Scar

384 57 7
                                    

Seoul, Musim gugur 2017

Nari menghembuskan napas bosan di depan gerbang sekolahnya, dia bosan menunggu Jimin menjemputnya dengan sepedanya. 

Nari menerawang ke langit-langit yang masih cerah, tangannya menengadah daun maple yang baru saja gugur dari pohonnya. 

Dulu Jimin selalu mengantarnya dengan mobil kemana pun Nari pergi , hingga tragedi itu membuat Jimin enggan bahkan hanya untuk menjadi penumpangnya. Nari tersenyum saat daun maple sudah berada di tangannya, tangan kecilnya meraba tepian daun dengan lembut kemudian menyimpannya di tas. 

Gadis yang tubuhnya mungil itu menghela napas panjang, kemudian melirik ke arah jalanan yang kosong, lagi-lagi membuat Nari menghela napas panjang. 

"Menghela napas itu mengurangi kebahagiaan, kenapa adik manisku ingin melepas kebahagiaan, eoh?" 

Nari menoleh kemudian tersenyum saat melihat Jungkook sudah berdiri di depannya, senyuman Nari mengembang dan langsung memeluk Jungkook erat. 

"Jungkook oppa!" Jungkook tersenyum kemudian menggenggam tangan mungil Nari. "Ayo pulang!"

"Kupikir appa yang menjemput."

"Appa ikut kok, tapi untuk orang yang sudah tiga tahun tidak mengendarai mobil, appa butuh penyesuaian bukan?" Jungkook mengerlingkan sebelah matanya membuat Nari terkikik. 

Nari ingat betul kalau Jimin takut naik mobil sejak tragedi tiga tahun yang lalu, ingatan itu membuat Nari menjadi sedih dan mengeratkan genggaman tangannya dengan Jungkook. 

Nari langsung mengambil posisi di pangkuan Jimin yang tengah memejamkan mata sembari berkomat-kamit membuat Nari menjadi sedih, dengan lembut tangannya menyeka keringat di dahi Jimin yang berkeringat.

"Kenapa oppa memaksa appa naik mobil?" tanya Nari saat melihat bagaimana payahnya Jimin saat ini. 

"Luka tidak akan sembuh jika tidak diobati, meskipun meninggalkan bekas, namun rasa sakitnya akan hilang. Dan yang harus dilakukan dengan luka itu setelah mengering dan sembuh adalah melupakan ingatan tentang bagaimana luka itu tercipta, karena rasa sakit itu datang dari ingatan saat kita terluka." Jungkook mengulaskan senyumannya, membuat Jimin perlahan membuka matanya. 

"Appa tahu kenapa semuanya masih terasa sakit? Karena pikiran appa masih terus mengingatnya biarkan ingatan itu menghilang seiring berjalannya waktu hingga kelak, memori itu akan terbuang jauh ke dalam otak kita dan tidak akan pernah muncul lagi bahkan saat kita ingin mengingatnya." Jungkook menghela napas panjang dan mulai melajukan mobilnya, sedangkan Jimin menatap ke arah depan dengan perasaan takut yang berusaha dia lawan. 

Jimin masih ingat penjelasan Namjoon tentang kecelakaan tiga tahun silam, semuanya karenanya atau mungkin lebih tepatnya takdir yang membuatnya seperti itu. Jimin kemudian melirik Nari yang duduk diam sembari melihat ke arah luar. 

Ada rasa bersalah di dadanya, karena terlalu lama membiarkan gadis kecilnya dalam ketidaknyamanan karena harus menaiki sepeda setiap harinya.


_____


"Hyeri-ya, apa yang harus kulakukan?" Jimin mendongak demi melihat wajah cantik istrinya dan hal itu membuat Hyeri menghela napas panjang. 

"Kau tahu betul bagaimana terlukanya mereka terutama Mingyu yang merasa tidak berguna dan memilih hidup menjauh dari Seoul dan malah pergi ke Busan." Jimin menghela napas panjang saat tidak kunjung mendapat tanggapan dari Hyeri. 

The Truth Untold [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang