeol di tubuhnya. Chanyeol boleh saja menodainya, tetapi bukan berarti lelaki itu memilikinya. Rachel adalah wanita bebas, wanita bebas yang bertekad menghancurkan Chanyeol.

"Tunggu saja, aku hanya belum memiliki kesempatan."

---

Rachel hanya duduk di kursi putih sepanjang waktu. Dia putus asa sebab setelah sekian lama berkeliling ruangan, memeriksa disetiap sudut kamar mandi dan jendela, tetap benar-benar tidak ada celah yang bisa digunakan sebagai jalannya untuk melarikan diri. Putus asa, Rachel duduk sambil memeluk lututnya. Kalau terus begini, bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini? Sedangkan keluar dari rumah ini saja dia tidak mampu. Mata Rachel melirik ke pintu kamar. Pintu yang terkunci itu adalah satu-satunya jalan keluar.

Tetapi yang bisa keluar masuk dari pintu itu hanya Chanyeol, dan juga seorang lelaki bertampang dingin bernama Daniel, yang selalu ada disebelah Chanyeol setiap ada kesempatan. Lelaki bertampang dingin itu sepertinya ditugaskan untuk mengantar makanannya.

Pikiran Rachel berputar. Memang rasanya tidak mungkin, jika tidak dicoba dia tidak akan tahu. Seperti sudah diatur, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka. Dan Rachel langsung terduduk tegak waspada menanti siapapun yang akan masuk.

Daniel muncul disana membawa nampan makanan. Wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasanya. Dan Rachel langsung sengaja memasang wajah kesakitan.

"Aku minta tolong.."rintihnya sesakit mungkin.

Daniel mengernyit dan mendekat, "ada apa Nona?"

"Aku..aku mau muntah..tolong aku.." Rachel meremas perutnya, berusaha semeyakinkan mungkin.

Dan sepertinya Daniel tidak curiga, lelaki itu mendekat dan menatap Rachel. "Kau mau dibantu ke kamar mandi?"

Rachel mengangguk lemah.

Dengan tangan kuatnya, Daniel membantu Rachel berdiri dan memapah tubuh Rachel yang lunglai ke kamar mandi. Ketika Daniel membuka pintu kamar mandi, Rachel berakting seolah-olah muntahnya akan keluar, hingga Daniel bergegas membawanya ke kamar mandi.

Di wastafel Rachel menundukkan kepalanya seolah-olah akan muntah hebat, "handuk..tolong.." gumam Rachel lemah, sambil matanya melirik ke arah lemari handuk yang berada di ujung ruangan kamar mandi.

Masih tanpa curiga, Daniel melangkah ke arah lemari handuk. Saat itulah dengan secepat kilat Rachel melompat dan berlari ke arah pintu keluar kamar mandi.

Daniel menyadari kalau dia ditipu ketika melihat sekelebatan langkah cepat Rachel, dia berusaha mengejar tapi terlambat. Rachel yang berlari gesit sudah keluar dari kamar mandi dan membanting pintunya dari luar, lalu menguncinya rapat-rapat.

Dengan nafas terengah karena pacuan adrenalin Rachel menyandarkan tubuhnya di pintu kamar mandi, lalu memejamkan mata, tak peduli akan gedoran-gedoran marah Daniel dari dalam. "Kau tidak akan bisa melarikan diri." Ancam Daniel berteriak dari dalam, "Tuan Chanyeol pasti akan menemukan Anda, dan aku bersumpah kalau Anda akan sampai membuat Tuan Chanyeol marah, Anda akan menyesalinya."

Teriakan-teriakan Daniel semakin keras dibarengi dengan gedoran-gedorannya dipintu. Kata-kata Daniel sempat membuat hati Rachel kecut, tapi dia menggelengkan kepalanya. Chanyeol memang lelaki kejam, tetapi Rachel tidak boleh takut. Dia harus berani menantang Chanyeol, menunjukkan pada lelaki itu kalau dia bukanlah perempuan yang bisa ditundukkan dengan begitu mudahnya.

Dengan langkah hati-hati, Rachel membuka pintu putih yang tak
terkunci itu, matanya mengintip sedikit keluar, khawatir kalau-kalau ada penjaga yang menjaga di pintu.

Tetapi rupanya Chanyeol beranggapan Rachel terlalu lemah sehingga tidak perlu menempatkan penjaga di pintu, Lorong itu kosong. Dengan hati-
hati Rachel melangkah keluar. Suara gedoran-gedoran pintu kamar mandi dan teriakan Daniel masih terdengar ketika Rachel keluar, tetapi ketika Rachel menutup pintu putih besar itu, suara itu lenyap dan menjadi senyap. Rupanya ruangan putih tempatnya dikurung itu kedap suara.

Rachel melangkah lagi melewati lorong itu. Tidak ada pintu lain di lorong itu, arahnya langsung ke arah tangga spiral yang besar menuju ke pintu depan. Dengan hati-hati, Rachel mengintip dari ujung tangga ke arah bawah. Kosong. Kemanakah para penjaga yang dia lihat kemarin? Pelan dan waspada, Rachel melangkah menuruni tangga.

Dia sudah berhasil menyeberangi ruangan dan memegang handle
pintu besar itu, ketika suara dingin yang mulai dikenalnya terdengar tepat di belakangnya.

"Kau pikir kau akan kemana?"

#to be continue#

[END] My Life Destroyer Man #1; NC21+ [Park Chanyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang