Last Summer

533 60 9
                                    

Busan, musim panas 2014

Liburan bersama memang sudah menjadi sebuah hal yang wajib bagi sebuah keluarga dan itu termasuk keluarga Jimin yang memilih Busan sebagai destinasi liburan. Secara kebetulan juga, ketiga sahabatnya juga tidak sedang sibuk dan bisa liburan bersama-sama mengunjungi salah satu pantai di Busan. 

Memiiliki jadwal liburan yang sama adalah hal yang langka bagi mereka seiring dengan berjalannya waktu mereka sudah memiliki keluarga masing-masing. Di siang yang panas ini, Jimin, Mingyu, hoseok dan namjoon yang mengajak serta keluarga kecilnya sudah berada di pantai untuk melihat pemandangan yang jarang mereka temui di tengah kesibukan mereka. 

"Aku baru tahu kalau polisi dan dokter bisa ambil liburan." Jimin bertanya sembari menyamankan kepalanya di paha Hyeri. 

"Jihoon merindukan Nari dan Jungil dan aku tidak bisa menolaknya, istriku juga rindu suasana bergosip, aku hanya bisa mengalah bukan?" Mingyu menjawab sembari merangkul bahu istrinya yang tidak melepaskan pandangan dari putra kecil mereka yang diberi nama Kim Jihoon.

"Sebenarnya, aku agak malu mengatakan alasanku mengambil cuti, tapi istri kesayanganku ini tiba-tiba merengek meminta liburan dan dengan kejam membatalkan semua rencana Rian yang ingin traveling." Namjoon menjawab sembari menatap Rian yang terlihat bahagia meskipun saat berangkat wajah putranya itu sangat masam. 

"Kalau dipikir-pikir, kita semua memiliki anak yang jenis kelaminnya sama, hanya nari yang menjadi paling cantik diantara anak-anak kita." Hoseok membuka suara, tangannya asyik membelai rambut hitam istrinya yang menyandarkan kepala ke dadanya. 

"Itulah kenapa semuanya memanggilnya tuan putri, dan mungkin tidak akan mustahil kalau nari bisa menikah dengan Jihoon atau Rian." Jimin terkekeh setelah mengatakan itu, dia membayangkan nari duduk di sebuah singgasana dan memilih pengeran.

"Apakah putraku tidak memiliki kesempatan?" hoseok memasang wajah sedihnya, membuat Jimin berdecih pelan.

"Nari dan Jungil masih memiliki hubungan darah, jangan suka bermimpi, hyung." Jimin mencibir, sedangkan hoseok hanya terkekeh. 

Keceriaan dan kehangatan itu mendadak menjadi kepanikan saat Taehyung berlari dengan tergopoh, dengan Jungkook yang terkulai lemas di punggungnya. Mingyu yang pertama kali bangkit, mengarahkan agar Jungkook dibaringkan ke tempat yang teduh dan meminta semua orang agar tidak mengkerumuni Jungkook. 

"Apa yang terjadi?"

"Awalnya Jungkook mengeluh panas,kemudian tiba-tiba jatuh lemas begitu saja, tubuhnya panas sekali, dia pasti demam lagi." Taehyung menjawab dengan nada bergetar, rasa takut itu belum surut. Mingyu sendiri meraba tubuh Jungkook kemudian mengerenyit, sedangkan istrinya menatapnya. 

"Mingyu-ya, suhu tubuhnya sangat tinggi."

"Tapi dia tidak berkeringat, apakah ...." Mingyu menatap istrinya kemudian menelan salivanya. 

"Heat stroke." Mingyu bergumam kompak dengan istrinya dan itu membuat Jimin menjadi tidak karuan. 

"Apa yang terjadi dengan Jungkook?"

"Panggil ambulance! Hyeri eonni, bisakah mengambil sesuatu yang basah? Kita harus menurunkan suhu tubuh Jungkook dan memastikan metabolismenya kembali normal." Nara –istri Mingyu- menginteruksi dan interuksi itu dijalankan oleh hampir semua orang. Nara sendiri membantu Mingyu membasahi tubuh Jungkook dengan persediaan air minum mereka. 

"Jungkook-ah, kau mendengar suara samchon? Bisa buka matamu?" Mingyu bertanya sembari meraba pergelangan tangan Jungkook untuk memastikan normal atau tidaknya. Jungkook mengangguk pelan dan itu membuat Mingyu menghela napas lega, berusaha keras menormalkan suhu tubuh Jungkook dengan bantuan Nara. 

The Truth Untold [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang